Arafah, Gontornews — Lebih dari 2 juta jamaah haji dari seluruh dunia menuju Arafah pada hari Selasa (27/6/2023). Tahun ini jumlah jamaah haji Kembali normal untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19.
Saat matahari terbit, jamaah yang berkemah di kota tenda, Mina, melakukan shalat Shubuh, kemudian mulai membaca ayat-ayat Alquran dan bergerak menuju Arafah, tempat Nabi Muhammad memberikan khutbah terakhirnya 1.400 tahun yang lalu.
Ritual tersebut merupakan puncak dari ibadah haji, salah satu dari lima rukun Islam, dan perjalanan sekali seumur hidup bagi mereka yang sehat secara fisik dan mampu secara finansial.
Tanggal 9 Dzulhijjah, Hari Arafah, adalah satu-satunya hari terpenting dalam ibadah haji. Jika seorang jamaah haji melewatkan hari ini, dia tidak memperoleh pahala haji.
Ketika mengumumkan pelaksanaan wukuf di Arafah – salah satu pertemuan keagamaan terbesar di dunia – Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi mengatakan bahwa kota tenda Mina kosong dari peziarah pada pukul 10 pagi pada hari Selasa.
Para jamaah menaiki hampir 20.000 bus, sementara kereta api Mashaer beroperasi dengan kapasitas penuh mengangkut para peziarah melalui tempat-tempat suci.
“Jumlah jamaah haji diangkut dengan mudah dan sesuai jadwal yang telah ditetapkan,” kata kementerian itu dirilis Arabnews.com.
Setelah jamaah melakukan shalat Dzuhur dan Ashar di Arafah, mereka “menuju ke Muzdalifah dengan lancar, sesuai dengan rencana yang ditetapkan untuk mereka,” tambahnya.
Peziarah akan kembali ke Mina pada Rabu pagi.
Pemerintah Saudi mengerahkan segenap aparat keamanannya, termasuk polisi, pertahanan sipil (Hansip), dan Pramuka untuk memastikan keamanan para jamaah. Sementara helikopter digunakan untuk memantau jalan masuk yang dipenuhi jamaah.
Ribuan petugas kesehatan juga disiagakan untuk bersiap menangani kasus sengatan panas dan kelelahan para jamaah saat suhu melonjak hingga 45 derajat Celcius.
Tampak sekelompok jamaah dengan pelindung payung untuk melawan teriknya matahari, membaca ayat-ayat Alquran membentuk antrean tak berujung di pendakian berbatu ke Bukit Arafah, yang juga dikenal sebagai “Jabal Rahmah”.
Mehmet Tokmak, seorang peziarah dari Jerman, mengatakan kepada Arabnews.com: “Ini salah satu pengalaman terbesar dalam hidup saya. Saya melakukan haji di usia muda dan saya sangat senang berada di sini. Pihak berwenang melakukan pekerjaannya dengan yang sangat baik.”
Sementara itu Mohammed Maarouf, jamaah asal Suriah yang sekarang tinggal di Jerman, berkata: “Terima kasih kepada Yang Mahakuasa, saya mengalami haji yang sangat baik. Ini diatur dengan sangat baik oleh pemerintah Saudi. Saya sangat senang karena ini pertama kalinya saya ke sini untuk menunaikan ibadah haji, meskipun saya sudah berkali-kali melakukan umrah.”
Yusifu Kargbo, dari Sierra Leone, berkata: “Ini adalah haji yang luar biasa. Sulit untuk menggambarkan perasaan dan emosi saya. Saya gembira luar biasa.”
Sedangkan Hatta Hussain dari Indonesia, berkata: “Arab Saudi telah membuat pengaturan yang bagus untuk haji – sambutan yang sangat hangat bagi jemaah pada saat kedatangan mereka, dan kemudian pengaturan transportasi, kesehatan dan keamanan yang baik, yang patut dipuji.”
Nazim Hussain Jafri, dari New Delhi, India, mengatakan: “Pengaturan yang sangat baik untuk memastikan suksesnya haji oleh Raja Salman dan otoritas Saudi. Saya mengagumi keramahan hangat yang diberikan kepada kami selama ziarah. Kami diterima dengan sangat baik di Jeddah pada saat kedatangan, dan selama menginap saya merasakan lingkungan yang sangat mendukung.”
Jamaah haji akan bermalam di tempat terbuka di Muzdalifah, sebuah lembah antara Mina dan Arafah. Di sana mereka akan mengumpulkan kerikil untuk digunakan dalam melempar jumrah keesokan harinya.
Setelah shalat Shubuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah akan meninggalkan Muzdalifah menuju Jamarat untuk melempar jumrah. Mereka akan menggunakan batu kerikil untuk melempari rangkaian tiga tugu yang melambangkan setan.
Wanita dan jamaah lanjut usia (lansia) dapat mendelegasikan ritual ini kepada pria dalam perjalanan spiritual mereka.
Pria kemudian diharuskan untuk tahalul, memotong atau mencukur rambut mereka, sementara wanita memotong beberapa helai rambut mereka seperti yang mereka lakukan setelah umrah.
Peziarah juga diharuskan untuk mengorbankan hewan dan membagikan dagingnya kepada yang membutuhkan. Mereka yang tidak dapat melakukan ritual ini dapat mendelegasikan tugas tersebut.
Peziarah kemudian melakukan perjalanan kembali ke Masjidil Haram di Mekkah. []