Ramallah, Gontornews–Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah memperingatkan tindakan Israel yang terus melakukan penggalian rahasia di Yerusalem Timur. Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan penggalian adalah bagian dari rencana lama Israel untuk meyahudikan kota suci.
“Israel ingin mengubah karakter historis Yerusalem dan melemahkan identitas Palestina, Arab dan Muslim, baik di atas dan di bawah tanah,” tegas kementerian seperti dilansir Anadolu.Israel juga terus membangun pemukiman Yahudi di tanah Arab dan mengusir warga Palestina dari rumah leluhur mereka di Yerusalem Timur.
“Israel sekarang dalam proses menggali jaringan luas terowongan di bawah Kota Tua Yerusalem, bersama dengan sejumlah halaman dan rumah-rumah ibadat,” ungkap kementerian Luar Negeri Palestina.
Sebagaimana dilaporkan harian Israel Haaretz yang berbasis di Israel, dilaporkan bahwa pada hari Selasa (21/6), otoritas Israel terus melakukan pekerjaan penggalian rahasia dibawah dan disekitar titik Yerusalem Timur yang merupakan bagian dari Masjidil Aqsha.
Menurut surat kabar tersebut, pekerjaan penggalian ini termasuk pembangunan jaringan terowongan yang membentang dari Desa Yerusalem Silwan ke kompleks Masjid Al-Amoud (Damaskus) Gate dan melewati dinding barat ikonik Masjidil Aqsha.
Bagi umat Islam, Al-Aqsa merupakan tempat suci ketiga di dunia. Namun Yahudi mengklaim tempat suci tersebut bagian dari mereka, karena merujuk daerah tersebut sebagai “Temple Mount,” yang diklaim sebagai situs dua candi Yahudi di zaman kuno.
Beberapa kelompok Yahudi ekstremis telah menyerukan pembongkaran Masjid Al-Aqsa sehingga kuil Yahudi mungkin akan dibangun di tempat tersebut.
Pada akhir tahun 2000, kunjungan ke lokasi oleh politisi Israel yang kontroversial Ariel Sharon memicu terjadinya “Intifada Kedua.” Rakyat Palestina melawan pendudukan Israel di mana ribuan warga Palestina tewas.
Israel menduduki Yerusalem Timur pada Perang 1967 Timur Tengah, kemudian dianeksasi pada tahun 1980. Israel selalu  mengklaim bahwa kota suci disebut sebagai ibukota negara Yahudi dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional. [Ahmad Muhajir/DJ]