Roma, Gontornews — Asisten Direktur Jenderal dan Perwakilan Regional Food and Agriculture Organization’s (FAO) untuk Afrika Utara dan Timur Tengah Abdessalam Ould Ahmed menjelaskan situasi keamanan pangan memburuk di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara pada hari ini.
Faktor utama disebabkan karena konflik berkepanjangan di wilayah tesebut sehingga menimbulkan dampak kehancuran terhadap keamanan pangan dan anak-anak terdampak gizi buruk.
“Jumlah orang yang mengalami kelaparan meningkat dari 16 juta pada 1990 menjadi 33 juta pada hari ini, dan itu satu-satunya kawasan di dunia tempat kemiskinan serta kelaparan meningkat,†ujarnya seperti dilansir AFP.
Data tersebut muncul saat 25 negara di Timur Tengan dan Afrika Utara menandatangani deklarasi yang mengakui “perlunya stabilitas dan perdamaian agar upaya pembangunan membuahkan hasil dalam jangka pendek, menengah dan panjang.â€
Mereka menyampaikan keprihatinan mendalam atas kelangkaan pangan dan kondisi gizi terutama di kalangan anak-anak di Timur Tengah dan Afrika Utara, akibat dampak konflik serta krisis berlarut-larut.
“Situasi keamanan pangan memburuk secara dramatis di kawasan tersebut,†kata pria yang bekerja untuk PBB di Badan Pangan tersebut.
TragedI kemanusiaan tersebut juga mengakibatkan sekitar 700 ribu orang mengungsi ke daerah yang dianggap lebih aman dan sejahtera khususnya wilayah Eropa.
Lembaga PBB di bidang pengungsian (UNHCR) menyebut daerah yang menjadi tujuan pengungsian antara lain Jerman, Yunani, dan Italia.
Seperti diketahui, situasi di Suriah semakin tidak menentu dengan kepongahan rezim Basar Assad yang didukung sekutunya Rusia.
Sementara situasi di Afganistan dan Irak juga semakin tidak jelas pascainvasi Amerika Serikat di negara berpenduduk Muslim tersebut. Sementara perang di Somalia sejak tahun 1991 hingga kini masih menimbulkan dampak ketidakamanan wilayah tersebut.[Ahmad Muhajir/Rus]