30
Tonton Selengkapnya
Popup Image
32 °c
Special capital Region of Jakarta
Wed
Thu
Wednesday, 14 May, 2025
Login
Langganan
gontornews.com
Cari Pondok Pesantren
  • Home
  • News
    • Dunia
    • Nasional
    • Nusantara
  • Inspirasi
    • Sirah
    • Dakwah
    • Hidayah
    • Ihwal
    • Jejak
    • Sukses
    • Mujahid
    • Oase
  • Pendidikan
    • Virtual Tour Pesantren
    • Lembaga
    • Buku
    • Beasiswa
    • Risalah
    • Khazanah
    • Keluarga
  • Muamalah
    • Ekonomi
    • Peluang
    • Halal
    • Rihlah
    • Konsultasi
  • Tadabbur
    • Tafsir
    • Hadis
    • Dirasah
  • Values
    • Tausiah
    • Sikap
    • Mahfudzat
    • Kolom
    • Afkar
  • Saintek
    • Sains
    • Teknologi
    • Kesehatan
    • Lingkungan
  • Laput
    • #IBF2020
  • Wawancara
  • Gontoriana
    • Pondok
    • Trimurti
    • Risalah
    • Alumni
  • Berlangganan
  • MG Digital
  • Login
No Result
View All Result
gontornews.com
Langganan
Home Tadabbur Tafsir

Kematian Hati dan Dampaknya bagi Kehidupan Manusia

Oleh Prof Dr H Sofyan Sauri, MPd, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia

Rusdiono Mukri by Rusdiono Mukri
20 April 2025
in Tafsir
0
Kematian Hati dan Dampaknya bagi Kehidupan Manusia

Foto: islami.co

Landasan Teologis

اَفَمَنْ شَرَحَ اللّٰهُ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ فَهُوَ عَلٰى نُوْرٍ مِّنْ رَّبِّهٖۗ فَوَيْلٌ لِّلْقٰسِيَةِ قُلُوْبُهُمْ مِّنْ ذِكْرِ اللّٰهِۗ اُولٰۤىِٕكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ۝٢٢

“Maka, apakah orang yang Allah bukakan hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka, celakalah mereka yang hatinya membatu dari mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS Az-Zumar: 22)

Interpretasi Para Mufasir

BACA JUGA

Cara Bijak di Dunia Maya Sesuai Petunjuk Al-Qur’an

Insan Kamil sebagai Tujuan Akhir Pendidikan

Kekuatan Pemimpin: Kesantunan dalam Berkomunikasi

Peran Setan dalam Memecah Belah Kehidupan

Kunci Meraih Lailatul Qadar: Sabar dan Ibadah Ikhlas

Bagaimana para mufasir menginterpretasikan QS Az-Zumar: 22 ini? Berikut beberapa di antaranya: Pertama, Tafsir Al-Muyassar. Disebutkan dalam tafsir ayat ini, apakah orang yang Allah lapangkan dadanya sehingga dia berbahagia dengan menerima Islam tunduk dan beriman kepada-Nya, sehingga Dia berjalan dengan ilmu yang jelas dan kehidupannya dan hidayah dari tuhannya, apakah dia sama dengan orang yang tidak seperti itu? Tentu tidak sama. Celaka dan binasalah orang yang keras hatinya dan berpaling sehingga tidak mengingat Allah. Mereka orang-orang yang berjalan di atas kesesatan yang jelas dari kebenaran.

Kedua, Tafsir As-Sa’di. Maksud dari orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah yaitu mereka yang menerima agama Islam, sehingga ia menjadi lapang untuk menerima (mempelajari) hukum-hukum Allah dan mengamalkannya dengan lapang dada dan senang hati berdasarkan pengetahuan yang jelas terhadap perintah-Nya.

Sedangkan yang dimaksud dari Firman-Nya, “Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang membatu hatinya untuk mengingat Allah,” yaitu hatinya tidak tunduk kepada kitab-Nya dan tidak pula mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya serta tidak tenang dengan mengingat-Nya, melainkan ia berpaling dari Tuhannya, beralih kepada selain Allah, maka bagi mereka azab yang sangat berat dan keburukan yang sangat besar. “Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” Kesesatan apalagi yang lebih besar daripada kesesatan orang yang berpaling dari tuhannya. Hatinya membatu, tidak bisa mengingat-Nya dan justru dia terfokus kepada segala yang berakibat buruk padanya.

Ketiga, Tafsir Al-Mukhtashar. Disebutkan dalam tafsir ini bahwa orang yang Allah lapangkan dadanya untuk Islam, dia terbimbing kepada Islam, dia di atas cahaya dari Rabbnya, apakah dia seperti orang yang hatinya keras untuk mengingat Allah? Keduanya tidak sama selama-lamanya. Keselamatan bagi orang yang mendapat petunjuk, sedangkan kerugian bagi orang yang hatinya keras untuk mengingat Allah. Orang kedua itu berada di atas kesesatan yang nyata dari kebenaran.

Nilai-nilai Pedagogis

QS Az-Zumar: 22 mengandung sejumlah nilai-nilai pendidikan (pedagogis) bagi manusia. Pertama, Hati Sebagai Pusat Penerimaan Ilmu dan Nilai. Pendidikan bukan sekadar proses intelektual, tetapi proses hati. Ayat ini menekankan pentingnya kondisi batin (qalbu) dalam menerima petunjuk dan kebenaran. Implikasi pedagogis: Guru perlu mengembangkan pendekatan yang menyentuh dimensi spiritual peserta didik, bukan hanya aspek akademik.

Kedua, Pentingnya Kelapangan Hati (Syaraḥaṣ-Ṣadr) dalam Proses Belajar. Frasa “syaraḥa ṣadrahu lil-islām” menunjukkan bahwa kelapangan hati merupakan syarat untuk menerima kebenaran. Nilai pedagogis: Guru dan peserta didik harus membangun sikap terbuka, rendah hati, dan bersedia menerima ilmu tanpa prasangka. Sebab, pembelajaran efektif terjadi dalam suasana hati yang lapang dan penuh penerimaan.

Ketiga, Cahaya dari Tuhan (Nūr min Rabbih) sebagai Sumber Pencerahan Ilmu. Orang yang terbuka hatinya mendapat “nūr” (cahaya) dari Tuhannya. Nūr melambangkan petunjuk, kebijaksanaan, dan pemahaman yang benar. Implikasi pedagogis: Pendidikan seharusnya diarahkan untuk menghubungkan peserta didik dengan sumber petunjuk Ilahi, bukan sekadar mengejar informasi duniawi.

Keempat, Bahaya Kekerasan Hati (Qaswah al-Qalb). Ayat ini menyebutkan “fa wailul lilqāsiyati qulūbuhum” — celakalah orang yang keras hatinya. Hati yang keras menjadi penghalang terbesar dalam menerima ilmu dan petunjuk. Nilai pedagogis: Guru harus peka terhadap gejala-gejala kekerasan hati (apatis, acuh, sinis, tidak tersentuh oleh nilai kebaikan) dalam diri peserta didik. Perlu ada strategi untuk melembutkan hati melalui pendekatan empati, keteladanan, dan spiritualitas.

Kelima, Dzikir sebagai Terapi Jiwa dan Pendidikan. Kekerasan hati dikaitkan dengan kelalaian dari dzikir (dzikrillāh). Dzikir bukan hanya ritual, tapi juga kesadaran terus-menerus akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan. Implikasi pedagogis: Pendidikan Islam harus mengintegrasikan nilai-nilai ruhiyah dan latihan spiritual, tidak hanya materi ilmiah.

Keenam, Dampak Kematian Hati terhadap Kehidupan Manusia. Orang yang mati hatinya akan berada dalam kesesatan yang nyata (ḍalāl mubīn). Dampak kematian hati: kehilangan arah hidup, rusaknya akhlak, materialisme, kebodohan spiritual. Nilai pedagogis: Tugas utama pendidikan menghidupkan hati, membimbing agar manusia tidak hanya cerdas, tapi juga berakhlak dan sadar tujuan hidup.

Kematian Hati

Syekh Ali Baras dalam Syarah Al-Hikam-nya mengibaratkan hati dan batin laksana bumi yang dapat tumbuh dan hidup, dan juga dapat kering atau mati. Sedangkan air kehidupan yang turun dari langit sir adalah makrifat dan keimanan yang akan menghidupi bumi tersebut.

Hati yang mati, kering, dan gelap tidak akan merasakan apapun. Hati yang mati, kering, dan gelap tidak memiliki sensitivitas spiritual. Ia tidak akan merasakan manis, pahit, asamnya spiritualitas sehingga hatinya tidak merasakan kelezatan ibadah dan kepedihan atas kesempatan ibadah yang luput.

Imam Ibnu Athaillah dalam Matan Al-Hikam-nya menyebut semua itu sebagai tanda kematian hati: “Salah satu kematian hati tidak adanya kesedihan atas kesempatan ibadah yang terlewat dan tidak adanya penyesalan atas kekhilafan yang pernah dilakukan.”

Sedangkan Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa hati terdiri dari tiga macam: Pertama, hati yang sehat dan menyebabkan keselamatan. Hati yang sehat memiliki beberapa tanda, yaitu, imannya kokoh, ahli bersyukur, tidak serakah, kehidupan tenteram, khusyuk dalam beribadah, banyak berdzikir, kebaikan selalu dinamis, segera sadar jika melakukan kesalahan, suka bertobat dan sebagainya.

Kedua, hati yang sakit. Hati yang sakit adalah hati yang masih memiliki keimanan, namun ada pula noda-noda maksiat dan dosa. Tanda-tanda hati yang sakit antara lain: hati selalu gelisah jauh dari ketenangan, mudah marah, tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki, susah menghargai orang lain, kehidupan tidak nyaman, mengalami penderitaan lahir batin, dan sebagainya.

Ketiga, hati yang mati. Hati yang mati berarti hati yang telah mengeras dan membatu karena terlalu banyak kotoran akibat dosa-dosa yang diperbuat.

Sahabat Abu Musa Al-Asy’ari RA meriwayatkan sebuah hadis Nabi Muhammad SAW tentang perbedaan orang yang hatinya hidup, segar, dan terang dengan orang yang hatinya mati, kering, dan gelap.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ

“Dari Abu Musa Al-Asy’ari RA, Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa saja yang merasa senang oleh kebaikannya dan merasa susah oleh keburukannya, maka ia adalah orang yang beriman’.’’ (HR At-Thabarani)

Sahabat Abdullah bin Mas’ud RA menjelaskan bahwa orang yang hatinya mati, kering, dan gelap akan menganggap remeh dosa, kesalahan, dan kekhilafannya. Karena itu, penyesalan atas dosa dan kesalahan tidak akan pernah hinggap pada orang yang hatinya mati, kering, dan gelap.

Kematian, kekeringan, dan kegelapan ini yang merusak dan menyakitkan hati karena semua itu membuatnya jauh dari rahmat Allah dan justru mendatangkan murka-Nya. Ia selalu menuruti keinginan nafsu dan kesenangan dirinya, meskipun akibatnya ia akan dimurkai dan dibenci Allâh SWT. Ia tidak peduli dengan apapun, yang penting keinginan dan syahwatnya terpenuhi.

Dalam kitab Al-Fawa’id dijelaskan, terdapat faktor-faktor yang menyebabkan hati menjadi keras dan mati yaitu berlebih-lebihan dalam makan, tidur, tertawa, berbicara dan bergaul.

Hati adalah poros kebahagiaan sekaligus sumber kebinasaannya, maka kita harus mampu mengendalikannya, jangan membiarkan hati keras lalu kering dan mati. Nabi SAW bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh kalian terdapat segumpal daging; bila ia baik, maka akan baik seluruh badannya. Namun bila ia rusak, akan rusak pula semua tubuhnya. Ingatlah, itu hati.” (HR Muttafaq ‘alaih)

Dampak Kematian Hati bagi Kehidupan

Lalu apa dampak hati yang mati bagi kehidupan? Pertama, senantiasa berbuat kufur dan tidak mengindahkan peringatan Allah. Allah SWT berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ ۝٦خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌࣖ ۝٧

”Sesungguhnya orang-orang yang kufur itu sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka. Pada penglihatan mereka ada penutup, dan bagi mereka azab yang sangat berat.” (QS Al-Baqarah: 6-7)

Kedua, orang yang hatinya mati senantiasa berdusta. Allah SWT berfirman:

فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ ۝١٠

”Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya dan mereka mendapat adzab yang sangat pedih karena mereka selalu berdusta.” (QS Al-Baqarah: 10)

Ketiga, senantiasa menjadikan nafsu sebagai Tuhannya dan Allah membiarkan sesat orang yang mati hatinya. Allah SWT berfirman:

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ ۝٢٣

”Tahukah kamu (Nabi Muhammad), orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan dibiarkan sesat oleh Allah dengan pengetahuan-Nya, Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya, siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Apakah kamu (wahai manusia) tidak mengambil pelajaran?” (QS Al-Jatsiyah: 23)

Keempat, dosa akan dianggap ringan dan tidak lagi membuat merasa bersalah namun dia menutupnya karena gelisah ketahuan orang lain. Rasulullah SAW bersabda:

الْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ النَّاسُ عَلَيْهِ

“Dosa adalah sesuatu yang membuat hatimu gelisah dan engkau tidak suka jika orang lain mengetahuinya.” (HR Muslim, No 2553)

Kelima, menyombongkan diri dari ayat-ayat Allah sehingga kelak mereka akan memperoleh adzab yang pedih. Allah SWT berfirman:

وَاِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِ اٰيٰتُنَا وَلّٰى مُسْتَكْبِرًا كَاَنْ لَّمْ يَسْمَعْهَا كَاَنَّ فِيْٓ اُذُنَيْهِ وَقْرًاۚ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍ ۝٧

”Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia tidak mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya. Maka, berilah kabar gembira kepadanya dengan adzab yang pedih.” (QS Luqman: 7)

Keenam, tidak mengingat Allah dan tidak memohon ampun. Rasulullah SAW bersabda:

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُهُ، مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dengan yang tidak berdzikir seperti orang hidup dan orang mati.” (HR Bukhari, No 6407)

Cara Menghidupkan Hati yang Mati

Lalu bagaimana cara menghidupkan hati yang mati? Pertama, senantiasa membersihkan hati. Allah SWT berfirman:

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَۙ ۝٨٨اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍۗ ۝٨٩

”(Yaitu) pada hari ketika tidak berguna (lagi) harta dan anak-anak. Kecuali, orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS Asy-Syuara: 88-89)

Kedua, menjauhi sikap melampaui batas dan segala bentuk dosa. Allah SWT berfirman:

وَمَا يُكَذِّبُ بِهٖٓ اِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ اَثِيْمٍۙ ۝١٢اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِ اٰيٰتُنَا قَالَ اَسَاطِيْرُ الْاَوَّلِيْنَۗ ۝١٣كَلَّا بَلْࣝ رَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ۝١٤

”Tidak ada yang mendustakannya, kecuali setiap orang yang melampaui batas lagi sangat berdosa. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata, ’(Itu adalah) dongeng orang-orang dahulu.’ Sekali-kali tidak! Bahkan, apa yang selalu mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.” (QS Al-Muthafifin: 12-14)

Ketiga, senantiasa mengingat Allah. Allah SWT berfirman:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ ۝٢٨

”(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.” (QS Ar-Ra’d: 28)

Keempat, senantiasa membaca Al-Qur’an dan mengambil pelajaran dari apa yang Allah turunkan. Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ ۝٥٧

”Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit) yang terdapat dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang Mukmin.” (QS Yunus: 57)

Kelima, memperbanyak doa agar hati hidup dan senantiasa dalam ketaatan beribadah kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda:

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ القُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبنَا عَلَى طَاعَتِكَ

”Ya Allah, Zat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu!” (HR Muslim No 2654)

Keenam, mengingat kematian. Rasulullah SAW bersabda:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan (kematian).” (HR Tirmidzi No 2307)

Lima hal yang dapat mengobati hati sebagaimana dijelaskan dalam kitab Kifayatul Atqiya karya Sayid Abu Bakr sehingga hati hidup dan sehat: 1) Membaca Al-Qur’an dengan penghayatan arti dan maknanya, 2) Membiasakan diri dalam kondisi tidak kenyang atau dengan banyak berpuasa, 3) Beribadah di waktu malam, baik dengan shalat, membaca Al-Qur’an, berdzikir dan sebagainya, 4) Mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekatnya di waktu sahur, 5) Berkumpul dengan orang-orang shalih, yang dapat membimbing dan menjadi cermin kehidupan yang lebih baik.

Hati yang hidup merupakan kunci segala kebaikan. Jika hati kita selamat, maka seluruh tubuh kita pun akan selamat. Jika hati kita hidup, maka hidup kita pun akan penuh dengan cahaya, penuh dengan kedamaian dan ketenangan.

Pencarian untuk menghidupkan kembali hati yang mati menjadi perjuangan yang tiada henti, tetapi juga penuh dengan keberkahan. Hati yang hidup merupakan sumber inspirasi, cinta, dan keberkahan dalam hidup kita. Ketika kita menjadikan Allah sebagai pusat hidup kita, maka hati kita akan dipenuhi dengan rasa cinta-Nya, dengan cahaya-Nya, dengan kedamaian yang tak ternilai.

Maka, untuk kita yang mungkin merasa hati ini telah mati, janganlah berputus asa. Jangan biarkan keputusasaan membelenggu jiwa. Allah selalu membuka jalan bagi hamba-Nya yang ingin kembali, bagi siapa saja yang ingin mencari jalan keluar dari kegelapan menuju cahaya-Nya.

Kisah Teladan

Menyikapi kekerasan dengan kekerasan ibarat menyiram kobaran api dengan bahan bakar, bukan malah padam justru semakin membesar. Inilah prinsip yang diajarkan Rasulullah SAW berdakwah di tengah-tengah kaumnya. Terbukti, dalam kurun waktu 23 saja agama Islam bisa tersebar luas dengan pemeluk yang sedemikian banyak.

Salah satu bukti paling konkret yaitu saat peristiwa Haji Wada’ (haji terakhir Rasulullah). Sejumlah kurang lebih 114 ribu jiwa dari seluruh penjuru bangsa Arab turut hadir dengan status Muslim. Banyak sekali ayat dan hadis yang menyinggung sifat lembut Nabi dalam berdakwah ini disebutkan dalam firman-Nya, QS Ali Imran ayat 159.

Ayat di atas menegaskan satu prinsip dasar Rasulullah dalam berdakwah, yaitu bersikap lemah lembut. Sebab, dengan kelembutanlah hati yang keras akan luluh.

Sebaliknya, sikap keras justru akan membuat orang-orang lari menghindar. Ayat di atas juga memerintahkan Nabi untuk senantiasa memaafkan kaumnya yang berbuat salah. Dalam perjalanan dakwah, tentu Nabi banyak menjumpai kaum yang “kurang ajar”, dan beliau selalu berlapang dada untuk memaafkan.

Sayyid Wajihuddin Abdurrahman ad-Diba’ dalam kitab maulidnya menggambarkan akhlak terpuji Rasulullah dengan ungkapan syair yang sangat indah. Ia mengatakan, “Hatinya tidak pernah lengah dan tidak (pula) tidur, bahkan selalu berkhidmah dan mengingat Allah. Jika disakiti, beliau selalu memaafkan dan tidak membalas menyakiti. Jika diajak bertengkar, beliau selalu diam dan tidak menjawab.”

Salah satu peristiwa bersejarah dalam dakwah Rasulullah yang menggambarkan kelembutan hatinya yaitu saat beliau mengajak penduduk Thaif untuk memeluk agama Islam. Dengan ajakan yang santun, tanpa paksaan, dan tanpa kekerasan, Nabi mengajak mereka untuk mengimani agama wahyu tersebut.

Namun tak disangka, respons penduduk justru sangat buruk. Mereka menolak mentah-mentah ajaran Nabi. Tidak hanya itu, mereka juga beramai-ramai mengusirnya dengan perlakuan yang tidak senonoh. Anak-anak, tua, muda, semuanya melempari Nabi dengan kerikil, bahkan sambil mencaci, “Muhammad pendusta!”

Merespons hal itu, Malaikat Jibril menawarkan kepada Nabi untuk membumihanguskan seluruh penduduk Thaif. Jika perlu, Jibril akan membalikkan gunung-gunung agar mereka semua binasa. Namun dengan bijak Nabi menolak sama sekali tawaran Jibril itu. Nabi memaafkan mereka semua bahkan mendoakan agar mendapat hidayah. Saat itu Nabi besabda : “Sungguh Allah tidak mengutusku untuk menjadi orang yang merusak dan bukan (pula) orang yang melaknat. Akan tetapi Allah mengutusku untuk menjadi penyeru dan pembawa rahmat. Ya Allah, berilah hidayah untuk kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui!” (HR Al-Baihaqi)

Demikian kemuliaan dan kelembutan hati Nabi sehingga banyak orang yang menerima ajakannya dan menjadi teladan, seseorang yang hatinya hidup dengan cahaya Allah.

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا بِكَ مُطْمَئِنَّةً، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ، وَتَقْنَعُ بِعَطَائِك

“Ya Allah, aku memohon kepada–Mu jiwa yang merasa tenang kepada–Mu, yang yakin akan bertemu dengan–Mu, yang ridha dengan ketetapan-Mu, dan yang merasa cukup dengan pemberian–Mu.” (HR Thabrani)

Tags: DzikirHatiKematian hati
Share11Tweet7Send
Previous Post

Launching Website dan Channel TV Azhariyat Indonesia Gaung Sinergi Azhariyat Lintas Benua untuk Negeri

Next Post

Sebut IKPM Yogyakarta Paling Sempurna di Indonesia, KH Ahmad Hidayatullah Zarkasyi Beri Tausiyah pada Halal Bihalal IKPM Cabang Yogyakarta di Pesantren Ibnul Qoyyim Yogyakarta

Rusdiono Mukri

Rusdiono Mukri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Reuni Seperempat Abad Alumni Gontor Laviola 2000 di Darel Azhar Banten, Konsolidasi Santri Lintas Profesi untuk Khidmat Umat

Reuni Seperempat Abad Alumni Gontor Laviola 2000 di Darel Azhar Banten, Konsolidasi Santri Lintas Profesi untuk Khidmat Umat

11 May 2025
Waktu Harus Berlalu Ukhuwwah Tidak Boleh Terganggu

Waktu Harus Berlalu Ukhuwwah Tidak Boleh Terganggu

12 May 2025
Ini dia Lirik Lagu Gontor ‘Takkan Terlupa’

Ini dia Lirik Lagu Gontor ‘Takkan Terlupa’

30 August 2021
Pondok Al-Muqoddasah Buka Pendaftaran Santri Baru Tahun Ajaran 2025-2026

Pondok Al-Muqoddasah Buka Pendaftaran Santri Baru Tahun Ajaran 2025-2026

20 November 2024
Aku Mencari Trimurti*

Aku Mencari Trimurti*

12 May 2025
HNW dan 500-an Tokoh Parlemen Sedunia Surati Donald Trump untuk Hentikan Perang dan Selamatkan Kemanusiaan di Gaza

HNW dan 500-an Tokoh Parlemen Sedunia Surati Donald Trump untuk Hentikan Perang dan Selamatkan Kemanusiaan di Gaza

0
Kiai-Kiai Baru (Bagian Kedua)

Kiai-Kiai Baru (Bagian Kedua)

0
Cara Bijak di Dunia Maya Sesuai Petunjuk Al-Qur’an

Cara Bijak di Dunia Maya Sesuai Petunjuk Al-Qur’an

0
Akademi Guru Primago Tahun 2025, Peluang Alumni Muda Gontor Bergerak dan Mengajar di Bimbel PRIMAGO

Akademi Guru Primago Tahun 2025, Peluang Alumni Muda Gontor Bergerak dan Mengajar di Bimbel PRIMAGO

0
Waktu Harus Berlalu Ukhuwwah Tidak Boleh Terganggu

Waktu Harus Berlalu Ukhuwwah Tidak Boleh Terganggu

0
HNW dan 500-an Tokoh Parlemen Sedunia Surati Donald Trump untuk Hentikan Perang dan Selamatkan Kemanusiaan di Gaza

HNW dan 500-an Tokoh Parlemen Sedunia Surati Donald Trump untuk Hentikan Perang dan Selamatkan Kemanusiaan di Gaza

13 May 2025
Kiai-Kiai Baru (Bagian Kedua)

Kiai-Kiai Baru (Bagian Kedua)

13 May 2025
Cara Bijak di Dunia Maya Sesuai Petunjuk Al-Qur’an

Cara Bijak di Dunia Maya Sesuai Petunjuk Al-Qur’an

13 May 2025
Akademi Guru Primago Tahun 2025, Peluang Alumni Muda Gontor Bergerak dan Mengajar di Bimbel PRIMAGO

Akademi Guru Primago Tahun 2025, Peluang Alumni Muda Gontor Bergerak dan Mengajar di Bimbel PRIMAGO

12 May 2025
Waktu Harus Berlalu Ukhuwwah Tidak Boleh Terganggu

Waktu Harus Berlalu Ukhuwwah Tidak Boleh Terganggu

12 May 2025
gontornews.com

Kantor :
Jalan Taman Sejahtera No.1A RT.06 RW.03 (Samping Masjid Jami' Al-Munir) Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan
Telp : 021-29124801
Fax : 021-29124802
Layanan Pelanggan : 0819-1515-1456 (Khusus WA)
Email :
[email protected]
[email protected]
[email protected]

TENTANG KAMI

  • Profil
  • Redaksi & Manajemen
  • Info Iklan
  • Panduan Kebijakan Media
  • Berlangganan Majalah
  • Komplain Majalah
  • Privacy Policy

INSTAGRAM

Ikuti Kami

  • Aku suka nulis... tapi tulisanku layak dibaca nggak ya?"Pertanyaan itu mungkin pernah mampir di pikiran kamu.
Dan mungkin kamu bingung harus mulai dari mana.Tenang. Kamu nggak sendiri.
Dan kabar baiknya: kamu nggak harus menebak-nebak sendirian.📣 Ada pelatihan jurnalistik bareng Rusdiono Mukri, jurnalis senior Majalah Gontor & eks Republika.
Beliau akan membimbing kamu dari dasar — supaya tulisanmu nggak cuma enak dibaca, tapi juga bernilai berita.📅 Kamis, 15 Mei 2025
📍 Cilandak, Jakarta Selatan
💸 Rp150.000 (sudah termasuk makan, sertifikat, dan majalah)Ini bukan pelatihan biasa.
Ini langkah awal kamu menuju dunia jurnalistik yang sesungguhnya.📝 Daftar sekarang lewat link di bio
atau langsung klik: www.formulir.gontornews.comKuota terbatas. Jangan tunggu siap, karena kamu bisa mulai dulu, baru jadi siap.
  • Rangkaian Kegiatan Peringatan 100 Tahun Gontor#majalahgontor
#gontornews
  • 📚 Sudahkah Anda miliki?
Perpustakaan Keluarga MuslimInilah saatnya Anda memiliki perpustakaan pribadi di rumah Anda...
Buku-buku Islam rujukan Keluarga Muslim yang terdiri dari:Tafsir Ibnu Katsir (10 jilid)
Fathul Bari Syarah Shahih Al Bukhari (56 jilid)Harga:
💸 Rp 8.160.000
💰 Anda hemat Rp 2.040.000💬 Kutipan inspiratif:
“Buku merupakan sumber harta yang tak ternilai harganya.
Buku adalah jendela ilmu pengetahuan.
Uang bisa habis, harta bisa lenyap,
tapi ilmu pengetahuan tidak bisa dicuri.”📦 Berat: 97 kg
🚚 FREE ONGKIR Se-Jabodetabek
🎁 BONUS RAK BUKU (Persedian terbatas)📞 Pemesanan Hubungi kami:
📱 0812-3416-0133#majalahgontor
#gontornews
@pustakaimamasysyafii
  • Panduan Pendaftaran Online Calon Pelajar Kulliyyatul Mu
  • "Kritik bisa jadi cahaya atau bisa jadi api. Tergantung bagaimana niat dan caramu  menyampaikannya."#KritikBermakna #AdabKritik #DaiDanKritik #GontorQuotes #IslamicWisdom #HikmahHarian #gontornews #majalahgontor
  • Kita menuntut ilmu untuk jadi orang yang baik,
bukan orang yang bisa menjawab pertanyaan ujian.
Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian.
Jangan salah kaprah. (KH. Hasan Abdullah Sahal)
  • Sebaik-baik orang adalah orang yang baik kepada keluarganya#majalahgontor
#gontornews
  • Ilmu, Iman, AmalProf. Dr. KH Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil.,Source : Youtube Gontor News
11/01/2025 | Seminar Parenting | Prof. Dr. KH. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil#gontornews
#majalahgontor
  • Lanjutan... Kuliah Subuh | Prof. Dr. KH. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.PhilSumber video: gontortv science
Link https://www.youtube.com/watch?v=ppmBcEMTGKM#majalahgontor
#gontornews

© 2023 gontornews.com. All Rights Reserved

Banner Ad
▲
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
  • Home
  • News
    • Dunia
    • Nasional
    • Nusantara
  • Inspirasi
    • Sirah
    • Dakwah
    • Hidayah
    • Ihwal
    • Jejak
    • Sukses
    • Mujahid
    • Oase
  • Pendidikan
    • Virtual Tour Pesantren
    • Lembaga
    • Buku
    • Beasiswa
    • Risalah
    • Khazanah
    • Keluarga
  • Muamalah
    • Ekonomi
    • Peluang
    • Halal
    • Rihlah
    • Konsultasi
  • Tadabbur
    • Tafsir
    • Hadis
    • Dirasah
  • Values
    • Tausiah
    • Sikap
    • Mahfudzat
    • Kolom
    • Afkar
  • Saintek
    • Sains
    • Teknologi
    • Kesehatan
    • Lingkungan
  • Laput
    • #IBF2020
  • Wawancara
  • Gontoriana
    • Pondok
    • Trimurti
    • Risalah
    • Alumni
  • Berlangganan
  • MG Digital
  • Login
No Result
View All Result