KH Drs Mahrus Amin
Siapa yang tak kenal dengan sosok ustadz Mahrus, pak Mahrus, H Mahrus, Drs KH Mahrus Amin atau siapapun panggilan akrab beliau. Siapa juga yang tidak tahu beliau, terlebih lagi keluarga besar Pondok Pesantren Darunnajah, para stake holders, tokoh masyarakat, tokoh agama, pejabat pemerintahan, sipil, militer, polisi pusat dan daerah di tingkat nasional bahkan di beberapa kalangan internasional.
Maklum karena personifikasi Darunnajah; Pak Mahrus ya Darunnajah. Darunnajah ya Pak Mahrus sudah lama ditabalkan kepadanya. Aktif, cepat, energik dan peduli. Demikian karakter yang melekat dalam diri salah satu pendiri dan pimpinan Pondok Modern Darunnajah KH Drs Mahrus Amin ini. Meski di usianya yang sudah tidak muda lagi, Kiai kelahiran Cirebon 14 Februari 1940, hingga saat ini eksis memimpin, dan mengawasi berjalannya kegiatan beberapa pesantren yang didirikannya.
“Bagi saya beliau ini sosok yang sangat aktif. Terus bergerak dan tidak pernah berhenti. Selain itu beliau sangat peduli, siapa saja dibantu. Membantu pesantren mana saja terimakasih atau tidak, beliau tidak memperhatikan itu. Yang ada di benak beliau adalah melakukan yang terbaik untuk masyarakat,”ungkap Ustadz Musthofa Hadi Chirzin, salah satu menantu KH Mahrus Amin kepada Majalah Gontor.
Mengenai langkah perjuangannya, teman dekat Alm KH Hasyim Muzadi ini mengaku terkesan dengan petuah yang sering disampaikan para pendiri Gontor. “Salah satunya, jadilah orang yang berjasa tapi jangan minta jasa,”ungkap KH Mahrus Amin kepada Majalah Gontor.
Lanjut Kiai Mahrus berkisah perjuangannya di dunia pesantren sudah dimulainya sejak usia muda. Kala itu setamatnya dari Gontor putra dari pasangan Casim Jasim Ahmad Amin dan Jamilah ini merantau ke Jakarta.
Selain untuk studi di Fakultas Ushuluddin IAIN Jakarta, alumni Gontor tahun 1961 ini juga ikut merintis Darunnajah baik yang di Petukangan Jakarta Selatan dari 1962 hingga 1972, maupun yang di Ulujami dari 1961 hingga sekarang.
Kiai yang suka bermain sepak bola ini juga sempat mengajar di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Din Syamsuddin waktu itu mahasiswa saya,”kenangnya. Karena berbagai pertimbangan menantu KH Abdul Manaf Mukhayyar ini memilih fokus berjuang mendidik santri dan mengembangkan pesantren yang didirikannya bersama mertuanya itu ketimbang jadi dosen IAIN.
Keberhasilan KH Mahrus Amin dalam mendirikan dan mengembangkan pesantren di Indonesia tidak diragukan lagi. Puluhan pondok pesantren filial Darunnajah yang tersebar di Indonesia berdiri hasil dari kerja keras dan kegigihannya.
Pengakuan itu salah satunya datang dari Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Prof Dr Din Syamsuddin.
Menurut Din, Kiai Mahrus adalah sosok yang memiliki tiga dimensi sebagai seorang ulama yang menguasai ilmu-ilmu keislaman; sebagai seorang kiai pendidik dan sosok yang memiliki dimensi enterepreneurship, karena memiliki visi untuk mengembangkan pesantrennya.
Dimensi ketiga ini jarang dimiliki kiai-kiai di Indonesia yang kadang hanya berpikir mengembangkan dan membesarkan pesantrennya sendiri saja. “Kalau kemudian disebut sebuah keberhasilan, tentu saja ada rahasianya. Rahasianya adalah dukungan dari istri, Umiyati, Kaderisasi dan doa,” kata KH Mahrus Amin.
Ustadz Mahrus demikian beliau sering disapa santri dan alumninya, menerangkan, dukungan dari sosok istri tercintanya Umiyati adalah modal awal dalam memulai cita-citanya mendirikan pesantren. “Taqdir Allah juga sebagai penentu keberhasilan ini, apapun yang terjadi di dunia adalah kehendak dan sudah menjadi pilihan Allah,” bebernya. [Muhammad Khaerul Muttaqien]