Ponorogo, Gontornews — Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), KH Hasan Abdullah Sahal, menyatakan bahwa peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 merupakan bentuk pendidikan dan pelajaran kewarganegaraan. Lebih lanjut, Kiai Hasan, sapaan akrabnya, meminta kepada semua pihak untuk membaca sejarah dengan baik tanpa meninggalkan hati nurani.
“(Peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-74) Ini pendidikan, ini pelajaraan kenegarawanan, supaya anak anak sekalian menjadi kewarganegaraan yang baik dan benar,” tegas Kiai Hasan dalam Upacara Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 di depan Balai Pendidikan Pondok Modern (BPPM) PMDG, Sabtu (17/8).
“Bca sejarah dengan baik-baik dengan mengaktifkan potensi penuh. Jangan tinggalkan nurani, buka mata, buka telinga dan seterusnya. Bangsa ini mememerlukan “banget” mata pelajaran: kemerdekaan dan penjajahan agar (bangsa ini), terutama tokoh-tokohnya, bertambah cerdas,” tambahnya sebagaimana dilansir laman gontor.ac.id.
Lebih lanjut, Kiai hasan juga meminta seluruh elemen bangsa agar mengeluarkan seluruh tenaga untuk membangun bangsa dan menegakkan pilar-pilar kebangsaan.
“Kita mengerahkan tenaga membangun bangsa, demi melanjutkan amanat para pendahulu, menegakkan pilar-pilar kebangsaan,”
“Kita, keluarga besar PMDG, sudah memilih hasil ijtihad untuk mengisi kemerdekaan Republik ini dengan pendidikan pesantren. Harga mati, sampai mati!”
Putra pendiri PMDG, KH Ahmad Sahal itu juga menegaskan bahwa pihak-pihak yang merasa sudah berjasa dan mengharap jasanya diakui sebagai sampah masyarakat.
“Jangan ada yang merasa berjasa, mengharap balas jasa, apalagi minta balas jasa. Itu sampah perjuangan! Tidak ada untungnya yang hakiki. Itu hanya fatamorgana yang menipu dan mengecoh. Berjasalah, jangan merasa berjasa, karena yang Maha Berjasa (sumber jasa) bagi santri dan kaum bertuhan, hanya Allah SWT,”
“Iringkanlah kata jarrib dan fakkir”, fakkir qabla an ta’ẓima dan jarrib wa lāḥidh takun ‘ārifan, bukan hanya omong sana, omong sini, kirim-sambung omongan sana, kirim-sambung omongan sini, dan akhirnya omong kosong sana, omong kosong sini!”
“Saat ini banyak orang dan anak-anak belum berijtihad, belum berusaha, belum berjasa dalam perjuangan Kemerdekaan sudah terburu-buru ingin mengatur Negara. Lā ya’rif, Lā yadrī!”
“Waspadalah! Waspadalah! Bahwa kejahatan bukan karena kemauan yang ada, tapi karena ada kesempatan. Sekian, wallāhu a’lam! hamdalah, sholawat wassalam!” tutup Kiai Hasan. [Raka Fadel/Mohamad Deny Irawan]