Bogor, Gontornews — Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, selain berdampak pada manusia, kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan juga berdampak pada ekosistem, keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan di wilayah kebakaran hutan.
Sebagai informasi, LIPI mencatat ada sekitar 9.956 jenis tumbuhan di Kalimantan dan 8.931 jenis di Sumatera dengan jumlah tumbuhan endemik di Kalimantan mencapai 3.936 tumbuhan dan di Sumatera mencapai 1.891 tumbuhan.
Saat kebakaran hutan dan lahan terjadi pada tahun 1998, 90 persen jumlah pohon per hektar atau 240 pohon mati. Jika mengacu pada bencana kebakaran hutan pada tahun 1998, maka kebakaran hutan yang terjadi sepanjang tahun 2019 berpotensi menyebabkan 95 persen jenis tumbuhan terbakar dan mengalami kekeringan.
Tidak hanya itu, lokasi yang terbakar membuat kondisi lahan menjadi panas karena terpapar langsung oleh matahari serta menurunkan fungsi sebagai penyedia unsur hara bagi tumbuhan di atasnya untuk regenerasi hutan.
Selain itu, sebagaimana dilansir laman LIPI, tingkat kebakaran hutan yang besar juga berdampak pada hilangnya sumber-sumber biji yang diharapkan tumbuh kembali di musim hujan.
Untuk dua sampai tiga tahun ke depan, jenis paku-pakuan serta tumbuhan pionir lainnya mulai tumbuh di beberapa titik lokasi kebakaran hutan. Tumbuhan seperti tumih (Combretocarpus rotundatus), gerunggang (Cratoxylum arborescens) dan lainnya merupakan jenis tumbuhan asli rawa gambut tergenang sampai cenderung kering dan berpasir kuarsa.
Selain itu, tunggul pohon yang terbakar belum memperlihatkan trubusnya karena kebakaran hutan di wilayah tersebut sangat tinggi. [Mohamad Deny Irawan]