Kolombo, Gontornews — Lebih dari 220 keluarga terkubur di bawah lumpur dan puing-puing rumah saat longsor terjadi di Aranayaka, distrik Kegalle, sekitar 100 km dari Kolombo, Sri Lanka, Selasa (17/5).
Tanah longsor yang dipicu oleh hujan lebat ini mengubur tiga desa di wilayah perbukitan.
“Sekitar 300-400 orang dikhawatirkan tewas dalam longsor Aranayaka,” kata Direktur Umum Palang Merah Sri Lanka, Neville Nanayakkara, kepada kantor berita Reuters seperti dirilis Al Jazeera.
Anggota keluarga yang selamat cemas menunggu berita tentang hilangnya orang-orang yang mereka cintai.
Seorang wanita, AG Alice, mengatakan sembilan dari anak-anaknya belum ditemukan. “Saya tidak tahu apa yang terjadi setelah mendengar suara gemuruh yang tidak pernah saya dengar dalam hidup saya,” katanya.
“Saya mendengar suara hebat seperti pesawat menabrak bumi,” terang AG Kamala (52), yang baru saja kembali ke rumahnya di Desa Siripura ketika tanah longsor melanda desanya, sekitar 100 km timur laut dari ibukota, Kolombo.
“Saya membuka pintu rumah. Saya tidak percaya dengan mata saya, saya melihat sesuatu seperti bola api besar bergulir menuruni gunung dengan suara keras,” paparnya.
Menurut seorang pejabat pemerintah, Mahendra Jagath, lebih dari 1.000 orang yang lolos bencana berlindung dan dirawat karena luka ringan di gedung sekolah.
Sementara pasukan keamanan Sri Lanka, dengan menggunakan perahu dan helikopter mencoba menyelamatkan lebih dari 200 orang yang terjebak di distrik pesisir barat laut Puttalam, kata juru bicara militer Jayanath Jayaweera.
Hampir 135 ribu orang di seluruh negeri telah mengungsi dan ditampung di tempat penampungan sementara.
Para pejabat memperingatkan, tanah longsor dan sambaran petir bisa terjadi di pedesaan, karena hujan diperkirakan masih terus mengguyur Sri Lanka.
Tanah longsor sering terjadi di Sri Lanka selama musim hujan akibat deforestasi (penggundulan hutan) untuk keperluan lahan pertanian. [Rusdiono Mukri]