Ponorogo, Gontornews — Pengembangan desa wisata di Kabupaten Ponorogo tak hanya dilakukan pemerintah daerah setempat, namun juga kalangan akademisi. Seperti Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor Ponorogo di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong. Desa ini dikembangkan menjadi desa wisata edukasi (edu wisata).
Tercatat, 6 bulan lamanya 5 orang tim yang terdiri dari 3 dosen dan 2 mahasiswa UNIDA Gontor melakukan ekplorasi potensi wisata Batik Ciprat yang ada di desa ini. Tak hanya melakukan sosialisasi kepada warga, para akademisi ini juga melakukan pelatihan membatik ciprat kepada siswa SMP dan warga tuna grahita.
Ketua Tim Program Desa Binaan ( PDB) UNIDA Gontor, Novi Rizka Amalia, mengatakan pengembangan edu wisata batik ciprat Karangpatihan penting dilakukan. Pasalnya kampung ini minim lapangan kerja yang membuat perekonomian masyarakat di sana sangat minim, terlebih mayoritas profesi masyarakat Karangpatihan buruh dan buruh tani. Tak hanya itu, keberadaan ekowisata yang ada di desa ini seperti Wisata Gunung Beruk terbengkalai akibat pandemi Covid-19, sehingga hal ini berdampak pada pertumbuhan perekonomian warga.
“Jadi kami mengekplorasi potensi wisata apa yang tidak termakan zaman dan waktu. Akhirnya tim sepakat untuk menggali potensi Batik Ciprat Karangpatihan menjadi edu wisata. Karena potensi ini bisa mengangkat perekonomian warga,” ujarnya dilansir realita.co, Jumat (1/3/2024).
Kepala Program Studi (Kaprodi) Hubungan Internasional UNIDA Gontor ini juga mengungkapkan, tak hanya melakukan pelatihan, pihaknya juga melakukan branding edu wisata Batik Ciprat Karangpatihan, melalui platform media sosial. Hal ini bertujuan untuk memperluas jangkauan pemasaran potensi desa tersebut.
“Kami membuat akun Instagram @eduwisata_batikciprat, yang kontennya khusus untuk Batik Ciprat, yang nantinya dikelola oleh desa. Pun dengan membuat sejumlah tulisan di media mainstream untuk memperluas informasi tentang potensi wisata di Desa Karangpatihan ini,” ungkapnya.
Novi menambahkan, keberlanjutan wisata edukasi Batik Ciprat Karangpatihan nantinya akan dikelola oleh para relawan desa. Untuk itu dalam pelatihan membatik ciprat, relawan yang sebelumnnya telah mendapat pembekalan ini dilibatkan dan ikut menangani.
“Jadi para relawan ini yang langsung menangani pelatihan membatik. Kita panggil anak-anak SMP untuk belajar membatik. Sebelumnya mereka melihat para tuna grahita membatik, lalu ditirukan. Ada sekitar 23 siswa yang ikut pelatihan,” tambahnya.
Ia mengungkapkan, tak hanya berhenti di sini saja proses pengembangan wisata edukasi Batik Ciprat di Desa Karangpatihan oleh Tim PDB UNIDA Gontor ini. Pasalnya dalam jangka panjang, pihaknya akan membawa potensi wisata edukasi Batik Ciprat ini ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk dipasarkan hingga ke penjuru dunia, guna menggaet wisatawan mancanegara.
“Harapan kami, dengan peran penuh para akademisi ini, dan tidak hanya berteori dan menulis, namun terjun langsung ke masyarakat dan melakukan pengabdian masyarakat ini, serta menerapkan teori yang ada untuk membawa dampak positif dalam meningkatkan perekonomian warga desa,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Eko Mulyadi berterima kasih dengan keterlibatan para akademisi UNIDA ini dalam mengembangkan Batik Ciprat Karangpatihan menjadi wisata edukasi. Ia berharap, hal ini mampu mengganti wisata alam Gunung Beruk yang terbengkalai akibat pandemi Covid-19. Sehingga perekonomian warga Desa Karangpatihan kembali tumbuh dan berkembang.
“Kami berterima kasih sekali, para akademisi sudah mau terlibat dalam mengembangkan potensi Batik Ciprat. Sejak Gunung Beruk terdampak Covid memang sektor wisata di Karangpatihan mati suri. Semoga dengan dibantu inisiasi para akademisi UNIDA ini, geliat wisata di Karangpatihan hidup kembali dan berdampak pada peningkatan ekonomi warga,” pungkasnya. [Fathur]