Oleh: Sintya Kartika Prameswari
Mahasiswi Universitas Darussalam Gontor
Sebuah petuah Arab yang populer di kalangan pesantren pernah menyatakan bahwa Idhā ṣadaqa al-‘azmu waḍaḥa al-sabīl yang berarti jika ada niat yang kuat, pasti ada jalan yang jelas. Senada dengan petuah Arab tersebut, Sulaimaniah Al-Khawwās pernah berkata, “Seseorang itu mempunyai kemauan dengan tekad kuat dan kemudian dia bertawakal kepada Allah Swt dengan tentunya ia akan mendapatkan apa yang ia cita-cita kan”
Hidup merupakan kombinasi antara niat, rasa ikhlas, kerja keras, doa dan tawakal. Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup melakukannya dan jangan pernah menyusul jika yang kamu sesali adalah suatu pelajaran terindah bagimu.
Seseorang perlu untuk terus bermimpi yang tinggi, bersikap yang luhur dan berkata dengan bijaksana sepanjang hidupnya.
Setiap kata yang keluar dari bibir seringkali mengandung harapan hasil pergulatan kata hati dan pikiran. Setiap kata dapat menjadi doa. Kesempatan untuk melihat orang lain menjadi sukses bak instropeksi dan motivasi diri sekaligus batu loncatan untuk bertindak lebih baik dari rekan sejawat kita dalam bingkai fastabiqū al-khayrāt atau berlomba-lomba dalam kebaikan.
Andai mau berusaha semaksimal mungkin dan menyerahkan semua itu kepada yang mempunyai kesuksesan yaitu Allah swt maka setiap keberhasilan aka berada pada genggaman kita.
Tidak ada yang tidak mungkin didunia ini jika Allah berkehendak jika berketatapan kun fayakūn maka terjadilah. Sebuah pepatah menyatakan, “Jangan mimpikan hal-hal yang kecil karena ia tidak mempunyai tenaga untuk menggerakan hati seseorang”. Artinya, mimpikanlah hal-hal yang bisa dikejar dan jangan bermimpi dengan hal-hal yang bersifat angan-angan yang tak mampu kau dapatkan.
Itulah dinamika hidup manusia yang perlu dijalani. Allah Swt tidak menyukai seorang hamba yang mudah menyerah karena kebaikan-Nya terbentang luas layaknya langit dan bumi. Kebaikan perlu terus digemakan sesuai dengan kemampuan maksimal yang bisa diberikan. Terus berusaha dan mencoba untuk mewujudkan mimpi bukanlah sesuatu yang mudah karena banyak kendala yang akan kita temui. Dan yang perlu seseorang sadari adalah bahwa untuk konsisten berbuat baik perlu pembiasaan.
“Barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya), sesunggguhya Allah melaksanakan urusannya.” (QS: At-Talāq: 3)
Anda tidak mengeluh saat rencanamu dengan takdir Allah belum bertemu karena bisa jadi hal tersebut tidak datang dalam waktu yang tepat. Tetapi jangan pula berburuk sangka, karena hanya Dia-lah yang paling baik recananya. Jangan pula berputus asa, karena bisa jadi itu jalan keluar dari arah yang tidak disangka sangka.
Tulislah rencanamu dengan pensil namun berikanlah penghapus itu pada Allah. Dia yang akan menghapus setiap keburukan dan menggantinya dengan kebaikan. Bermimpilah setinggi mungkin dan berikanlah mimpimu pada Allah. Supaya Ia menghapus mimpimu itu jadi keyataan.
Menuju kesuksesan dengan berbagai kegagalan yang menimpa kita bukanlah suatu masalah yang besar karena Allah sudah menjanjikannya.
Teringat dengan ulama besar yaitu Imam Syafi’I, dengan kesungguhan dan kegigihannya dalam mewujudkan cita cita yang luhur, yang terus berusaha, berdoa dan tawakal dengan mengulang ilmu-ilmu yang telah ia pelajari tidak hanya sekali tapi empat pulu kali mengulang. Jika hal tersebut dapat kita terapkan maka kesuksesan akan kita lampaui. Wallāhu a’lam bi al-ṣawāb. @DenykimB