العِلْمُ بِلاَ عَمَلٍ كَا الشَّجَرِ بِلاَ ثَمَرٍ
“Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tak berbuah”
Zaman telah sedemikian maju. Dahulu kirim surat butuh waktu yang sangat lama, sedangkan saat ini cukup dengan media sosial dengan waktu hanya dalam hitungan detik. Dahulu jika kita ingin bertatap muka dengan orang lain, tidak ada pilihan lain kecuali menemuinya. Saat ini cukup dengan video call.
Wujud kecanggihan teknologi merupakan bentuk berkembangnya ilmu yang benar-benar diterapkan dalam kehidupan, tidak hanya dijadikan pengetahuan lalu dilupakan begitu saja. Ilmu bukan hanya digunakan untuk menciptakan mobil bagus, telepon seluler yang canggih, robot, pesawat, dan lain-lain, tapi juga mencakup seluruh pengetahuan.
Ketika seorang pelukis mencoba membuat sebuah lukisan, maka lukisan indah yang ia ciptakan itu hasil dari pengetahuannya tentang objek yang indah. Ketika ia ingin mencoba membuat desain lukisannya, maka ia beralih kepada hal-hal yang mungkin menarik baginya sehingga ada ketertarikan untuk melukis, baik itu nyata atau imajiner.
Sama halnya dengan pilihan terakhir dalam kehidupan manusia: surga atau neraka, dalam penerapan ilmu pun ada baik dan buruk. Kita lihat saja seorang koruptor, mereka terlahir sebagai orang berpendidikan, tapi mereka menerapkan ilmu yang didapatkan untuk hal-hal yang buruk, yang tidak seharusnya dilakukan dan sangat merugikan orang banyak.
Berbeda halnya dengan sosok Ibnu Sina (Avieena). Ia dijuluki Bapak Kedokteran karena karyanya yang sangat bermanfaat bagi dunia medis. Bahkan, karya beliau masih menjadi rujukan bagi ilmu kedokteran modern.
Sejenak marilah kita mengingat kembali pada kisah Nabi Sulaiman as. ketika beliau dihadapkan pada pilihan: ilmu, harta, atau jabatan. “Sulaiman diberi pilihan antara harta kerajaan, atau ilmu. Maka Sulaiman memilih ilmu. Lalu dengan sebab memilih ilmu ia diberi kerajaan dan harta.” (HR. Ibnu ‘Asakir dan ad-Dailami)
Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor selalu mengajarkan kepada setiap santri dengan istilah: give, give, and give! Selama kita dapat memberi, maka memberilah. Pondok Modern Darussalam Gontor mempunyai slogan tersendiri dalam hal memberi ilmu, ”Sebaik-baik belajar adalah mengajar.”
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa mengajar dapat menjadi media peningkatan diri. Dengan mengajar, kita mendapatkan hal baru, dan orang lain juga mendapatkan hal baru. Mengajar juga memberikan manfaat, dan orang lain pun juga mendapatkan manfaat dari apa yang kita ajarkan.
Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kalian ‘luaskanlah tempat duduk’ di dalam majelis-majelis, maka luaskanlah (untuk orang lain), maka Allah SWT akan meluaskan untuk kalian. Dan apabila dikatakan ‘berdirilah kalian’, maka berdirilah, Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat, Allah Maha Mengetahui atas apa yang kalian kerjakan. (QS. al-Mujadilah [58]: 11)
Artinya, orang yang mengamalkan ilmunya akan diangkat derajatnya. Ibaratnya seperti pohon yang menghasilkan buah. Kemudian, buah itu dapat dinikmati dirinya sendiri dan orang lain. Semoga kita senantiasa menjadi orang yang berilmu dan bermanfaat bagi orang lain dengan ilmu yang kita miliki.