Seiring dengan berkembangnya zaman, penyembelihan tidak saja dilakukan secara manual atau dilakukan oleh manusia tapi ada juga yang sudah melakukan penyembelihan dengan menggunakan teknologi seperti penyembelihan dengan model stunning atau metode pemingsanan.
Metode ini digunakan dengan maksud mengurangi rasa sakit pada hewan yang akan disembelih. Proses stunning ini dapat dilakukan dengan dengan dua hal: menembakkan peluru hampa tepat di syaraf kesadaran hewan dan menyetrum hewan ternak hingga pingsan.
Kedua metode ini tidak menyebabkan kematian dan hanya bersifat sementara untuk meringankan rasa sakit hewan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) membolehkan penggunaan metode ini asalkan hewan ternak tidak mati sebelum disembelih.
Metode stunning seperti ini biasanya ditemukan di rumah jagal yang menerapkan mesin pemotong hewan atau slaughtering machine. Dalam penyembelihan ayam misalnya, ayam digantung secara terbalik dengan kepala berada di bawah dan kaki di atas. Ayam diletakkan secara berbaris dan mesin berjalan otomatis. Di mesin itu, terdapat pisau mekanis yang secara otomatis memotong urat-urat leher ayam.
Ada sebuah temuan menarik dari penelitian yang dilakukan Profesor Schultz dan Dr Hazim dari Universitas Hannover, Jerman. Dalam temuannya, hewan yang disembelih secara langsung terbukti lebih ‘terhormat’ dan menghasilkan daging yang berkualitas ketimbang penyembelihan yang sebelumnya menggunakan proses stunning.
Dalam eksperimennya, Prof Schultz dan Hazim menggunakan alat pencatat aktivitas listrik otak (electroencephalogram/EEG) dan alat pencatat gelombang listrik yang dihasilkan detak jantung (electrocardiogram).
Dua alat tersebut ditanamkan di beberapa titik di kerangka hewan melalui operasi dan diletakkan juga di permukaan otak. Setelah pemasangan alat tersebut, hewan-hewan menjalani masa pemulihan dalam beberapa minggu.
Beberapa hewan ada yang disembelih secara langsung dan beberapa lainnya menggunakan teknik stunning sebelum penyembelihan. Hasilnya, dalam 3 detik pertama penyembelihan secara Islam ditemukan bahwa aktivitas otak tidak berubah sebelum disembelih. Aktivitas ini membuktikan bahwa hewan tidak merasa sakit selama beberapa saat setelah dilakukan penyembelihan.
Tiga detik setelahnya, alat EEG mencatat kondisi tidak sadar karena darah memancar keluar tubuh dalam jumlah besar. Setelah 6 detik, aktivitas otak berada pada level 0 yang berarti hewan tidak lagi merasakan sakit sama sekali. Daging yang dihasilkan melalui proses ini adalah yang terbaik untuk dikonsumsi karena darah sepenuhnya keluar dan tidak mengendap di urat-urat darah dan daging.
Berbeda denga proses stunning yang menyebabkan hewan terhuyung jatuh dan roboh. Setelah pemingsanan, grafik EEG menemukan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak. Karena rasa sakit yang luar biasa, jantung hewan berhenti berdetak lebih awal. Hal ini menyebabkan jantung kehilangan kemampuannya menarik darah dari segala organ tubuh dan tidak mampu memompa darah keluar dari tubuh.
Karena darah tidak tertarik, terjadi pembekuan darah di urat-urat darah dan daging. Sehingga daging yang disembelih kualitasnya buruk dan tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Mengapa demikian? Karena timbunan darah yang beku merupakan media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk.
Dengan demikian, penyembelihan hewan dengan proses yang baik dan sesuai dengan ajaran Islam diharapkan mampu meningkatkan kualitas makanan ke level halal dan thayyib. Berbeda dengan metode stunning, yang kualitas dagingnya tidak sebaik penyembelihan dengan metode Islam. Kini, pilihan di tangan Anda! [Mohamad Deny Irawan/Rus]