Jakarta, Gontornews – Ketua umum PP Muhammadiyah meyayangkan penegakan hukum yang belum terealisasi terhadap isu penyerangan terhadap sejumlah tokoh agama. Menurutnya, hal tersebut amat mengganggu kehidupan antar umat beragama. Haedar lantas meminta pihak kepolisian untuk mengklarifikasi kasus tersebut.
“Ketika terjadi kekerasan terhadap tokoh agama, ustadz, ulama, kiai di daerah, lalu muncul pertanyaan, apa sesungguhnya yang terjadi terhadap peristiwa itu, jadi ini menjadi hal yang sangat mengganggu kehidupan keumatan,” kata Haedar dalam pengajian bulanan PP Muhammadiyah, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Jum’at (9/3).
“Kami juga tidak ingin muncul asumsi di masyarakat belum tentu salah dan belum tentu benar. Bagaimana kepolisian menyelesaikan kasus ini, bisa dijelaskan langsung oleh Polri,” tambah Haedar dalam pengajian bulanan yang dihadirkan oleh Kapolri, Jendral Tito Karnavian.
Haedar meminta kepada masyarakat agar melakukan klarifikasi dan memeriksa kebenaran sebuah berita atau tabayun. “Ketika ada berita datang dari orang munafik itu berita bohong tetapi kita anggap benar, maka agama mengajarkan kita untuk tabayun,” kata Haedar.
Sementara itu, Kapolri, Jendral Tito Karnavian, menjelaskan setidaknya ada 46 laporan terkait kasus penyerangan terhadap ulama dengan hanya 3 peristiwa penyerangan yang benar-benar terjadi.
“Dari (46 laporan tentang penyerangan terhadap tokoh agama) itu hanya tiga yang betul ada peristiwa dengan korbannya ulama atau pengurus masjid. Di Jawa timur ada satu, di Jawa Barat ada 2,” kata Tito.
Tito mengklarifikasi 4 klarifikasi terkait kasus yang diduga penyerangan terhadap ulama. Pertama, satuan tugas nusantara menyebut ada 3 peristiwa yang benar-benar terjadi dengan korban ulama dan pelaku orang dengan gangguan kejiwaan. Kedua, peristiwa penyerangan yang direkayasa di Cicalengka Ciamis, Kediri dan Balikpapan mengenai penganiayaan ulama. Setelah rekonstruksi, ketahuan bahwa peristiwa itu dibuat-buat dan tidak benar terjadi.
Ketiga, Polisi menerima laporan adanya penganiayaan ulama di Bogor dengan pelaku mengalami gangguan kejiwaan. Namun setelah pengecekan, korban bukan ulama tapi petani dan pelakunya adalah tetangganya sendiri. Dan klarifikasi terakhir, keempat, menyebut adanya peristiwa penganiayaan namun kabar tersebut adalah kabar bohong.
Terkait klarifikasi tersebut, Kapolri meminta masyarakat untuk mengedepankan tabayun dan meminta kerjasama dari masyarakat.
“Benar seperti kata Ketua Umum Haedar Nashir, tolong tabayun. Jangan termakan, apalagi sampai berkonflik antar kita,”
“Polisi tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendirian, perlu serta-merta bantuan masyarakat luas termasuk Muhammadiyah untuk mengawal ini,” pungkas Tito. [Mohamad Deny Irawan]