Roma, Gontornews – Umat Muslim di Italia berkumpul di taman dan lapangan untuk merayakan akhir Ramadhan dengan shalat Idul Fitri, karena banyak masjid di negara itu masih ditutup karena pandemi coronavirus.
Masjid dan mushallah harus menghormati aturan ketat yang sama seperti yang telah diterapkan pada gereja-gereja Katolik. Aula harus disanitasi sebelum dan sesudah shalat dan maksimum hanya 200 orang yang diizinkan untuk masuk masjid, bahkan di tempat ibadah terbesar. Untuk shalat di luar masjid, ditetapkan batas maksimal 1.000 orang, dan setiap jemaah harus berjarak setidaknya satu meter dari jemaah lainnya. Namun, mereka yang suhu badannya di atas 37,5 derajat tidak bisa masuk.
Media Italia melaporkan bahwa umat Islam berkumpul untuk melakukan shalat Id sesuai dengan langkah-langkah anti-coronavirus.
“Selamat Idul Fitri kepada semua Muslim di Italia. Mereka memiliki dua alasan untuk merayakannya,” kata Yassine Lafram, presiden Persatuan Komunitas Islam di Italia (UCOII), dalam sebuah pesan.
“Ini bukan satu-satunya perayaan menutup bulan suci Ramadhan. Yang lebih penting bagi kita, ini perayaan yang menandai kembalinya umat Islam ke masjid setelah beberapa bulan dikunci karena coronavirus. Umat Muslim di seluruh Italia sekarang berdoa agar Tuhan menerima puasa, shalat, dan setiap perbuatan baik yang dilakukan selama bulan suci Ramadhan serta membawa kedamaian dan keberkahan ke rumah kita, sehingga fase dua dalam perang melawan COVID-19 di Italia akan dimulai dengan cara terbaik. ”
“Banyak Muslim merayakan Idul Fitri di rumah dengan anggota keluarga terdekatnya. Mereka yang memutuskan untuk bertemu dan shalat berjamaah di luar rumah tetap menaati protokol kesehatan dan jarak sosial untuk menghindari risiko infeksi,” kata UCOII.
Organisasi itu meminta orang-orang untuk menunjukkan “kehati-hatian dan tanggung jawab yang sama” setiap memasuki tempat ibadah.
Di Masjid Al-Wahid Milan, Imam Yahya Sergio Pallavicini mengatur jarak untuk 140 sajadah baru. Ada pintu masuk dan keluar yang berbeda untuk pria dan wanita.
Sanitasi dilakukan secara teratur dengan deterjen, desinfektan, dan peralatan pelindung diri ditawarkan oleh pemerintah kota. “Kami berdoa untuk kesehatan kami dan orang-orang Italia,” kata Pallavicini pada awal doa Idul Fitri.
Hampir 200 orang berkumpul untuk shalat Idul Fitri di Piazza Vittorio Emanuele Roma. Orang-orang Muslim mengatur sajadah mereka dan bergerak sesuai dengan aturan jarak sosial. Poster-poster dalam bahasa Italia dan Arab memberi tahu orang-orang agar tidak berjabat tangan dan berpelukan.
“Bahkan jika kita berada di luar ruangan, tidak ada yang harus terlalu dekat,” kata imam itu kepada umatnya sebelum shalat dimulai. “Ini wajib dan demi kesehatan semua orang.” Semua jamaah memakai masker.
“Saya sangat senang. Saya akhirnya bisa bertemu teman-teman meski harus tetap menjaga jarak fisik,” ujar Samir yang berusia 13 tahun kepada Arab News.
“Kami akan memiliki waktu untuk merangkul, bermain bersama, saat nanti virus nanti hilang.”
Di Piazza Re di Roma, di bagian selatan pusat kota, 250 Muslim berkumpul untuk shalat Idul Fitri. “Kami hanya shalat berjamaah, dan berada di alun-alun hanya selama satu jam,” kata Latif yang berusia 31 tahun kepada Arab News. “Perayaan akan kita lakukan bersama keluarga nanti.”
Perayaan di luar ruangan berlangsung di ibukota Sisilia, Palermo, yang dihadiri Walikota Leoluca Orlando. “Kami senang dengan perayaan yang menandai kembalinya normalitas masyarakat kami,” katanya kepada Arab News.
“Bisa berdoa bersama merupakan salah satu kebutuhan paling penting untuk sebuah agama karena hal itu meningkatkan rasa kebersamaan. Sekarang kita bisa melakukannya lagi bersama-sama, dan itu pertanda bagus bukan hanya untuk komunitas Muslim tetapi untuk seluruh masyarakat Palermo.” []