Khan Sheikhoun, Gontornews – Kelompok oposisi di Suria telah berhasil menembak jatuh sebuah jet tempur milik pemerintah di Barat Laut dekat Kota Khan Seikhoun, Rabu (14/8). Kelompok itu juga telah menahan pilot jet.
Kelompok oposisi, Hay’et Tahrir al-Sham mengatakan para pejuangnya telah menembak sebuah jet Sukhoi 22 yang lepas landas dari pangkalan udara Suriah di provinsi Homs. Namun tidak menjelaskan bagaimana pesawat tersebut tertembak.
Dikutip dari laman Anadolu Agency, Muhammad Rashid dari Tentara Nasir, sebuah faksi dari Front Pembebasan Nasional di Idlib, mengatakan bahwa jet tempur itu ditembak di atas Kota al-Tamanah yang merupakan wilayah anti-pesawat terbang.
Sementara itu, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, yang berbasis di Inggris melaporkan serangan itu telah menggunakan jaringan sumber di tanah, dan menggunakan senjata mesin berat.
‘Seorang pilot yang dikeluarkan dari pesawat ditangkap,” kata Observatory.
Kantor berita negara Suriah, SANA yang mengutip sumber militer Suriah telah mengkonfirmasi bahwa jet tempur pemerintah ditembak jatuh oleh kelompok oposisi di Idlib. Sumber itu juga mengatakan bahwa nasib pilot masih belum diketahui.
Pada hari yang sama, pasukan pro-pemerintah berhasil merebut wilayah baru dari kelompok oposisi di dekat Khan Sheikhoun dan terus maju ke dalam sejauh beberapa kilometer dari kota yang telah berada di tangan oposisi sejak 2014.
Seorang komandan kelompok oposisi mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Khan Sheikhoun berada dalam bahaya besar.
April 2017 lalu, belasan orang telah terbunuh di Khan Sheikhoun dalam serangan gas beracun yang d dilancarkan pasukan pemerintah yang didukung koalisi Rusia.
Akibat serangan gas beracun tersebut, Presiden AS Donald Trump memerintahkan untuk dilakukan serangan rudal terhadap pangkalan udara Suriah di wilayah yang menjadi target serangan gas oleh pemerintah.
Investigasi yang dilakukan oleh PBB dan Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia mengatakan pemerintah Suriah bertanggung jawab atas pelepasan gas sarin di kota itu. Namun Damaskus menyangkal menggunakan senjata tersebut.[Devi Lusianawati]