Paris, Gontornews — Sebuah penelitian mengungkap bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan usia sekolah siswa kehilangan lebih dari sepertiga nilai belajar pada satu tahun akademik. Para peneliti pun memperingatkan bahwa ketertinggalan ini dapat menimbulkan masalah nyata bagi generasi ini.
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan salah satu gangguan terbesar dalam sejarah pendidikan. 95 persen siswa di seluruh dunia terkena dampak penutupan sekolah dengan pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh sebagai solusi pengganti.
Untuk mengetahui seberapa besar situasi ini mempengaruhi siswa, sebuah tim Eropa melakukan tinjauan penelitian besar. Mereka menganalisis 42 penelitian yang terbit antara Maret 2020 hingga Agustus 2022 di 15 negara termasuk beberapa negara di Eropa, Amerika Selatan, Amerika Serikat, Afrika Selatan dan Australia.
Penelitian ini menemukan bahwa anak-anak berusia antara 5-18 tahun telah kehilangan sekitar 35 persen dari nilai pendidikan pada satu tahun akademik normal. Bahkan, anak-anak dengan latar belakang masyarakat kurang berutung terpengaruh secara tidak proporsional seperti halnya mereka berada di negara-negara miskin.
“Krisis pembelajaran adalah krisis kesetaraan,” kata Bastian Betthauser, penulis utama penelitian sekaligus peneliti di Universitas Sciences Po Perancis.
“Hal itu mungkin terjadi karena orang tua lebih mampu membantu anak-anak untuk belajar membaca dibandingkan dengan latihan matematika,” sambungnya sebagaimana dilansir Channel News Asia dari AFP.
Sebagian besar defisit masa pembelajaran terjadi selama penutupan sekolah pada awal pandemi Covid-19. Sejak itu, anak-anak, orang tua, sekolah, bahkan pemerintah berusaka untuk mencegah kerugian lebih lanjut namun belum berhasil.
“Pendidikan adalah salah satu, jika bukan, kunci untuk transisi dari sekolah ke pekerjaan, keberhasilan mereka di pasar tenaga kerja dan keberhasilan mereka dalam membangun mata pencahariaan mereka sendiri,” jelas Bettahauser dalam penelitian yang terbit di jurnal Nature Human Behaviour.
“Ini berpotensi menjadi masalah nyata bagi generasi yang mengalami pandemi di sekolah ini,” tambahnya.
Karena itu, para peneliti menyerukan kepada pemerintah untuk mengambil inisiatif kebijakan untuk memulihkan generasi yang merugi ini. Betthauser meminta pembuat kebijakan untuk fokus pada masalah ini.
“Saya merasa bahwa mungkin (pemerintah) untuk mengalihkan perhatiannya sedikit ketimbang peristiwa terkini lainnya. Penting bagi kita untuk mengingat bahwa defisit pembelajaran ini masih ada,” tutupnya. [Mohamad Deny Irawan]