COVID-19 merupakan penyakit disebabkan oleh coronavirus 19 yang menyerang semua negara di dunia. Penyebaran virus yang cepat menyebabkan semakin hari banyak penduduk dunia terjangkit penyakit ini. Oleh karena itu, negara-negara di dunia melakukan segala cara untuk memutuskan rantai penyebaran virus tak terkecuali Indonesia.
Di bidang pendidikan, demi memutus rantai penyebaran virus, Pemerintah Indonesia menetapkan pembelajaran online. Pembelajaran online merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet sehingga guru dan siswa tidak perlu bertatap muka dalam proses pembelajaran (Setiawan & Iasha, 2020). Pembelajaran online menekankan pembelajaran berbasis Internet secara synchronous dan secara asynchronous (Ogbonna et al., 2019). Pembelajaran synchronous merupakan bentuk pembelajaran dengan interaksi langsung antarsiswa dan guru sekaligus menggunakan formulir online seperti konferensi dan obrolan online.
Sedangkan asynchronous merupakan salah satu bentuk pembelajaran secara tidak langsung (tidak pada waktu yang bersamaan) dengan menggunakan pendekatan belajar mandiri (Borup et al., 2019; Richardson et al., 2020). Kegiatan belajar secara online yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai perangkat elektronik yang terkoneksi jaringan internet dengan konektivitas, aksesibilitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran (Dhawan, 2020).
Namun dalam pembelajaran online, perangkat tersebut tidak dapat digunakan secara langsung karena membutuhkan software pendukung seperti Google Classroom, Moodle, Zoom Meeting, WhatsApp, Web blog, Edmodo dan lain-lain (Ahmad et al., 2020). Di Indonesia, ada 12 platform atau aplikasi penunjang kegiatan belajar di rumah yang disediakan oleh pemerintah, seperti (1) Rumah belajar; (2) Icando; (3) Indonesiax; (4) Meja kita; (5) Microsoft office 365; (6) Google for education; (7) Kelas pintar; (8) Sekolahmu; (9) Quipper school; (10) Cisco webex; (11) Ruang guru; (12) Zenius (Fauzi & Sastra Khusuma, 2020).
Pada dasarnya pembelajaran online dapat digunakan dalam proses pembelajaran saat pandemi COVID-19. Berbagai masalah termasuk penyediaan infrastruktur sekolah, seperti jaringan internet yang sebelumnya tidak dinikmati semua sekolah, terutama di desa-desa, serta biaya pembelian paket data yang mahal. Meski pemerintah Indonesia baru-baru ini mengeluarkan peraturan bahwa dana operasional sekolah dapat dialokasikan untuk membeli paket data, sekolah masih belum sepenuhnya menikmati pembelajaran online.
Selain paket data, sinyal buruk juga kendala dalam pelaksanaan pembelajaran. Seringkali siswa terlambat mengumpulkan dan menyelesaikan tugas, bahkan pemahaman materi telah menjadi masalah yang signifikan bagi siswa (Rasmitadila et al., 2020). Di sisi lain, hanya sebagian dari seluruh siswa yang dilengkapi dengan smartphone maupun notebook. Hal tersebut dapat mengganggu proses pembelajaran pada saat pandemi COVID-19. Selain kendala fasilitas, kendala lain dalam pembelajaran daring yaitu karakteristik siswa itu sendiri. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nakayama bahwa tidak semua peserta didik akan sukses dalam pembelajaran online, dikarenakan faktor lingkungan belajar dan karakteristik siswa (Nakayama et al., 2006).
Pada pembelajaran online diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran adalah sekumpulan komponen instruksional yang digunakan dalam kegiatan instruksional untuk mencapai tujuan instruksional, meliputi tujuan, langkah-langkah pembelajaran, metode, media, waktu, dan penilaian pembelajaran selama pembelajaran online. Penggunaan media pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran dengan memberikan pengalaman belajar yang berbeda yang diharapkan dapat merangsang minat siswa dan motivasi belajarnya (Hennessy et al., 2005).
Media memiliki peran penting untuk memfasilitasi guru dan siswa dalam proses pembelajaran online saat pandemi COVID-19. Media pembelajaran yang paling sering digunakan guru saat pembelajaran online adalah video pembelajaran, baik yang diunduh dari YouTube maupun video pembelajaran yang dibuat guru sebelum pandemi COVID-19 yang dikirimkan melalui WhatsApp group. Beberapa guru mengatakan bahwa video pembelajaran adalah salah satu media yang paling mudah diakses karena guru sudah memiliki waktu luang, dan siswa dapat dengan mudah memahami materi pelajaran.
Selain WhatsApp group, Google Classroom, Zoom, dan Telegram juga berfungsi sebagai media penyampaian materi pembelajaran. Guru mengirimkan materi pelajaran menggunakan WhatsApp, Google Classroom, dan Lembar Kerja kepada orang tua siswa, yang selanjutnya diberikan kepada siswa. Penggunaan media pembelajaran ini terkait dengan media yang juga digunakan oleh sebagian besar orang tua.
Metode pengajaran online yang digunakan adalah format tanya jawab dan ceramah. Penggunaan metode tanya jawab merupakan cara termudah bagi guru untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang diajarkan dan metode diskusi yang memungkinkan terjadinya interaksi dua arah antara guru dan siswa. Guru melaksanakan metode tanya jawab dan diskusi menggunakan WhatsApp group. Guru juga menggunakan metode ceramah karena keterbatasan waktu dan masalah lain seperti sinyal internet yang buruk, serta kondisi ruang kelas virtual yang kurang kondusif untuk pembelajaran.
Pembelajaran online memaksa guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang cepat dan mudah (Lemay & Doleck, 2020). Guru menggunakan alternatif seperti tugas offline dengan batas waktu yang telah ditentukan untuk menentukan tingkat pemahaman siswa. Dalam pembelajaran online, guru harus mampu menggunakan waktu yang terbatas, yang secara otomatis mempengaruhi kecepatan pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Waktu pembelajaran yang biasa digunakan guru dalam satu kali pertemuan sebelumnya adalah 1,5 jam, namun pada pembelajaran online waktunya lebih singkat karena campur tangan orang tua, serta terbatasnya penggunaan waktu aplikasi. Saat siswa mengerjakan tugas atau mengerjakan tanya jawab dengan guru, orang tua membantu mereka dengan memberikan jawaban agar mereka dapat dengan cepat menjawab pertanyaan. Sehingga penggunaan aplikasi online menyebabkan guru hanya menyampaikan poin-poin penting dari materi pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa.
Penggunaan waktu pembelajaran yang berubah di setiap pertemuan juga mempengaruhi langkah-langkah pembelajaran, termasuk kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Disiplin melibatkan menyerahkan tugas tepat waktu dan tidak menunda penyelesaian tugas yang ada, sehingga siswa harus mempelajari materi untuk tidak mengalami keterlambatan waktu pembelajaran. Perubahan tujuan dan langkah pembelajaran secara otomatis juga akan mempengaruhi cara dan bentuk penilaian pembelajaran bagi siswa (Sturm & Quaynor, 2020).
Seorang guru tidak dapat secara adil melakukan penilaian yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam lingkungan online. Memang seringkali guru merasa bahwa penilaian yang tepat terhadap aspek kognitif cukup menantang untuk dilakukan secara adil karena campur tangan orang tua yang membantu memberikan jawaban atas tugas/tes yang diberikan oleh seorang guru. Penilaian aspek psikomotor seringkali lebih baik. Tugas seperti menyanyi atau mempraktikkan gerakan tertentu dapat dinilai lebih baik oleh guru karena ini didasarkan pada kemampuan siswa tanpa campur tangan orang tua saat merekam. Sementara itu, guru juga kesulitan menilai aspek afektif yang merujuk pada sikap siswa karena adanya perbedaan sikap yang ditunjukkan di sekolah dan di rumah. Kondisi ini cenderung disebabkan oleh intervensi orang tua yang tidak mencerminkan keadaan siswa yang sebenarnya, yang mungkin terlihat di sekolah sebelum pembelajaran online.
Dalam penyelenggaraan pembelajaran online, mengalami berbagai hambatan salah satunya yaitu ketersediaan paket data dan jaringan internet, serta kepemilikan telepon seluler atau laptop adalah suatu keharusan yang mutlak. Siswa harus memiliki ini agar semua kegiatan pembelajaran dapat diikuti dengan lancar. Tidak semua siswa memiliki perangkat telepon seluler atau laptop, sehingga beberapa guru akhirnya melakukan pembelajaran offline atau mengunjungi siswa di rumah karena faktor-faktor ini, risiko penyebaran COVID-19 menjadi signifikan, sehingga guru jarang melakukannya. Seorang guru harus bisa mempertimbangkan untuk memperpanjang waktu penyelesaian agar kebutuhan semua siswa dapat terakomodasi (Balasopoulou et al., 2017).
Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Indonesia telah membantu dalam bentuk dana bantuan operasional sekolah. Harapannya, dukungan ini akan mendorong keberlangsungan pembelajaran terkait kendala teknis yang dapat diatasi dengan baik. Tantangan lain, seperti mengondisikan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran online, sulit bagi guru. Faktor yang menciptakan hambatan tersebut dapat dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa minat dan motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, siswa kesulitan saat dihadapkan proses pembelajaran virtual, kesulitan lainnya timbul dari lingkungan rumah siswa, seperti gangguan dari anggota keluarga (adik dan kakak). Faktor-faktor tersebut menyebabkan siswa yang sedang belajar tidak fokus belajar. Salah satu faktornya adalah lingkungan belajar di rumah yang kurang kondusif sebab aktivitas anggota keluarga siswa menimbulkan gangguan yang mengurangi konsentrasi yang diperlukan untuk memahami materi pelajaran. Faktor eksternal yang muncul adalah adanya gangguan dari siswa lain saat melaksanakan pembelajaran menggunakan aplikasi online di kelas virtual. Siswa berbicara dengan siswa lain dengan topik yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran yang dipelajari. Partisipasi/keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga merupakan kendala dan tantangan dalam pembelajaran online. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dihadapkan pada permasalahan paket data dan kepemilikan ponsel atau laptop, serta antusias siswa untuk belajar. Sehingga guru harus mencari cara untuk menjaga semangat siswa.
Selama pembelajaran online, beberapa guru menyatakan bahwa tidak mudah menjaga semangat belajar siswa. Pada awal dilaksanakan pembelajaran online, siswa terlihat antusias dalam melaksanakan pembelajaran, namun setelah dua bulan, siswa mulai merasa bosan dan kurang bersemangat untuk belajar.
Kemampuan dan pengalaman guru dalam mengoperasikan teknologi juga menjadi salah satu tantangan yang menentukan kelancaran kegiatan pembelajaran (Kalman, 2017). Penekanan pada tugas dan kewajiban guru dalam mengajar selama pembelajaran online, dan kemampuan guru untuk memahami TIK telah berdampak pada keberhasilan pembelajaran online (Macià & García, 2018). Guru yang tidak memiliki pengalaman mengajar online atau kesulitan menjalankan perangkat teknologi dan informasi biasanya akan merasa kesulitan untuk melaksanakan pembelajaran online. Bahkan guru yang memiliki pengalaman mengajar atau guru senior dapat mengalami kesulitan untuk menjalankan aplikasi. Kondisi ini menjadi beban bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi tidak maksimal. Bagi guru yang menguasai aplikasi, alat teknologi, dan komputer, pembelajaran online dapat menjadi metode instruksional yang efektif untuk digunakan.
Tantangan yang dihadapi guru memengaruhi pembelajaran siswa. Semua hambatan teknis, pengondisian, dan keterlibatan siswa, dan pengalaman mengajar guru online berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan instruksional dan pembelajaran berkualitas tinggi. Dukungan dari teman sebaya meliputi dorongan untuk terus mengajar secara online, saling membantu jika ada sesama guru yang tidak dapat menggunakan aplikasi atau program komputer lain, serta koordinasi materi kelas antarkelas dilakukan secara online. Dukungan dari orang tua memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Para orang tua merasa bahwa pembelajaran online telah mengubah kualitas pembelajaran anak-anak mereka. Pada awal pembelajaran online, para orang tua murid sangat antusias karena sekolah menggunakan sistem pembelajaran online. Setelah lebih dari sebulan, dukungan orang tua menurun.
Rendahnya tingkat melek internet dari beberapa orang tua menjadi masalah, seperti halnya program pembatasan sosial berskala besar yang telah menyebabkan banyak kantor memberhentikan karyawan, menyebabkan masalah ekonomi. Bagi keluarga yang orang tuanya kehilangan pekerjaan, hilangnya pendapatan berarti berkurangnya biaya seperti layanan Internet. Beberapa siswa tidak memiliki ponsel atau laptop yang biasa digunakan dalam berinteraksi dengan guru di kelas virtual.
Dalam menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan motivasi mengajar selama pembelajaran online. Tiga hal yang mempengaruhi motivasi guru selama pembelajaran online adalah semangat guru dalam melaksanakan pembelajaran online, semangat guru, serta tugas dan kewajiban guru (Dhawan, 2020). Namun, selama proses pembelajaran online, guru kurang antusias dengan pembelajaran online dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka. Guru tidak dapat berinteraksi secara langsung (tatap muka) secara fisik dengan siswa, sehingga guru tidak dapat mengukur pemahaman siswa saat pembelajaran online. Kurangnya interaksi fisik ini, pada gilirannya, telah menyebabkan menurunnya minat mengajar (Richardson et al., 2020). []