Bogor, Gontornews — Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Alquran, yang artinya “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (Al Ahzab 21).
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam adalah sosok teladan yang baik bagi umat dalam menjalani kehidupan dunia, dalam hal apapun termasuk dalam mengasuh anak. Keberhasilan Baginda Rasulullah dalam mengasuh dan mendidik anak-anak beliau sudah terbukti, di mana anak-anak beliau telah menjadi pribadi yang tangguh, berakhlak mulia dan kuat dalam beraqidah.
Pemateri parenting, Yuli Kusumadewi Anshory, dalam acara Kuliah Telegram (Kulgram) Parenting ala Rasulullah yang diselenggarakan oleh Spirit Nabawiyah Community (SNC) menjelaskan, Nabi Muhammad SAW tidak hanya berhasil dalam mendidik anak-anak beliau, namun juga anak-anak yang ada pada generasi beliau. Beliau adalah sosok yang lembut, dan tidak malu dalam menunjukkan kecintaannya kepada anak-anak, bahkan beliau senang bermain dan selalu memberikan hadiah kepada anak-anak.
“Beliau adalah orang tua penyayang dan hangat,” jelas Yuli.
Pelopor Gerakan Literasi Nasional (GLN) Gareulis, Jabar itu juga mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari bahwa al-Aqra bin Habiis at-Tamamy kerap menyaksikan beliau mencium cucunya, Hasan dan berkata, “Aku memiliki sepuluh anak. Tak satupun yang pernah aku cium.” Rasulullah lantas mengalihkan pandangannya kepada Aqra’ dan berkata, “Orang yang tidak mengasihi tidak dikasihi.”
Selain itu, Pemilik Rumah Baca Faqih itu juga menjelaskan, setidakmya ada enam tanggung jawab yang diajarkan Baginda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam dalam mengasuh anak-anak. Pertama dan terpenting adalah tanggung jawab pendidikan iman.
“Salimul Aqidah yaitu Aqidah yang selamat, bersih dan murni dengan menanamkan iman yang kuat pada anak-anak,” jelasnya.
Sebuah Hadis Rasulullah dari Sahabat Nabi, Jundub bin Junadah berkata, “Dahulu kami telah bersama Rasulullah sejak kami masih remaja mendekati usia baligh. Kami mempelajari Iman sebelum mempelajari Al-Quran dam kemudian kami mempelajari Al-Quran sehingga iman kami bertambah.” (Syiar ‘Alam An-Nubala’ 3/175).
Kemudian yang kedua adalah tanggung jawab kedua tanggung jawab moral yaitu Akhlak yang kokoh (Matinul Akhlaq) dengan menanamkan pada diri anak-anak akhlak yang baik dan mulia, sebagaimana akhlak Rasulullah. Ketiga, tanggung jawab pendidikan fisik yaitu tubuh yang kuat, sebab untuk menjalankan ibadah yang optimal kepada Allah ‘Azza wa Jalla pasti dibutuhkan tubuh atau fisik yang kuat.
“Keempat adalah tanggung jawab pendidikan psikis, yaitu anak harus memiliki mental yang baik sehingga bisa mengendalikan hawa nafsu,” jelas perempuan yang juga narasumber Mutiara Qolbu Sipatahunan TV Pemkot Bogor.
Selanjutnya adalah tanggung jawab Pendidikan Akal, yaitu Mustaqoful Fikr atau berpikir kritis dan cerdas. Mengajarkan anak untuk bisa menjaga waktu dan teratur dalam segala urusan.
Kemudian yang terakhir adalah adalah Tanggung Jawab Sosial, yaitu menanamkan dalam diri ini jiwa untuk bersosialisasi dan tidak egois dengan selalu peduli dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Hal itu telah terbukti bahwa pada zaman Rasulullah, anak-anak yang berada dalam pengasuhan beliau, saat tumbuh dewasa mereka selalu memikirkan kepentingan umat dan agama Islam.[Devi]