Roma, Gontornews — Wabah virus korona mulai menyebar ke sejumlah wilayah di Italia, Selasa (25/2). Setelah teridentifikasi di Lombardy, Milan, kini virus mematikan tersebut juga teridentifikasi di Tuscany, Sisilia.
Gubernur Sisilia, Nello Musumeci, mengatakan seorang turis asal Bergamo tengah dirawat di rumah sakit Palermo setelah positif virus korona. Selain pasien, otoritas kesehatan setempat juga mengkarantina orang-orang yang bepergian dengannya.
Sejauh ini, Italia menjadi negara di Eropa paling terdampak virus korona. Tercatat, lebih dari 280 orang terinfeksi wabah ini atau meningkat tajam setelah sebelumnya mencatat 229 kasus saja.
Dalam 24 jam terakhir, 40 kasus baru teridentifikasi di Lombardy, Milan. Sementara 9 kasus baru terkonfirmasi di Veneto, dua kasus di Tuscany dan satu lainnya di Liguria.
Meski demikian, belum ada laporan kematian tambahan akibat virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.
Sementara itu, seorang warga Italia yang tengah berlibur di Kepulauan Canary juga dinyatakan positif virus korona. Temuan ini menyebakan otoritas kesehatan setempat mengakarantina hotel bintang 4 tempat ia tinggal. Austria juga mengonfirmasi dua warga negara Italia positif virus korona.
Ketika sejumlah negara di Uni Eropa meyarankan warganya untuk tidak mengunjungi Italia Utara, Menteri Luar Negeri Italia, Luigi Di Maio, justru mengundang duta besar asing untuk bertemudi Roma. Pertemuan itu dilakukan guna menyampaikan perkembangan wabah serta menyampaikan langkah-langkah yang mungkin diambil untuk mengatasinya.
Meski demikian, Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte, justru menuduh sebuah rumah sakit di Lombardy, Milan, melakukan malpraktek pemicu penyebaran wabah tersebut.
Conte menuduh rumah sakit yang berada di Lombardy, Milan, itu tidak melakukan tugasnya dengan benar. Conte pun tengah mempertimbangkan untuk mendorong pemerintah daerah agar mengeluarkan kebijakan terkait kesehatan.
Pejabat organisasi kesehatan dunia, WHO, dan Uni Eropa dijadwalkan bertemu di Roma, Selasa (25/2) untuk membahas krisis ini. [Mohamad Deny Irawan]