Yogyakarta, Gontornews – Setelah peristiwa tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan Penglima TNI Marsekal Djoko Soeyanto untuk segera mengerahkan pasukan di Yogyakarta dan sekitarnya serta mengambil langkah cepat tanggap darurat. Rombongan presiden sendiri langsung terbang pada sorenya dan menginap malam itu juga di Yogyakarta.
Wakil Presiden Jusuf Kalla saat itu memastikan komitmen bantuan dari beberapa negara dan lembaga internasional antara lain Jepang, Inggris, Malaysia, Singapura, Prancis, Uni Eropa, Kanada, Tiongkok dan Belanda.
Sementara Palang Merah Internasional, Bulan Sabit Merah, dan UNICEF memberikan sejumlah tenda dan perbekalan darurat kepada para korban. Jepang, Singapura dan Malaysia mengirimkan tim ke wilayah bencana.
Tidak kalah menariknya dinamika dan empati masyarakat Yogyakarta dan Indonesia yang membantu ke wilayah bencana. Bantuan ini terus berlangsung sampai tahap rehabilitasi dan rekontruksi dicanangkan.
Pondok Modern Darussalam Gontor pun segera mengirimkan bantuan dan tim relawan serta mendirikan posko di Pedukuhan Pelemadu, Desa Sriharjo, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut Ketua Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor cabang Yogyakarta Ustadz M. Luthfi Yuniarto, posko tersebut menjadi pusat penyaluran bantuan serta kegiatan relawan yang terdiri dari asatidz dari Gontor, alumni, serta Forum Mahasiswa Gontor Yogyakarta (Formagonta).
Masyarakat sekitar merasakan manfaat kehadiran posko Gontor dan mendukung penuh segala aktivitas relawan Gontor.
Silaturahim dengan masyarakat sekitar pun terjalin hingga salah seorang warga, H. Wardi (66 tahun), berniat mewakafkan sebidang tanah miliknya kepada Pondok Gontor.
Hal ini disampaikan ke pimpinan pondok dan gayung pun bersambut. Pihak Gontor menerima wakaf tersebut dilanjutkan dengan pembebasan lahan untuk akses jalan, sehingga total tanah wakaf seluas 732 meter persegi.
“Seiring berjalannya waktu, muncul beberapa usulan pemanfaatan lahan wakaf tersebut. Salah satu gagasan muncul dari budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Alumni sekaligus sesepuh IKPM Yogya itu mencetuskan gagasan agar tanah wakaf tersebut dijadikan Gontor Center,” imbuh Ustadz Luthfi.
Perjalanan menuju gagasan tersebut terus bergulir, hingga pada Ahad (16/1/2022), ketiga Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor: KH. Hasan Abdullah Sahal, KH. Prof. Dr. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A., dan KH. Drs. Akrim Mariyat, Dipl.A.Ed, bersama segenap pengurus Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern (YPPWPM) yang diketuai H. Ismail A. Budi Prasetyo, S.Ag didampingi pengurus IKPM Yogyakarta berkunjung meninjau lokasi tanah wakaf.
Dalam acara silaturahim tersebut, Kiai Hasan Abdullah Sahal menyampaikan bahwa orang bermimpi itu harus tidur dulu, jika tidak tidur tidak dapat mimpi. Hal ini disambut tawa hadirin dan wakif mengingat tanah wakaf mengalami “tidur panjang” sebelum dimulainya proses mewujudkan mimpi wakif dan pihak Gontor.
Pemanfaatan tanah wakaf ini diserahkan sepenuhnya oleh pimpinan pondok kepada generasi muda Gontor dengan menunjuk Ustadz Hanif (wakil ketua YPPWPM) agar muncul ide-ide lanjutan. Semisal menjadikan Rumah Gontor untuk transit dari dan ke bandara Yogyakarta, imbuh Kiai Hasan.
Kiai Hasan berharap tanah wakaf ini dapat menumbuhkan tunas-tunas dengan memberi gambaran menyelenggarakan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) bagi warga sekitar, membekali ilmu agama bagi pemuda, serta membentengi dari pengaruh-pengaruh buruk zaman.[]