Jakarta, Gontornews–Ustadz Yusuf Mansur mengaku kagum dengan prestasi gadis belia yang baru ditemuinya di Ponorogo, Jawa Timur ini. Namanya Ayu Fajar Lestari. Meskipun lahir dalam kondisi buta, diusianya yang masih remaja, Ayu memiliki kelebihan yang luar biasa mampu menghafal al-Qur’an 30 juz, berikut nomor urutan ayatnya.
Malam itu, di hadapan ribuan jamaah di Masjid Agung Ponorogo, Ustadz Yusuf Mansur menguji hafalan gadis kelahiran Kediri, 27 April 2000 dalam sebuah acara tabligh akbar. Pertama, Ustadz Yusuf mengujinya dengan tes sebut nomor ayat, baca surat al-Fatihah dari belakang, sambung ayat, membaca ayat-ayat ganjil dari beberapa surat, hingga kosa kata.
Semuanya bisa Ayu lalui dengan lancar.“Kemampuan kayak gini langka, tapi bukan berarti tidak bisa dipelajari,†kata pimpinan Pesantren Tahfidz al-Qur’an Darul al-Qur’an ini dalam situs yusufmansur.
Ayu dilahirkan di keluarga yang sangat sederhana. Kedua orangtuanya bekerja sebagai penjual nasi goreng di perempatan Bandar Kediri. Anak pertama dari dua bersaudara, pasangan suami istri Muhammad Rokhim dan Lilik Yulaikah ini mengalami kebutaan sejak dalam kandungan karena terkena virus Rubela atau bulu kucing, yang apabila mengenai salah satu anggota tubuh janin, dapat mengakibatkan perkembangan menjadi kurang sempurna.
Tapi diusianya yang baru menginjak 12 tahun, Ayu sudah hafal 30 Juz al-Qur’an serta memiliki kebiasaan mulia seperti melaksanakan shalat berjamaah ketika azan sudah berkumandang, selalu bangun sebelum shalat subuh, puasa Senin Kamis, dan puasa sunnah lainnya.
Perjalanan gadis berusia 16 tahun menghafal al-Qur’an dilalui dengan kisah dramatis. Pada saat usianya dua tahun, Ayu sudah memiliki keinginan belajar mengaji tapi saat itu ibunya tidak rela melepaskan anaknya belajar bersama anak-anak lain karena khawatir akan dijahili.
Menurut Ayu, ibunya sempat membelikan juz amman dan mengajari mengaji di rumah. Tapi sampai surat al-Quraisy, ibunya tidak bisa melanjutkan karena sibuk bekerja. Peran ini pun digantikan neneknya yang mengaajari mengaji menggunakan bacaan latin karena sang nenek tidak bisa membaca al-Qur’an dengan teks arab.
“Nenek menggantikan ibu mengajari saya, langsung dari surat Al-Baqarah. Begitu seterusnya sampai selesai,†ungkap Ayu menengang perjuangannya.
Metode yang digunakan Ayu untuk menghafal al-Qur’an pun cukup mudah, ketika masuk surat, nama surat disebutkan, kemudian turun surat dan disebutkan jumlah ayat, butir-butir ayat, satu persatu dihafalkan. Biasanya, tiga kali dibacakan Ayu sudah hafal, namun apabila suratnya panjang bisa sampai lima kali. Begitu seterusnya sampai selesai.
Meski memiliki kekurangan, siswi SMPLB Aisyiyah Ponorogo ini tidak minder di lingkungannya. Selain berprestasi di mata pelajaran, Ayu juga sering mengikuti lomba tilawah tahfidzul Quran tingkat kabupaten/kota, dan tingkat provinsi Jawa Timur.
Atas bimbingan pengasuh Pondok Pesantren Al-Baqoroh Lirboyo, Kediri, bernama Nur Hanah pada tahun 2012, Ayu dinyatakan lulus hafalan al-Qur’an dengan bacaan bersanad. Sementara di Panti Asuhan Tuna Netra Aisyiyah Ponorogo, bakat Ayu terus dibina dan dikembangkan hingga akhirnya meraih Juara 1 MTQ tingkat Provinsi Jawa Timur dan mewakili Jawa Timur, di MTQ Nasional di NTB, bulan Agustus mendatang.
Kedepan, Ayu mengaku akan terus mendalami al-Qur’an sekaligus ingin menghafal shahih Bukhari dan Muslim lengkap dengan nomor hadits, sanad, perawi, dan matannya. [Ahmad Muhajir/DJ]