Bogor, Gontornews — Pesantren sebagai lembaga pendidikan dengan ciri khasnya merupakan objek studi yang terbuka dan membuka diri terhadap pihak luar. Pesantren sebagai objek penelitian sudah dilakukan berbagai pihak yang menaruh minat tentang pesantren.
“Banyak hal yang bisa diteliti, ada berbagai aspek, seperti pendidikan, pengembangan ekonomi, dan nilai-nilai yang dimiliki pesantren,†ungkap Kepala Pusat Litbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kementerian Agama Hamdar Arraiyah dalam Seminar Hasil Penelitian Jaringan Pendidikan di Pondok Pesantren di Bogor, Jumat (10/6).
Salah satu nilai yang dimiliki pesantren adalah nilai kemandirian. Menurut Hamdar, nilai-nilai kemandirian yang dimiliki pesantren dinilai sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai kemandirian penting dikedepankan untuk merespon potret yang terjadi saat ini, di mana sesuatu yang bisa diproduksi sendiri, diproduksi oleh orang lain, dan hal yang bisa dikerjakan sendiri, kemudian dikerjakan pihak lain.
“Nilai-nilai kemandirian di pesantren harus dilebarkan ke pihak  lain,†ujar Hamdar seperti diunggah kemenag.go.id.
Selain nilai-nilai kemandirian, ujar Hamdar, prinsip dan nilai relasi guru dan murid (santri) di pesantren dapat menjadi role model relasi guru murid yang saat ini sudah memprihatinkan. “Bahkan proses belajar mengajar di pesantren yang diajarkan para kiai, sangat kita rindukan,†ujarnya.
Pesantren mengedepankan prinsip yang tertuang dalam ungkapan Arab  al-muhafazhah ‘ala al-salafi al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al ashlah  atau memelihara tradisi lama yang masih baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.
“Kaidah ini sangat bagus sekali, perubahan dan kelanjutan itu berkembang bersama. Nilai materialistik diobati dengan nilai kesederhanaan,†ucapnya.
Selain itu, pesantren sebagai basis pembinaan umat juga menjadi hal yang menonjol dan ini layak menjadi dan dikaji peneliti Puslitbang. Menurut Hamdar, banyak pesantren di sejumlah daerah yang kiai atau pimpinannya menjadi panutan dan membuat sejuk umat di wilayah tersebut.
“Pesantren sebagai basis pembinaan umat harus kita kawal, dalam arti  pemahaman Islam yang moderat dan dialogis harus kita kawal dengan cara yang cerdas dan bermartabat, sehingga jangan dimanfaatkan oleh pihak tertentu dengan agenda tertentu pula,†ucap Hamdar.
Ia berharap, temuan-temuan penelitian ini selanjutnya dibuat rangkuman yang komprehensif dan dibuat penjelasan yang menyeluruh,†harap Hamdar.
Seminar ini mempresentasikan penelitian di 16 pesantren, yaitu Pondok Pesantren (Pontren) al Mukmin Ngruki Sukoharjo, Al Ikhlas Lamongan, Pontren Daarusy Syahadah Boyolali, Pontren Missi Islam Jakarta, Darul Aman Makassar, Pontren Al Islam Serang Banten, Pontren Nurussalam Cikoneng Ciamis, Pontren Darusy Syifa Lombok Timur, Pontren Ulul Albab Jati Agung Lampung Selatan, Babul Hikmah Kedaton Kalianda Lampung Selatan, Pontren Islam Amanah Poso, Al Mawar Ambon, Pontren Nurul Hadid Cirebon, Pontren Islam Putri Al Muaddib Cilacap, dan Pontren Wahdah Islamiyah Makassar. [Fathurroji/Rus]