Dubai, Gontornews — Dunia bereaksi terhadap perkembangan pesat di Afghanistan setelah pejuang Taliban memasuki Kabul dan Presiden Ashraf Ghani meninggalkan Afghanistan pada hari Ahad.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan AS sedang mengevakuasi staf yang tersisa di Kedutaan Besar AS di Kabul saat Taliban memasuki ibukota Afghanistan. Tapi dia menafikan pendapat yang menyebutkan Amerika keluar dari Afghanistan dengan tergesa-gesa, dengan mengatakan, “Ini jelas bukan Saigon.”
Berbicara pada tayangan “This Week” ABC pada hari Ahad, Blinken mengatakan: “Orang-orang kami akan pergi dari kompleks itu (kedutaan AS di Kabul), dan pindah ke bandara.”
Blinken juga mengonfirmasi bahwa pekerja Kedutaan Besar AS menghancurkan dokumen dan barang-barang lainnya sebelum melarikan diri dari kedutaan, tetapi bersikeras, “Ini dilakukan dengan cara yang sangat disengaja, dilakukan dengan cara yang tertib, dan dilakukan dengan pasukan Amerika di sana untuk membuat yakin kita bisa melakukannya dengan cara yang aman.”
Arabnews.com melansir, helikopter militer AS lepas landas dari halaman kedutaan hari Ahad untuk mengevakuasi staf kedutaan AS di Kabul. Para pejabat AS berupaya agar bahan-bahan sensitif tidak jatuh ke tangan Taliban.
Adegan itu muncul setelah Presiden Joe Biden awal tahun ini meremehkan pendapat yang menyebutkan bahwa Taliban dapat merebut negara itu, atau bahwa perang Afghanistan akan berakhir sebagaimana perang Vietnam, ketika helikopter militer AS lepas landas dari atap kedutaan.
Blinken mendukung keputusan Biden untuk mengakhiri hampir 20 tahun misi militer AS di Afghanistan, dengan mengatakan bahwa tangan Biden terikat oleh kesepakatan penarikan yang dibuat Presiden Donald Trump dengan Taliban pada tahun 2020.
Jika Biden membatalkan penarikan, “kami akan kembali berperang dengan Taliban,” dan dipaksa untuk mengerahkan puluhan ribu pasukan Amerika kembali ke Afghanistan, kata Blinken.
Inggris
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pada hari Ahad, tak seorang pun boleh secara bilateral mengakui Taliban sebagai pemerintah Afghanistan.
Ia menambahkan, jelas akan ada pemerintahan baru di negara itu dalam waktu dekat. “Kami tidak ingin siapa pun secara bilateral mengakui Taliban,” kata Johnson dalam klip wawancara.
Ia mendesak Barat untuk bekerjasama di Afghanistan melalui mekanisme seperti PBB dan NATO.
“Kami ingin semua orang yang berpikiran sama bersatu untuk mencegah Afghanistan kembali menjadi tempat berkembang biaknya teror.”
UEA
Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) pada hari Ahad mengatakan sedang berupaya memfasilitasi evakuasi staf diplomatik asing dari Afghanistan melalui bandara di negara Teluk Arab.
Itu termasuk staf diplomatik dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Kanada, Mesir, Australia, dan Uni Eropa, katanya dalam sebuah pernyataan.
UEA merupakan pusat transit utama penerbangan internasional.
Rusia
Kantor berita negara Rusia, Tass, melaporkan pada hari Ahad bahwa Taliban berjanji untuk menjamin keamanan kedutaan Rusia di Kabul.
Tass mengutip Suhail Shaheen, jurubicara kantor politik Taliban, yang mengatakan bahwa organisasi tersebut memiliki “hubungan baik dengan Rusia” dan “kebijakan secara umum untuk memastikan kondisi yang aman bagi fungsi kedutaan Rusia dan lainnya.”
Sementara itu Utusan Kremlin di Afghanistan mengatakan pada hari Ahad bahwa tidak ada rencana untuk mengevakuasi kedutaan Rusia di Kabul. Zamir Kabulov mengatakan kepada kantor berita Interfax bahwa duta besar Rusia dan stafnya “dengan tenang menjalankan tugas mereka.”
Laporan itu muncul saat pejuang Taliban memasuki Kabul setelah serangan dalam sepekan menjelang penarikan terakhir pasukan Amerika dan NATO. Taliban mengatakan mereka tidak berencana untuk mengambil alih ibukota dengan paksa.
Jerman
Media Jerman telah mengeluarkan seruan mendesak kepada Kanselir Angela Merkel dan menteri luar negeri negara itu untuk program visa darurat guna membantu staf lokal yang bekerja untuk mereka meninggalkan Afghanistan.
Dalam sebuah surat terbuka hari Ahad, surat kabar utama Jerman, penyiar publik dan komersial, dan kantor berita memperingatkan bahwa “kehidupan staf lepas ini sekarang dalam bahaya.”
Mereka menegaskan bahwa pemberitaan dari Afghanistan selama dua dekade terakhir tidak akan ada tanpa upaya dan keberanian staf lokal Afghanistan yang mendukung mereka di lapangan: jurnalis lokal, stringer dan penerjemah.
Mengutip beberapa serangan fatal baru-baru ini terhadap wartawan, surat itu mengatakan bahwa pembunuhan semacam itu sekarang akan meningkat secara dramatis, dan “banyak staf kami dalam bahaya.”
“Itu sebabnya kami meminta Anda bertindak cepat.”
Italia
Media Italia melaporkan hari Ahad bahwa sebagian besar personel di Kedutaan Besar Italia di Kabul sedang dipindahkan ke bandara ibukota Afghanistan untuk persiapan evakuasi.
Laporan hari Ahad oleh Corriere della Sera mengatakan langkah itu mempengaruhi sekitar 50 staf Italia dan 30 karyawan lokal Afghanistan dan keluarga mereka, bersama dengan polisi paramiliter Carabinieri yang melindungi kedutaan.
Kementerian Luar Negeri mengonfirmasi bahwa staf sedang dipindahkan ke bandara, seperti yang sedang dilakukan oleh negara lain, tetapi tidak merinci kapan waktunya dan berapa jumlah stafnya.
Menteri Pertahanan Italia mengatakan bahwa 228 warga Afghanistan dan keluarga mereka telah dipindahkan ke Italia. Ia menyebutnya sebagai “tugas moral” untuk melindungi mereka yang telah bekerja dengan Italia dan yang berisiko menerima pembalasan oleh Taliban.[]