Ankara, Gontornews — Sebuah penelitian meyimpulkan bahwa perubahan iklim yang terjadi secara ekstrem serta berubahnya pola suhu dan curah hujan menyebabkan produksi pertanian di seluruh dunia berada dalam kondisi yang mengerikan. Akibatnya, 820 juta orang terancam mengalami kelaparan setiap malam jika situasi ini urung dikendalikan dan diatasi.
βDunia kita berada dalam kondisi kritis dalam hal hasil pertanian. Sekitar 820 juta orang terancam kepalaran setiap malam,β ungkap Levent Kurnaz, sebagaimana dilansir Anadolu.
βPerubahan-perubahan ini tentu saja akan memiliki efek buruk pada hasil pertanian; ketika tidak ada hujan selama musim hujan dan ketika hujan lebih dari biasanya di saat seharusnya kita mengalami musim panas dan kekeringan,β tambah peneliti the Center for Climate Change and Policy Studies Bogazici University, Istanbul tersebut.
Lebih lanjut, Kurnaz menegaskan bahwa jika perubahan iklim ini terus berlanjut danΒ tidak segera ditangani, maka banyak daerah yang tidak akan bisa ditanami atau mengakibatkan produksi pangan berkurang.
βSaat ini kami percaya bahwa globalisasi bergantung pada pergerakan barang dan jasa secara global, untuk memberi makan sektiar 7,7 miliar orang di bumi.β
βPergerakan ini bergantung pada, yang pertama dan paling utama, ketersediaan bahan bakar transportasi dan sumber daya alam yang diprediksi akan berakhir dalam 30-50 tahun ke depan,β umbarnya.
Kurnaz pun lantas meminta kepada seluruh dunia agar menyadari bahaya tersebut dengan menjadi pihak yang peduli akan bencana kekurangan pangan tersebut.
βDunia harus menyadari bahaya yang akan terjadi ini. sayangnya, orang tidak peduli dengan bahaya ini sebagaimana mestinya. Ini adalah masalah psikologis yang kita semua miliki,β tutur Kurnaz.
Karenanya, Kurnaz berharap sistem ekonomi dan politik harus berubah demi mengatasi masalah ini.β Secara global, tidak banya yang bisa kita lakukan selain menghentikan perubahan iklim ini. Tetapi secara lokal, kita harus meningkatkan investasi teknologi kita ke bidang pertanian,βtegasnya.
βKami tidak membutuhkan telepon seluler, tetapi kami jelas membutuhkan spesies tanaman yang mampu bertahan dalam kondisi kekeringan agar dapat menghasilkan pangan bagi lebih banyak orang di dunia.β
βKami membutuhkan lebih banyak spesies tanaman yang tahan garam untuk melawan kenaikan permukaan air laut. Kami membutuhkan lebih banyak spesies tanaman tahan air yang mampu bertahan hidup kala ladang kita banjir ataupun setelah badai ekstrem.β
βJika kita ingin memiliki ketahanan pangan di masa depan, kita harus membuat para petani lebih bahagia dari pada pekerja di sebuah pabrik penghasil telepon seluler karena kita dapat makan gandum dan bukan memakan telepon seluler,β pungkas Kurnaz. [Mohamad Deny Irawan]