Bogor, Gontornews — Ketua Takmir Masjid Baitus Syifa Rumah Sakit Islam Bogor (RSIB) KH Djudjih Djajasumpena mengungkapkan asal mulanya bergabung menjadi Pengurus Yayasan RSIB.
Djudjih mengatakan, dirinya tertarik bergabung bersama RSIB di tahun 2010 untuk menguatkan keislaman anggota rumah sakit yang beralamatkan di Jl Perdana Raya No 22, Kedung Badak, Kota Bogor itu.
“Tahun 2010 saya diajak bergabung, saat itu sudah ada 300 pekerja di antaranya ada 70 dokter, saya mau bergabung dan 300 pekerja itu semuanya harus ikut pengajian,” ujar Djudjih seperti dikutip Suara Islam, Selasa (24/01) lalu.
Kepada para pegawai, lanjut dia, salah satunya diberikan materi belajar membaca Al-Qur’an. Dari 300 pekerja itu dibagi antara yang lancar membaca Al-Qur’an dan yang tidak. Kemudian yang lancar mendampinginya untuk mengajarkan kepada yang tidak lancar.
“Selain itu, saya ingin di RSIB ada sistem zakat,” lanjut Djudjih.
Sekretaris Yayasan RSIB itu mengatakan, dana zakat diperlukan untuk kemudian bisa membantu orang yang tidak mampu, khususnya guru agama dan untuk yang yang berhak.
Kemudian, ia berharap di RSIB berlaku nilai-nilai berlandaskan syariah.
“Alhamdulillah belum lama ini Rumah Sakit Islam Bogor mendapatkan predikat Paripurna, insyaallah berikutnya kita ingin menjadi rumah sakit syariah yang terbaik,” harap Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor itu.
Selain itu, alasan ia tertarik bergabung dengan RSIB adalah karena motivasi sosial dan dakwah. Sesuai amanat pendiri, RSIB harus menolong masyarakat miskin dan guru agama yang tidak mampu berobat.
“Ketika tahun 1980-an, ada momen banyak kiai sakit. Untuk menolong para kiai yang sakit maka KH Sholeh Iskandar mencetuskan ide pendirian rumah sakit yang kemudian bisa berjalan hingga sekarang,” ungkap Djudjih.
Saat sekarang pun demikian, banyak ustadz khususnya yang di perkampungan saat kondisi sakit terkadang tidak mampu berobat ke rumah sakit dan tidak punya BPJS. “Karena itulah harus ada rumah sakit yang memikirkan hal tersebut,” jelasnya. [Fath]