Jakarta, Gontornews — Majelis Virtual Majalah Gontor bertema “Santri Indonesia Meneladani Pahlawan, Mengabdi untuk Negeri” pada Rabu (4/11), menghadirkan sejumlah tokoh alumni Gontor, salah satunya Ustadz Bachtiar Nasir Lc MM (UBN).
Dalam kesempatan itu, Ustadz Bachtiar menyampaikan satu hal yang cukup berkesan yang terngiang saat dirinya dulu menjadi santri. Pembelajaran kepondokmodernan telah menjadikan sosok para kiai Gontor, Trimurti, dan KH Rahmat Soekarto sosok para pahlawan yang turut berjasa dalam menyelamatkan pondok dan menegakkan kalimat Allah SWT.
Hal itu diselaraskannya dalam peristiwa kudeta Pesantren Gontor pada tahun 1948, tepatnya ketika Gontor diserang oleh PKI. “Hal ini kontekstual untuk sekarang, ketika santri menghadapi dua musuh besar dunia yang bersatu saat ini yaitu bersatunya kapitalisme (sosial ekonomi) dengan komunisme (hukum dan politik),” ujar dai dan pimpinan AQL Islamic Center tersebut.
“Alhamdulillah kita punya pahlawan KH Rahmat Soekarto, tokoh masyarakat setempat sekaligus kakak tertua Trimurti, yang tetap tegak berdiri, tidak mundur walau selangkah, demi menyelamatkan kedua adiknya KH Ahmad Sahal dan KH Zarkasyi,” terang UBN kepada Gontornews.com. Di situ, lanjutnya, prinsip bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan, itulah yang diwariskan oleh para kiai kita.
Pahlawan selanjutnya yaitu KH Yusuf Hasyim dengan pasukan Hizbullahnya yang talah menghantam PKI. Ia putra bungsu KH Hasyim Asyari. Kemudian, keberlangsungan pendidikan Gontor juga tidak lepas dari peran KH Ahmad Dahlan, sebagai model pendidikan Indonesia yang sangat hebat. Karena bagaimanapun juga berkat jasanya, Muhammadiyah bisa berkembang di Sumatera Barat dan Gontor juga menjadikan Sumatera Barat sebagai Soko Gurunya.
“Dari sini kita bisa melihat ciri khas seorang santri yaitu selalu ingin meneladani pahlawannya dalam menyelamatkan sebuah negeri. Pahlawan sejati adalah yang menegakkan kalimat, la illaha illa Allah, di atas segala-galanya.” [Edithya Miranti]