Jakarta, Gontornews — Islam kian berkembang di benua Eropa. Beberapa negara di Eropa dilaporkan memiliki populasi Muslim yang terus bertambah dari waktu ke waktu. Dari seluruh negara di benua Eropa, negara yang mengalami pertumbuhan Muslim paling pesat adalah Belgia. Di salah satu negara Eropa Barat yang bertetangga dengan Perancis, Belanda, dan Jerman itu Islam sudah tumbuh sejak tahun 1829, setahun sebelum kemerdekaan negara itu pada tahun 1830.
Sebuah laporan konsul Turki di Antwerp seperti diansir muslimobsesion.com menyebutkan, ada sekitar 6.000 Muslim di Belgia pada saat itu. Diikuti tumbuhnya komunitas-komunitas Muslim di banyak negara Eropa, kehadiran umat Muslim yang semakin banyak, hingga akhirnya mendapat pengakuan. Di Belgia sendiri Islam diakui sebagai agama resmi oleh pemerintah Belgia sejak tahun 1974.
Seolah menemukan momentumnya, di negeri penghasil cokelat terbaik di dunia itu, Islam menjadi agama dengan peningkatan jumlah pemeluknya yang signifikan. Dilansir Wikipedia, pada tahun 1998 umat Muslim di sana berjumlah sekitar 350 ribu jiwa dan terus memperlihatkan angka kenaikan dari tahun ke tahun. Survei NationMaster menyebutkan, tahun 2014 sebanyak 638.000 orang Belgia adalah Muslim. Sedangkan saat ini, diperkirakan ada 879.377 penduduk Belgia yang beragama Islam.
Untuk mengakomodasi keperluan ibadah umat Muslim, saat ini telah berdiri ratusan masjid di Belgia. Salah satunya ada Great Mosque of Brussels atau Masjid Agung Brussels yang merupakan masjid tertua dan terbesar di Belgia. Lokasi masjid ini sangat strategis, tepat berada di pusat jantung kota Brussels, Cinquantenaire, tidak jauh dari Markas European External Action Service (EEAS) atau Dinas Luar Negeri Eropa. Masjid terbesar di Belgia ini mampu menampung hingga 5.000 jemaah.
Tak hanya berarsitektur cantik, Masjid Agung Brussels ini juga memiliki sejarah yang yang menarik. Seperti dilansir Wikipedia, masjid ini sebelumnya adalah bangunan bergaya Arab yang dibangun oleh arsitek Ernest Van Humbeeck pada tahun 1880. Saat itu bangunan yang membentuk Paviliun Oriental Pameran Nasional di Brussel itu terdapat lukisan monumental di atas kanvas: “Panorama of Cairo”, oleh orang Belgia sangat disukai Emile Wauters, yang menikmati kesuksesan besar. Namun, pemeliharaan pada abad kedua puluh menyebabkan bangunan tersebut secara bertahap memburuk.
Selanjutnya pada tahun 1967, Raja Baudouin yang saat itu memerintah negara yang menganut sistem pemerintahan Konstitusional Monarki Federal itu meminjamkan bangunan itu dengan bebas sewa selama 99 tahun
kepada Raja Faisal ibn Abd al-Aziz dari Arab Saudi yang ketika itu sedang melakukan kunjungan resmi ke Belgia. Bangunan tersebut kemudian diubah menjadi tempat ibadah untuk imigran Muslim ke Belgia, terutama dari Maroko dan Turki. Pada tahun 1978, Raja Arab Saudi, Raja Khalid kemudian meresmikan masjid tersebut dengan disaksikan oleh Raja Baudouin.
Seiring dengan keberadaan komunitas Muslim yang makin diterima di Belgia, masjid ini kemudian digunakan sebagai basis Islamic and Cultural Centre Belgium, Organisasi Islam pertama di Belgia. Selain digunakan untuk shalat, masjid yang berarsitektur cantik itu juga digunakan untuk kursus bahasa Arab untuk dewasa dan anak anak, juga kursus pengenalan ajaran Islam. Masjid ini setiap harinya disesaki oleh para jamaah yang beribadah di sana. Apalagi saat Ramadhan dan dua hari besar Islam tiba, masjid ini selalu dipenuhi jemaah hingga ke halaman.
Selama Ramadhan, biasanya Masjid Agung Brussel dan pusat-pusat Islam lainnya mengadakan shalat Tarawih berjamaah dan ceramah agama untuk komunitas Muslim. Keluarga dan teman berkumpul untuk merayakan festival selama sebulan dan berbagi makanan. Makan bersama diatur sebagai tanda persaudaraan dan kasih sayang. Namun setelah wabah virus corona merebak di Belgia, pada tahun 2020 Eksekutif Muslim mengumumkan langkah- langkah untuk merayakan Ramadhan di bawah aturan penerapan lockdown. “Masjid- masjid juga tidak dapat membuka pintu untuk umum selama perayaan Idul Fitri,” kata Eksekutif Muslim Belgia dalam siaran persnya, dilansir di The Brussels Times, Rabu (20/5/2020).
Bagi seluruh umat Islam di dunia, termasuk umat Muslim Indonesia yang tinggal di Belgia, Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2020 lalu terasa berbeda dari tahun -tahun sebelumnya. Tidak ada shalat tarawih berjamaah, buka bersama atau tadarus bersama selama Ramadhan 2020. Shalat Idul Fitri 2020 juga dilakukan di kediaman masing-masing. Sekretaris Pertama Pensosbud KBRI Brussel, Dara Yusilawati kepada ANTARA London menjelaskan bila tahun-tahun sebelumnya shalat Idul Fitri berjamaah dilakukan di KBRI Brussel, dilanjutkan halal bihalal di kediaman Duta Besar, tahun 2020 lalu semua dilakukan secara daring. Takbir, khutbah Idul Fitri, silaturahmi juga dilakukan secara daring.
Halal Bi Halal pada Idul Fitri 1442 H tahun 2021 lalu di Belgia juga kembali diselenggarakan secara virtual, mengingat aturan setempat di Belgia yang belum memungkinkan untuk berkumpul di dalam ruangan dalam jumlah masif. Dilansir kemlu.go.id meski melalui Zoom, Halal Bi Halal yang dilaksanakan pada 16 Mei 2021 silam berlangsung seru. Melalui Zoom, masyarakat Indonesia menikmati berbagai suguhan hiburan tari dan musik. Mereka juga berkesempatan untuk berinteraksi, saling menyapa dan berbagi pengalaman Idul Fitri yang kedua kalinya di masa pandemi.
Setahun berikutnya, momen lebaran tahun 2022 ada suasana berbeda dirasakan oleh Jeri At Thabari, mahasiswa Indonesia asal Aceh yang merayakan Lebaran 2022 di Belgia. Dilansir detik.com, Jeri At Thabari, mengatakan, Idul Fitri kali pertama di negeri orang membuat hatinya terenyuh saat mendengar takbir di masjid, teringat Ramadhan yang telah berlalu, sekaligus suasana perayaan Lebaran 2022 di Indonesia.
Menurut mahasiswa Fire Safety Engineering (Doctor of Fire Safety Engineering) ini, meski tata laksana shalat ied berjamaah di KBRI Brussels serupa dengan Indonesia, tetap saja Idul Fitri di Belgia tidak sama seperti di Indonesia. “Yang paling jelas terasa adalah tidak ada libur panjang seperti di Indonesia. Rata -rata pekerja, harus mengambil cuti untuk melaksanakan sholat ied. Jika hanya cuti setengah hari, rata-rata langsung kembali ke kantor setelah sholat ied,” ujar Jeri.
Menurut Jeri, total peserta sholat ied berjamaah mencapai 400-an orang. Acara kemudian dilanjutkan dengan halal bihalal bersama KBRI Brussels. Agenda bertajuk PPI Gent Berlebaran 1443 H itu mengundang pelajar dan diaspora Indonesia yang berada di Belgia. Di Lebaran 2022 ini, Jeri berharap semua ibadahnya diterima Allah SWT. Dia juga berharap, kekompakan dan kehangatan yang dirasakan saat halal bihalal dapat terus terjaga. Harapan lain adalah semoga suasana Lebaran khas Indonesia bisa hadir kembali di tahun mendatang.[]