Jakarta, Gontornews — Dalam seminar ‘Wujudkan Masjid Berkualitas Menuju Peradaban Umat’ yang digagas Kementerian Agama, mantan Ketua BAZNAS yang juga Pendiri Gerakan Memakmurkan Masjid (Gemar), Achmad Subianto memaparkan tentang empat pegangan dalam mengembalikan peradaban umat ke masjid.
“Saya akan menggunakan analisa Strength, Weakness, Oportunity dan Threats (SWOT) untuk pembinaan masjid,” kata Subianto, Selasa (13/12).
Strength atau kekuatan, yang dimiliki masjid untuk menjadi pusat peradaban di antaranya adalah populasi Muslim di Indonesia yang terbesar di dunia. Indonesia merdeka pada bulan Ramadhan di hari Jumat, Indonesia ada kementerian yang mengurusi agama, ada pula kehadiran kitab suci al-Qur’an yang sudah dijelaskan Allah SWT sebagai cahaya, serta banyaknya ormas-ormas Islam yang berdiri tegak. “Semua itu menjadi kekuatan masjid di Indonesia,” katanya.
Selanjutnya, harus dipahami weakness atau kelemahan dari kondisi yang ada seperti perekonomian yang tidak dimiliki umat, dan pembinaan yang masih bergantung pada APBN/APBD. Ada pula kelemahan lain yaitu Indonesia dikuasai oleh etnis tertentu, banyaknya status hukum masjid yang masih belum jelas, kesediaan lisensi bagi khatib-khatib serta masih terbatasnya pemahaman manajerial pengurus masjid. “Aset masjid juga masih belum dikelola dengan baik, ini juga kelemahan masjid,” katanya.
Subianto juga mengajak umat Islam memahami oportunity atau kesempatan yang ada, seperti kehadiran BAZNAS yang harusnya diiringi kehadiran UPZ di masjid. Selain itu, seharusnya Badan Wakaf Nasonal sudah mampu hadir di masjid-masjing, termasuk memaksimalkan potensi umat lewat banyaknya bank-bank syariah yang sudah ada.
Terakhir, ia mengingatkan umat Islam akan adanya threats atau ancaman terhadap masjid, ekonomi dikuasai oleh kelompok tertentu, sehingga banyak pendidikan bertaraf internasional yang didirikan oleh non-Muslim, legalitas masjid yang belum jelas, serta perkembangan teknologi yang kadang belum mampu ditangkap. Ada pula media-media sekuler dan aliran-aliran sesat yang berusaha memecah umat, terutama perilaku koruptif yang masih ada.
“Perilaku koruptif masih banyak, jangan sampai sudah shalat, sudah haji, tapi masih korup, karenanya jangan sampai kita memiliki mentalitas miskin,” ujar Subianto. [Fathurroji/Rus]