Doha, Gontornews — Taliban memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak “menggoyang” rezim pemerintahannya pada pembicaraan tatap muka pertama mereka sejak AS menarik pasukannya dari Afghanistan. Demikian diwartakan Hurriyetdailynews.com.
Saat pelayat di Afghanistan utara menguburkan jenazah para korban serangan terhadap sebuah masjid Syiah yang menewaskan 62 orang, delegasi Taliban mengatakan kepada pejabat AS di Doha, Qatar, bahwa setiap pelemahan rezim Taliban dapat menyebabkan “masalah bagi rakyat”.
“Kami dengan jelas mengatakan kepada mereka bahwa mencoba untuk mengacaukan pemerintah di Afghanistan tidak baik untuk siapa pun,” kata Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi kepada kantor berita negara Afghanistan Bakhtar setelah pembicaraan di ibukota Qatar.
“Hubungan baik dengan Afghanistan baik untuk semua orang. Tidak ada yang harus dilakukan untuk melemahkan pemerintah yang ada di Afghanistan yang dapat menimbulkan masalah bagi rakyat,” katanya dalam sebuah rekaman pernyataan yang diterjemahkan oleh AFP.
Taliban membutuhkan pengakuan internasional, serta bantuan untuk menghindari bencana kemanusiaan dan meredakan krisis ekonomi di Afghanistan.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan delegasi AS akan menekan Taliban untuk memastikan teroris tidak membuat basis serangan di negara itu.
AS juga akan menekan penguasa baru Afghanistan untuk membentuk pemerintahan inklusif dan menghormati hak-hak perempuan dan anak perempuan, kata pejabat itu.
Hal ini mengisyaratkan bahwa pertemuan itu tidak menunjukkan Washington mengakui kekuasaan Taliban.
“Kami tetap berpendapat bahwa legitimasi apa pun harus diperoleh melalui tindakan Taliban sendiri,” kata pejabat itu.
Sementara itu, serangan di Kunduz merupakan serangan paling berdarah sejak pasukan AS meninggalkan negara itu pada Agustus.
Seorang penggali kubur di pemakaman Syiah yang menghadap ke kota mengatakan kepada AFP bahwa mereka telah menangani 62 mayat, dan laporan lokal menyebutkan jumlah korban terakhir bisa mencapai 100.
Cabang regional ISIS, yang dikenal sebagai Islamic State-Khorasan (IS-K), telah berulang kali menargetkan Syiah di Afghanistan.
IS-K mengatakan serangan itu dilakukan oleh seorang pembom bunuh diri asal Uighur yang telah “meledakkan rompi peledak di tengah kerumunan” jamaah Syiah.[]