Situbondo, Gontornews — Menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah, Arab Saudi, menjadi impian semua Muslim. Tak terkecuali bagi Misdjoyo (60) dan Artani (55). Keduanya pasangan pedagang sayur tradisional asal Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Dengan niat tulus, serta tekad dan ikhtiar yang kuat, mereka akhirnya mampu berangkat ke Tanah Suci. Suami istri warga Dusun Karang Projo, RT 01 RW 05, Desa Alasmalang, Kecamatan Panarukan tersebut, tahun ini sudah bisa berangkat menunaikan ibadah haji, setelah tujuh tahun menunggu.
Keduanya mendaftar sebagai calon haji sejak 2010, dengan membayar uang muka atau pertama kali mendaftar hanya Rp4.000.000 dari total keseluruhan biaya haji yang harus dibayar sekitar Rp70 juta untuk dua orang. Selanjutnya, kedua calon haji pedagang sayur itu membayar dengan cara mencicil setiap satu minggu, dua minggu dan bahkan hingga satu bulan sekali, tergantung omzet hasil penjualan sayur yang ditekuninya selama ini.
Berkat niat yang tulus dan ikhlas itulah, pasangan suami istri pedagang sayur ini berhasil dan mampu melunasi biaya perjalanan ibadah haji sekitar Rp70 juta selama lima tahun, tepatnya pada 2015.
“Karena penghasilan kami hanya dari menjual sayur kangkung dan sawi, kadang hanya mencicil untuk melunasi biaya haji Rp200.000 hingga Rp500.000 setiap satu minggu sekali. Dan kalau mendapatkan rezeki lain bisa sampai Rp1.000.000. Alhamdulillah setelah lima tahun kemudian sudah lunas dan kami berdua atas panggilan Allah berangkat ke Tanah Suci pada tahun ini,” kata Misdjoyo seperti kutip Antara..
Biaya haji pasangan suami istri ini, murni dari hasil kerja keras menjual sayur kangkung dan sayur sawi. Untuk sayur kangkung, Misdjoyo hanya memanfaatkan sawah miliknya yang berukuran satu petak kecil atau sekitar 100 m2.
Di sawah ukuran yang tidak luas itu lah, Misdjoyo dan Artani menanam sayur kangkung dan saat panen, mereka menjualnya di pasar tradisional Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan.
“Kalau sayur sawi kami membeli (kulakan) kepada petani di desa lain dan bahkan biasanya kami juga membeli sawi di Kabupaten Bondowoso. Kalau di pasar kami menjual sayur kangkung Rp750 per satu ikat,” tutur Misdjoyo.
Sebelum mendaftar sebagai calon haji pada 2010, menurut Artani, ia menjadi korban gendam atau hipnotis oleh seseorang dan seluruh perhiasan gelang dan kalung emas miliknya dibawa kabur oleh pelaku.
“Perhiasan emas dan uang hasil penjualan sayur milik istri saya habis ketika itu. Padahal, kami sudah memiliki niat untuk mendaftar haji dengan rencana menjual perhiasan untuk membayar uang muka. Tetapi karena niat dan keyakinan, uang kami yang tersisa Rp4 juta langsung didaftarkan haji, sedangkan sisanya dicicil,” tutur Misdjoyo.
Sementara Kepala Seksi Haji dan Umroh Kementerian Agama Kabupaten Situbondo Maulana Ahmad Ridho membenarkan bahwa pasangan suami istri pedagang sayur tersebut adalah dua di antara 620 calon haji dari Kota Santri itu yang akan diberangkatkan tahun ini.[Antara/DJ]