Ankara, Gontornews — Turki pada 30 Mei menepis kecaman Yunani soal pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, di museum Hagia Sophia (Ayasofya) Istanbul. Hagia Sophia, di era Bizantium, merupakan katedral. Kemudian dikonversi menjadi masjid di zaman Khilafah Utsmaniyah (Ottoman).
Menandai peringatan 567 tahun penaklukan Konstantinopel, ibukota Bizantium yang sekarang bernama Istanbul, oleh Khilafah Utsmaniyah, Turki menggelar acara di Hagia Sophia yang di dalamnya dilantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an. Tapi Yunani mengecam acara ini.
Menuduh Athena membuat “pernyataan yang sia-sia dan tidak efektif”, jurubicara Kementerian Luar Negeri Turki Hami Aksoy mengatakan, ketidaksenangan Yunani menggambarkan “psikologi intolerannya”.
“Fakta bahwa Yunani, satu-satunya negara Eropa tanpa masjid di ibukotanya, terganggu oleh pembacaan Al-Qur’an di Hagia Sophia adalah contoh yang menggambarkan psikologi intoleransi negara ini, terutama pada saat ketika suara adzan dapat didengar dari menara di Eropa dan pentingnya prinsip saling menghormati semakin dihargai,” kata pernyataan online tertulis seperti dikutip hurriyetdailynews.com.
Pernyataan Aksoy muncul merespons pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Yunani yang mengatakan langkah itu tidak sesuai dengan Konvensi UNESCO Mengenai Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia.
“Turki tidak melawan status monumental Hagia Sophia, maupun Konvensi UNESCO tahun 1972 Tentang Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia. Sebaliknya, berkat kepedulian dan perhatian Turki terhadap Situs-situs Sejarah Istanbul, situs-situs ini telah bertahan sampai generasi sekarang sebagai warisan budaya,” tandas Aksoy.
Dia juga mengkritik “upaya terbaru dari kalangan tertentu di Yunani” yang menggunakan pandemi coronavirus sebagai alasan untuk membungkam panggilan adzan di Thrace Barat “yang telah dilantunkan selama berabad-abad.”
Aksoy juga menekankan bahwa Hagia Sophia akan tetap menjadi “harta berharga Turki dan kemanusiaan” dan akan terus dilindungi.
“Festival yang sedang disiapkan Ankara di Hagia Sophia mengganggu dan patut dikecam karena tempat itu telah ditetapkan sebagai museum warisan budaya dunia dan saat ini digunakan untuk mempromosikan tujuan lain,” kata jurubicara pemerintah Yunani, Stelios Petsas, kepada penyiar Yunani SKAI pada 29 Mei. []