Jakarta, Gontornews — Masjid Prawoto dipercaya masyarakat sebagai peninggalan murid Sunan Kudus, yaitu Raden Bagus Mukmin atau yang lebih tersohor dengan sebutan Sunan Prawoto. Bahkan masjid ini dulunya digunakan oleh para wali untuk bermusyawarah, tak heran jika masjid ini dikenal dengan nama Masjid Wali.
Kesan mencolok jika Masjid Prawoto merupakan peninggalan zaman kewalian, tampak dari halamannya. Belasan pohon yang dipercaya berusia ratusan tahun, mengapit berdiri kokoh dan rimbun di pekarangan masjid. Pohon itu seolah tidak pernah berubah. Baik tinggi pohon maupun cabangnya, seolah tetap sama.
Sebagai salah satu situs peninggalan masa peralihan Hindu ke Islam, Masjid Prawoto memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Namun sayangnya, renovasi yang dilakukan selama beberapa kali mengakibatkan masjid bersejarah tersebut sudah jauh berubah dari bentuk aslinya.
Rubinto, salah seorang pengurus Masjid Prawoto mengatakan bahwa Masjid Prawoto merupakan tempat penyebaran Islam pertama kali di wilayah Pati Selatan. Di antaranya Kecamatan Sukolilo dan Kayen.
“Sebelum berdiri Kerajaan Demak, Masjid Prawoto ini menjadi tempat berkumpul dan bermusyawarah bagi para wali,” kata Rubinto seperti dilansir krjogja.com (24/5/18).
Rubinto mengatakan atap kayu jati asli dari jaman wali dan keadaan kayunya masih utuh. “Jendela dan pintu masih asli semua” ucapnya.
“Usia masjid Prawoto diyakini lebih tua dibanding Masjid Agung Demak,” tegas Rubinto.
Ali Romdhoni, sejarawan sekaligus penulis buku Istana Prawoto mengatakan, masjid tersebut diyakini sebagai masjid yang didirikan Sunan Ampel untuk Raden Fatah.
“Di dalam Babad Pajang, 27 tahun sebelum pendirian masjid Agung, Sunan Ampel pernah menancapkan masjid untuk Raden Fatah. Hal ini berkesesuaian dengan cerita yang dimiliki masyarakat Prawoto,” terangnya.
Dia bahkan menyebut jika di masjid itu pulalah para wali bermusyarah untuk kemudian merancang berdirinya Masjid Agung Demak. Jika dilihat dari letak geografisnya, letak masjid Wali dikatakannya simetris lurus dengan Muria, Makam Sunan Prawoto, Gapura Istana maupun Surakarta.
“Hal ini pula yang kemudian turut melengkapi. Keberadaan jejak Masjid Wali, Bentolo, Sunan Prawoto, cerita tutur, Babad, dan diperkuat serat centini saling melengkapi bukti jika Prawoto memiliki persyaratan sebagai pusat pemerintaah Kraton Demak,” terangnya.
Jika dilihat bangunan masjidnya cukup unik. Nuansa masa lampau masih begitu terasa dari bentuk atapnya yang berundak dan jendela berukuran besar dari kayu dengan model kuno.
Ciri khas lainnya adalah masjid itu begitu rendah. Bagian imam hanya setinggi 160 centimeter saja atau tepat seukuran rata-rata tinggi orang dewasa. Pintunya juga rendah.
Tak adanya rumah di sekitar masjid rupanya juga memiliki cerita tersendiri. Dulunya masjid tersebut dikenal sebagai Masjid Kauman. Lantaran di sekitar masjid itu dulunya permukiman yang dikenal dengan kampung kauman.
Hanya saja, hampir setiap tahunnya selalu terjadi banjir besar hingga akhirnya membuat warga yang tinggal di sekitarnya pindah ke daerah yang lebih tinggi. Namun hal tersebut turut memberi keunikan tersendiri. Meski masjid posisinya di bawah jalan desa tapi saat banjir besar, air tidak pernah masuk ke dalam masjid.
Akibat banjir itu pula, kompleks pemakaman yang juga ada di belakang masjid turut tertutup lumpur sehingga tidak terlihat lagi. Masjid tersebut saat ini juga sudah masuk ke dalam benda cagar budaya.[Fathur]