Jakarta, Gontornews — KH Bisri Syansuri merupakan ulama dan pejuang kemerdekaan dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Salah satu tokoh pendiri NU ini juga dikenal alim dalam bidang ilmu fikih. Kiai Bisri salah satu generasi terbaik yang mendapat didikan langsung dari KH Hasyim Asy’ari.
Kiai Bisri juga belajar ilmu dari Syekh Ahmad Khatib Padang, Syekh Syu’aib Daghestani, dan Kiai Mahfud Termasi. Di samping unggul dalam ilmu agama, Kiai Bisri juga pernah memimpin NU sebagai Rais Aam di tahun 1972.
Selain aktif berjuang lewat NU, Kiai Bisri juga mendirikan Pondok Pesantren Denanyar yang kini dikenal dengan Ponpes Mambaul Ma’arif, Desa Denanyar, Kecamatan Jombang. Dalam perkembangannya, ia juga membuka pesantren khusus untuk kaum perempuan.
Kiai Bisri lahir pada 18 September 1886. Dia lahir di Desa Tayu, Pati, Jawa Tengah. Ayahnya bernama Syansuri bin Abdul Shamad, sedangkan ibunya bernama Mariah. Bisri adalah anak ketiga dari lima bersaudara.
Bisri kecil dididik di lingkungan keluarga agamis. Ketika usia tujuh tahun, Bisri mulai belajar agama, khususnya membaca Al-Qur’an di bawah bimbingan Kiai Shaleh di Tayu selama kurang lebih tiga tahun. Lalu ia melanjutkan belajar dasar-dasar tata bahasa Arab, fikih, tasawuf, tafsir, dan hadits kepada kiai besar KH Abdul Salam, di Desa Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah.
Memasuki usia 15 tahun, Bisri melanjutkan perjalanan intelektualnya ke berbagai pesantren, khususnya saat Ramadhan. Dia belajar kepada kedua tokoh agama terkenal, yaitu Kiai Kholil Kasingan dan Kiai Syu’aib Sarang Lasem di Rembang.
Setelah dari Rembang, ia belajar ke pesantren Demangan Bangkalan, Madura. Ia berguru pada seorang ulama besar, Syaikhona Kholil Bangkalan. Saat berguru kepada Kiai Kholil, ia juga bertemu dengan KH Wahab Hasbullah, seorang santri asal Tambak Beras Jombang yang kemudian menjadi teman karibnya dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia. Selain menjadi teman karib dalam perjuangan, Kiai Wahab kelak juga menjadi kakak iparnya. Karena, Kiai Bisri menikah dengan adik perempuan Kiai Wahab.
Setelah dari Bangkalan, ia pun berguru kepada KH Hasyim Asy’ari di Tebuireng Jombang pada 1906. Ia pindah ke Tebuireng atas ajakan Kiai Wahab Hasbullah. Selama enam tahun di Tebuireng, Kiai Bisri belajar tentang fikih, tauhid, tafsir, hadits dan lain-lain.
Setelah mondok di Tebuireng, Kiai Bisri melanjutkan pendidikannya ke Makkah beserta sahabat karibnya, KH Wahab Hasbullah. Ia belajar di Makkah dari 1911 sampai 1914 M. Setelah kembali ke tanah air, barulah mendirikan pesantren Denanyar pada 1917 M.
Awalnya, pesantren Denanyar ini hanya menyediakan lembaga pendidikan untuk santri putra. Pada 1930, Kiai Bisri mendirikan kelas khusus untuk kaum perempuan di pesantrennya. Karena itu, Kiai Bisri dianggap sebagai pelopor pendirian pesantren perempuan di Indonesia.
Pendirian kelas untuk perempuan itu merupakan wujud kepeduliannya terhadap pendidikan kaum perempuan Muslim di Indonesia. Dengan dukungan istrinya, Nyai Chodijah, Kiai Bisri saat itu memulai dengan mengajak perempuan di sekitar pesantren untuk belajar Islam.
Tokoh Ulama NU KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus bahkan menyebut Kiai Bisri sebagai perintis madrasah perempuan pertama di Indonesia. Dengan hadirnya madrasah tersebut, perempuan Muslim di Indonesia mempunyai kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk belajar agama Islam.
“Kita rindu pada kiai yang seperti Mbah Bisri Syansuri. Sampeyan bayangkan Kiai Bisri ini perintis madrasah perempuan pertama,” ujar Gus Mus dalam salah satu ceramahnya di tahun 2015 seperti ditulis Republika. [Fathur]