Jakarta, Gontornews — Senin (28/2/2022) Ustadz Dr Adi Hidayat Lc MA berkesempatan hadir mengisi acara Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1443 Hijriah. Acara ini diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre) dan mengangkat tema “Isra’Mi’raj, Perjalanan Ruhiyah Hamba dengan Khaliq-Nya”.
Ustadz Adi atau biasa disingkat UAH ini dalam ceramahnya menerangkan beberapa hikmah besar di balik peristiwa besar Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW. Pertama, penguatan akidah. Dalam peristiwa ini jelas terbaca bahwa jika Allah mau semua bisa terjadi, kun fayakun (jadi dan terjadilah).
Akidah sendiri berasal dari kata aqoda (sesuatu yang terikat kuat). Akidah harus diikat dalam jiwa kita agar tidak lepas. Perjalanan spiritual Isra’ Mi’raj itu pun juga sejatinya menampilkan hakikat tugas Nabi untuk mengarahkan umatnya agar tidak berakhir kepada siksaan Allah SWT.
“Kita kalau menghamba kepada Allah SWT akan mendapatkan perlindungan seperti Rasulullah SAW,” terang ustadz pendiri Quantum Akhyar Institute ini. Kepada Gontornews.com ia melanjutkan bahwa cara menghamba sendiri adalah dengan meningkatkan tawakkal dan caranya dengan meningkatkan keimanannya.
“Agar kuat imannya, latih!” tegas UAH. Dan Isra’ Mi’raj itu seharusnya tidak untuk diperingati saja, akan tapi inilah momentum untuk meningkatkan iman dan tawakal kita.
Selanjutnya, hadiah dari Isra’ Mi’raj ini adalah ibadah shalat. Design shalat bukan sekedar perintah untuk ibadah, tapi ada timbal balik wasilah yang bisa meningkatkan iman kita, dan menghubungkan kuat kepada Allah yang melahirkan keberkahan dalam kehidupan kita.
Shalat itu identitas penghambaan kepada Allah, dalam shalat pun kita mengaku hamba, iyyaka na’budu.
“Sepanjang kamu punya iman, kuatkan imanmu. Kalau kamu punya masalah, minta sama Allah!” papar Ustadz Adi. Allah itu, lanjutnya mengabulkan apa yang dibutuhkan bukan apa yang diinginkan umatnya.
Maka, jadikan spirit peristiwa ini bukan hanya untuk diperingati. “Jika belum mendapatkan anugerah dari shalat kita, maka koreksi shalatnya, atau diduga ada orang shalat tapi ia tidak paham dengan shalatnya (baca dan pahami dulu),” pungkas sang Ustadz. [Edithya Miranti]