Ponorogo, Gontornews – Cendekiawan muslim, Yudi Latif, mengungkapkan jika Pancasila merupakan spirit umat islam. Yudi beralasan jika setiap sistem atau pola negara yang terkenal di dunia sarat akan nilai-nilai keagamaan yang diyakini oleh masyarakatnya.
“Sesekuler-sekulernya negara barat, kehidupan negara dan ekonominya mencerminkan pandangan hidup teologi masyarakat tersebut,” ungkap Yudi Latif saat mengisi dialog kebangsaan: Sosialisasi Empat pilar MPR RI dengan tema Peran konstruksi umat islam untuk Indonesia kerjasama MPR-RI dengan Pondok Modern Darussalam Gontor dalam rangka peringatan 90 tahun Pondok Modern Gontor, rabu (2/9).
“Agama adalah keyakinan paling dalam bagi pandangan hidup atau kejiwaan orang-orang,” tambahnya
Karena agama mempengaruhi sistem politik dan ekonomi, peraih gelar doktor sosiologi politik dan komunikasi dari Australian National University itu menyebut pancasila juga sangat sarat dengan nilai-nilai keislaman.
Menurut Yudi, Muhammad Natsir, saat mendiskusikan dasar negara pada tahun 1945 tidak melepaskan dasar negara dari prinsip-prinsip nilai agamannya.
“Muhammad Natsir, pada tahun 1945, pendiri bangsa berkumpul mendiskusikan dasar negara. Tidak mungkin BPUPKI membentuk dasar negara yang bertentangan dengan keyakinan masyarakat islam,” terangnya.
“Pancasila, kristalisasi moral publik islam, pandangan dunia, etos kejiwaan mayarakat muslim Indonesia yang getarannya berasal dari masyarakat islam di madinah,” ugkap pria yang sempat mengenyam 5 tahun pendidikan di pondok pesantren Gontor tersebut.
Lebih lanjut Yudi menjelaskan bahwa Pancasila menganalogikannya dengan ibadah shalat.
“Pancasila itu seperti sholat. Di mulai dari ketuhanan diakhiri dengan keadilan sosial,” katanya.
Yudi lantas mengajak para peserta agar bertanya pada diri sendiri apakah cinta tanah air itu merupakan kodrat atau bukan? Yudi menjawab jika cinta tanah air, adalah kodrati. Maka tidak heran, pernah pesantren dalam memperjuangkan kemerdekaan tidak bisa dilupakan.
“Rasa cinta tanah air itu kodrati atau tidak? Ahli kebangsaan mengatakan 3 tahap natioanlisme, salah satunya nasionalisme purba yang berciri sporadis, anti-kolonialisme dan perlawanan terhadap penjajahan. Itu semua dikobarkan oleh ulama dari pesantren.”
“Mencintai tanah air itu sangat spiritual,” pungkas pria kelahiran sukabumi 52 tahun silam tersebut. [Mohamad Deny Irawan/DJ]