Allah SWT berfirman:
وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ اللّٰهُ ۗ وَاللّٰهُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ ࣖ
“Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS Ali Imran: 54)
Interpretasi Para Mufasir
Pertama, dalam Tafsir al-Jalalain disebutkan: (Mereka mengatur tipu daya) maksudnya orang-orang kafir dari golongan Bani Israil terhadap Nabi Isa karena menunjuk orang yang akan membunuhnya secara diam-diam (dan Allah membalas tipu daya mereka) dengan jalan mengubah muka seseorang seperti Nabi Isa sehingga mereka membunuhnya sedangkan Nabi Isa diangkat ke langit (dan Allah sebaik-baik yang membalas tipu daya).
Kedua, dalam Tafsir al-Wajiz, setelah ancaman yang ditunjukkan secara terang-terangan tidak membawa hasil, maka mereka melakukan gerakan di bawah tanah.
Mereka, yakni orang-orang yang mengingkari Nabi Isa dan ajarannya, tidak tinggal diam. Mereka membuat tipu daya secara rahasia untuk menghalangi dakwah Nabi Isa. Maka untuk menghadapi mereka sekaligus membela agama yang dibawa Rasul-Nya, Nabi Isa, Allah pun tidak diam. Dia membalas tipu daya mereka itu sehingga mereka gagal total dalam melaksanakan tipu dayanya.
Allah sebaik-baik pembalas tipu daya, bahkan Dia menguatkan dakwah Nabi Isa dengan Ruhulkudus (Jibril).
Ketiga, Ibnu Abbas dalam Tanwir Miqbas min Tafsir menafsirkan Kalimatوَمَكَرَ ٱللَّهُۖ dan “Allah membalas tipu daya mereka itu”, yaitu Allah membalas tipu daya mereka dengan membunuh pembuat tipu daya yang akan membunuh Nabi Isa AS.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, pada saat orang-orang kafir melakukan tipu daya kepada Nabi Isa AS, para pegikut Nabi Isa (penolong agama Allah), yaitu para Hawariyun sedang bersungguh-sungguh menolong Nabi Isa dalam perjuangan di jalan Allah. Selanjutnya Allah memberi tahu tentang tipu daya orang-orang kafir yang akan membunuh Nabi Isa AS. Tipu daya berupa upaya membunuh Nabi Isa, dibalas oleh Allah dengan tipu daya yang lebih kuat, yaitu Allah menjadikan salah seorang yang terlibat dalam membuat tipu daya diserupakan dengan Nabi Isa. Akhirnya orang-orang kafir menemuinya dan membunuhnya. Sementara Nabi Isa diselamatkan dan diangkat ke langit oleh Allah (QS Ali Imran: 55). Dengan demikian orang-orang kafir tertipu, mereka mengira telah membunuh Nabi Isa. Inilah tipu daya Allah yang jauh lebih kuat, lebih baik dan sempurna.
Allah SWT berfirman:
اِذْ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسٰٓى اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ ۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ
“(Ingatlah), ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat. Kemudian kepada-Ku engkau kembali, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang kamu perselisihkan’.” (QS Ali Imran: 55)
Keempat, selanjutnya Ibnu Abbas menafsirkan akhir ayat: وَٱللَّهُ خَيۡرُ ٱلۡمَٰكِرِينَ dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya, bahwa Allah sebaik-baik pembalas/pembuat tipu daya, dan tipu daya Allah lebih utama/lebih kuat.
Sedangkan Imam Zamakhsyari dalam Tafsir al-Kasysyaf menafsirkan: Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya, paling kuat tipu dayanya dan paling baik melaksanakannya serta paling mampu memberi balasan.
Kelima, kesimpulan ayat di atas dari Kitab Yajibu ‘Alaina Annufasirral Qur’anal Karim oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Bani:
- Tipu daya itu ada yang jelek dan ada yang baik.
- Segala sesuatu yang tercela menurut angan-angan kita, maka akan menjadi terpuji (menjadi sebaliknya) apabila disandarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Angan-angan/anggapan yang tidak dikembalikan kepada Allah (tidak berdasarkan dalil) merupakan suatu kesalahan.
- Ayat di atas mengandung pujian terhadap Allah, bukan mengandung sesuatu yang tidak boleh dinisbatkan (disandarkan) kepada Allah.
Nilai-nilai Pendidikan
QS Ali Imran: 54 mengandung sejumlah nilai pendidikan untuk manusia. Pertama, mengajarkan kita agar beriman dan bertakwa kepada Allah. Kedua, mendidik kita agar menjauhi segala larangan-Nya dan taat akan perintah-Nya.
Ketiga, mendidik kita agar menjauhi perbuatan makar, tipu daya dan kejahatan yang dapat merugikan di dunia dan akhirat.
Keempat, mendidik kita agar senantiasa bersyukur dengan limpahan nikmat dan menjauhi keserakahan terhadap dunia.
Makna Makar
Makar mempunyai beberapa arti atau makna. Pertama, makar bermakna akal busuk, tipu muslihat. Kedua, makar bermakna perbuatan (usaha) dengan maksud hendak menyerang (membunuh) orang, dan sebagainya.
Perbuatan makar dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang didahului dengan mufakat jahat, dan intrik untuk mencapai tujuannya.
Ayat tentang makar dalam Al-Qur’an semuanya mengandung pengertian bahwa makar adalah suatu perbuatan atau usaha untuk menentang seseorang yang tidak disenangi atau dianggap musuh/saingan, baik dalam hal agama maupun keduniawian dengan cara tipu daya, tipu muslihat, atau perbuatan lainnya yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Quraish Shihab dalam Tafsir Al Mishbah menjelaskan, kata makar dalam bahasa Al-Qur’an adalah mengalihkan pihak lain dari apa yang dikehendaki dengan cara tersembunyi atau tipu daya. Menurut Quraish Shihab, makar ada dua macam. Makar baik dan makar buruk. “Makar yang buruk tidak akan menimpa selain orang-orang yang merencanakannya sendiri.”
Allah SWT berfirman:
ۨاسْتِكْبَارًا فِى الْاَرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِۗ وَلَا يَحِيْقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ اِلَّا بِاَهْلِهٖ ۗفَهَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّا سُنَّتَ الْاَوَّلِيْنَۚ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللّٰهِ تَبْدِيْلًا ەۚ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللّٰهِ تَحْوِيْلًا
“Karena kesombongan (mereka) di bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri. Mereka hanyalah menunggu (berlakunya) ketentuan kepada orang-orang yang terdahulu. Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu. (QS Fatir: 43)
Dalam Kitab Al-Khutab Al-Mimbariyah halaman 14-23 disebutkan dalam menghadapi tipu daya musuh, justru yang dikhawatirkan ialah kaum Muslimin itu sendiri. Mereka akan mendapatkan dampak negatif, disebabkan syubhat-syubhat yang dihunjamkan ke dada kaum Muslimin, sehingga menjadi penyebab tercabutnya Islam dan keimanan dari rumah-rumah kita.
Oleh karena itu, waspadalah terhadap bahaya musuh-musuh Allah. Ketahuilah, hidup kita pada zaman ini tidak luput dari bahaya tersebut.
Penampilan musuh-musuh Allah bisa saja menampakkan perbuatan shalih dan jujur, bahkan mereka bisa saja bekerjasama dengan kita.
Meski demikian, kita jangan sampai tertipu dan terperdaya dengan penampilan mereka yang kelihatan indah dan menarik, karena di balik semua itu ada kebatilan.
Konsekuensi bagi Pembuat Makar
Lalu apa konsekuensi yang ditanggung oleh par pembuat makar, tipu daya dan kejahatan? Ada sejumlah konsekuensi. Pertama, dengan membuat makar, pada hakikatnya mereka menipu dirinya sendiri. Allah SWT berfirman:
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا فِيْ كُلِّ قَرْيَةٍ اَكٰبِرَ مُجْرِمِيْهَا لِيَمْكُرُوْا فِيْهَاۗ وَمَا يَمْكُرُوْنَ اِلَّا بِاَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ
“Dan demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya.” (QS Al-An’am: 123)
Kedua, orang yang merencanakan kejahatan akan mendapat azab yang keras dan rencana jahat mereka akan hancur. Allah SWT berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعِزَّةَ فَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ جَمِيْعًاۗ اِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهٗ ۗوَالَّذِيْنَ يَمْكُرُوْنَ السَّيِّاٰتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۗوَمَكْرُ اُولٰۤىِٕكَ هُوَ يَبُوْرُ
“Barangsiapa menghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal kebajikan Dia akan mengangkatnya. Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan mereka akan mendapat azab yang sangat keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.” (QS Fathir: 10)
Ketiga, semua kaumnya dibinasakan. Allah SWT berfirman:
فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ اَنَّا دَمَّرْنٰهُمْ وَقَوْمَهُمْ اَجْمَعِيْنَ
“Maka perhatikanlah bagaimana akibat dari tipu daya mereka, bahwa Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya.” (QS An-Naml: 51)
Keempat, menutupi hati mereka. Allah SWT berfirman:
كَلَّا بَلْ ۜرَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.” (QS Al-Mutaffifin: 14)
Kelima, mendapat laknat dan tempat tinggal yang buruk. Allah SWT berfirman:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظّٰلِمِيْنَ مَعْذِرَتُهُمْ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوْۤءُ الدَّارِ
“(Yaitu) hari ketika permintaan maaf tidak berguna bagi orang-orang zalim dan mereka mendapat laknat dan tempat tinggal yang buruk.” (QS Gafir: 52)
Cara Terhindar dari Makar dan Kejahatan
Lalu bagaimana cara agar terhindar dari makar dan kejahatan? Pertama, jangan melakukan kezaliman dan kembali kepada kezaliman. Allah SWT berfirman:
فَلَمَّآ اَنْجٰىهُمْ اِذَا هُمْ يَبْغُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗيٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ مَّتَاعَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۖ ثُمَّ اِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
“Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka, malah mereka berbuat kezaliman di bumi tanpa (alasan) yang benar. Wahai manusia! Sesungguhnya kezalimanmu bahayanya akan menimpa dirimu sendiri; itu hanya kenikmatan hidup duniawi, selanjutnya kepada Kamilah kembalimu, kelak akan Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Yunus: 23)
Kedua, berlindung kepada Allah karena Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. Allah SWT berfirman:
وَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيُثْبِتُوْكَ اَوْ يَقْتُلُوْكَ اَوْ يُخْرِجُوْكَۗ وَيَمْكُرُوْنَ وَيَمْكُرُ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS Al-Anfal: 30)
Ketiga, tidak bersedih hati. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُنْ فِيْ ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُوْنَ
“Dan janganlah engkau bersedih hati terhadap mereka, dan janganlah (dadamu) merasa sempit terhadap upaya tipu daya mereka.” (QS An-Naml: 70)
Keempat, beriman dan menguatkan kesabaran. Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْاۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ࣖ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS Ali Imran: 200)
Kelima, menahan hawa nafsu. Allah SWT berfirman:
۞ وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS Yusuf: 53)
Keenam, senantiasa di jalan Allah dan memerangi setan yang menggoda. Allah SWT berfirman:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ الطَّاغُوْتِ فَقَاتِلُوْٓا اَوْلِيَاۤءَ الشَّيْطٰنِ ۚ اِنَّ كَيْدَ الشَّيْطٰنِ كَانَ ضَعِيْفًا ۚ ࣖ
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, maka perangilah kawan-kawan setan itu, (karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (QS An-Nisa’: 76)
Ketujuh, berlindung dari tipu daya godaan wanita. Allah SWT berfirman:
فَلَمَّا رَاٰى قَمِيْصَهٗ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ اِنَّهٗ مِنْ كَيْدِكُنَّ ۗاِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيْمٌ
“Maka ketika dia (suami perempuan itu) melihat baju gamisnya (Yusuf) koyak di bagian belakang, dia berkata, “Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu. Tipu dayamu benar-benar hebat.” (QS Yusuf: 28)
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِى صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِى صُورَةِ شَيْطَانٍ فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِى نَفْسِهِ
“Sesungguhnya wanita itu datang dalam rupa setan dan pergi dalam rupa setan, maka apabila seorang dari kalian melihat wanita, hendaklah ia mendatangi istrinya, karena dengan begitu akan menenteramkan gejolak syahwat di jiwanya.” (HR Muslim dari Jabir radhiyallahu’anhu)
Kisah Teladan
Dalam Kitab Rahiqul Makhtum halaman 155, Syekh Shafiyurrahman mengisahkan rencana pembunuhun Nabi SAW oleh para pemuka kafir Quraisy.
Setelah mengetahui kepergian para Sahabat Rasulullah SAW ke Madinah, kaum kafir Quraisy mengalami kekalutan dan kebingungan. Bayang-bayang besar ada di depan mereka, dan merasa bahwa keberadaannya secara ideologis dan ekonomi sangat terancam sebab mereka tahu betul pengaruh Rasulullah SAW.
Di sisi lain, letak kota Madinah sangat strategis. Kota itu merupakan tempat lalu lalang kafilah dagang dari Yaman ke Syam. Saat itu, penduduk Mekkah biasa melakukan perjalanan bisnis ke negeri Syam dengan nilai perdagangan yang sangat tinggi. Dan semua itu sangat tergantung dengan kondisi keamanan di jalur tersebut.
Bertitik tolak dari hal itu, para pembesar Quraisy sepakat untuk bermusyawarah dan berupaya memadamkan cahaya dakwah yang dibawa Rasulullah SAW. Hadir pula dalam pertemuan itu, seseorang yang mengaku sebagai orangtua dari Nadj, padahal sebenarnya dia setan yang menyerupai manusia.
Setelah berembuk sekian lama, akhirnya mereka sampai pada kesepakatan untuk membunuh Rasulullah SAW. Kesepakatan itu diambil setelah Abu Jahal menyampaikan pendapatnya; dengan cara setiap suku mengirimkan seorang pemuda yang gagah perkasa serta dibekali sebilah pedang yang tajam. Pendapat ini yang akhirnya disepakati, dan ternyata dikuatkan oleh orang tua dari Najd tadi.
Ketika kesepakatan membunuh Rasulullah telah diambil, malaikat Jibril segera memberi tahu tentang rencana makar mereka. Dia juga memberitahu bahwa Allah telah mengizinkannya melakukan hijrah. Mendengar berita itu, Rasulullah segera menuju rumah Abu Bakar di siang hari yang terik dan pada waktu yang biasanya jarang orang lalu lalang.
Pada waktu yang sangat kritis itu, Rasulullah SAW memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidurnya dengan menggunakan selimut yang biasa dipakai Rasulullah. Setelah itu Rasulullah menerobos kepungan mereka yang saat itu penglihatannya Allah cabut, sehingga tidak bisa melihat perjalanan Rasulullah. Kemudian, pada malam itu juga, Rasulullah berjalan menuju rumah Abu Bakar.
Kemudian, Rasulullah dan Abu Bakar pergi menuju Gua Tsur untuk tinggal selama beberapa waktu di sana.
Akhirnya, kaum musyrik mengetahui Rasulullah berhasil keluar dari Mekkah. Mereka menyusuri setiap jalanan menuju Madinah. Mereka memeriksa tempat-tempat mencurigakan yang mungkin bisa dijadikan tempat bersembunyi. Sampailah mereka tiba di sekitar Gua Tsur.
Allah membutakan mata kaum musyrik sehingga tak seorang pun dari mereka ingin melongokkan kepalanya ke dalam gua. Tak pernah terbesit dalam hati seorang pun dari mereka ingin memeriksa ada apa di dalam gua itu. Begitulah pertolongan Allah. Imam al-Bushiri dalam qasidah burdahnya mengatakan: “Perlindungan Allah tidak membutuhkan berlipatnya baju baja, juga benteng tinggi nan kokoh.”
Demikian Allah sebaik-baik penolong dan perencana serta pertolongan Allah amat dekat bagi hamba-Nya yang beriman. Sehingga Nabi SAW dan Abu Bakar dapat sampai ke Madinah dengan selamat.
بِاسْمِ اللهِ اَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَاَنْ يَحْضُرُوْنِ (رواه احمد وابو داود والترمذي)
“Dengan menyebut nama Allah, aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kemurkaan-Nya, dari siksa-Nya. Dari kejahatan hamba-Nya, dari bisikan-bisikan setan dan dari kahadiran setan kepadaku.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi) []