New Delhi, Gontornews — Lebih dari 3000 Muslim memutuskan pergi dari pusat bisnis di New Delhi seiring terjadinya bentrokkan Hindu-Muslim beberapa waktu lalu. Mereka khawatir, bentrokan tersebut akan kembali terulang serta serangan sporadis, yang menargetkan komunitas Muslim akan membahayakan jiwa mereka.
Saat memantau situasi di distrik Nuh dan Gurugram di negara bagian Haryana, Reuters menemukan banyak toko dan kios yang terkunci. Pemantauan Reuters terjadi hanya satu pekan setelah bentrokan Hindu-Muslim di distrik Nuh dan Gurugram pecah serta menewaskan tujuh orang.
Insiden kekerasan terjadi pada 31 Juli setelah kelompok-kelompok yang memiliki ideologi selaras dengan partai Bharatiya Janata (BJP) melakukan provokasi di Gurugram. Mereka berkampanye untuk menentang pelaksanaan shalat jumat di Gurugram. Mereka bahkan menyerang masjid Anjuman Jama yang menjadi satu dari sekian lokasi resmi pelaksanaan shalat Jumat.
Tidak hanya itu, kelompok sayap kanan Hindu itu juga membakar toko-toko bekas dan merusak restoran yang sebagian besar dimiliki oleh orang-orang Muslim.
Pihak kepolisian mengungkap bahwa arak-arakan proses keagamaan Hindu yang melewati wilayah mayoritas Muslim sebagai penyebabnya.
“(Jalur) arak-arakan itu (seharusnya) berpindah dari satu kuil ke kuil lain. Tetapi bentrokan pecah antara dua kelompok saat berada pada satu jalan yang sama dan mengakibatkan empat orang meninggal dunia,” kata Jurubicara polisi di distrik Nuh, Krishan Kumar, kepada Reuters.
Krishan mengatakan dua dari korban tewas merupakan anggota penjaga rumah dan pasukan sukarela yang membantu polisi dalam mengendalikan kerusuhan sipil. Tidak hanya itu, setidaknya 10 personel kepolisian juga terluka dalam bentrokan tersebut.
Kantor berita Press Trust of India melaporkan aksi pembakaran mobil hingga pelemparan batu ke arah polisi. Pemerintah negara bagian bahkan terpaksa meminta bantuan pasukan tambahan guna mengendalikan situasi. Polisi pun terpaksa membubarkan insiden dengan menembakkan gas air mata serta melepaskan tembakan ke udara. [Mohamad Deny Irawan]