Mantan Maha Guru Studi Islam University of Chicago Prof Fazlurrahman meramalkan bahwa kawasan Asia Tenggara akan menjadi epicentrum kebangkitan peradaban Islam masa depan. Negara-negara Asia Tenggara khususnya Indonesia dan Malaysia dengan kemajuan infrastruktur, pendidikan dan teknologi yang dimiliki, membuat kedua negara mampu menjadi epicentrum kebangkitan dan kemajuan peradaban Islam di masa depan, di Asia Tenggara atau bahkan kemajuan peradaban Islam di dunia.
Sebagai bagian dari negara-negara Asia Tenggara, Indonesia juga Malaysia memiliki kemajuan pendidikan baik strata dasar-menengah maupun strata tinggi serta memiliki banyak pakar dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi telah memantaskan kedua negara menjadi epicentrum kemajuan peradaban Islam. Walaupun demikian, kualitas dan peringkat universitas-universitas yang ada masih perlu ditingkatkan menjadi universitas berkelas dunia (world class university).
Selain itu, pemeluk Islam di Asia Tenggara terbilang sangat banyak dengan watak atau ciri utama keislaman yang bersifat tengahan (wasathy). Hal ini merupakan modal bagi pengendalian peradaban yang menuntut orientasi jalan tengah.
Namun demikian keberislaman umat Islam di Asia Tenggara perlu mengalami transformasi dari orientasi ritual ke orientasi etikal. Dalam hal yang terakhir, umat Islam perlu menampilkan paradigma etik untuk kemajuan dan keunggulan.
Orientasi jalan tengah atau Wasatiyyah sangat dibutuhkan untuk mewujudkan peradaban Islam yang maju dan Indonesia maupun Malaysia memiliki itu.
Untuk menjadi Islam Wasatiyyah harus terdapat tujuh aspek yaitu Al-I’tidal, At-Tawazun, At-Tasamuh, As-Syura, Al-Islah, Al-Qudwah, dan Al-Muwathanah
Pertama, Al-I’tidal artinya adil tidak memihak siapa pun. Sebagaimana dalam shalat, I’tidal itu posisi lurus yang tidak condong ke manapun. Kedua, At-Tawazun artinya keseimbangan, sebagai masyakarat, umat Islam harus bisa seimbang saat beragama, berbangsa, bernegara bahkan ketika berada di antara masyarakat dunia.
Aspek ketiga yakni At-Tasamuh yang berarti rasa saling menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lainnya. Hadirnya At Tasamuh akan menjauhkan masyarakat, negara dan dunia dari perpecahan, perperangan atau pembunuhan, karena rasa saling menghargai antarmasyarakat satu dengan lainnya, baik yang berbeda keyakinan sekalipun terjalin, sehingga kedamaian akan hadir dalam kehidupan bermasyarakat.
Kemudian aspek keempat yakni As-Syura, kecenderungan untuk membicarakan masalah secara bersama (musyawarah). Musyawarah merupakan solusi dalam menghadapi masalah, karena dalam musyawarah terdapat penyelesaian masalah yang tidak merugikan pihak mana pun.
Kelima, Al-Islah yang berarti melakukan perbaikan. Islah di sini yakni apabila ada kerusakan dalam tatanan kehidupan itu selalu dilakukan perbaikan. Perbaikan yang bertujuan untuk keharmonisan bermasyarakat.
Aspek yang keenam yaitu Al-Qudwah artinya pelopor, atau yang mengambil inisiatif. Sebagai umat yang besar, umat Islam harus bisa menjadi pelopor dalam segala kebaikan. Cerdas dalam mengambil inisiatif demi kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.
Terakhir, aspek ketujuh yaitu Al-Muwathanah yang berarti kewarganegaraan. Rasa kewarganegaraan adalah rasa ketika kita mengakui sebuah negara maka kita mau membangunnya.
Maka menjadi umat tengahan atau ummatan wasathan yaitu umat yang terbuka dengan menjunjung tinggi kemajemukan, moderat dan toleran terhadap perbedaan, tidak saling berselisih atau saling mencela sehingga menciptakan kehidupan yang harmoni antarumat beragama dan selalu bersedia hidup berdampingan secara damai serta bekerjasama dengan umat agama-agama lain untuk kemajuan bersama.[]