Meskipun tempat masih sewa, namun Apri berhasil mengembangkan usahanya. Selain toko pakaian syar’i, ia kini juga memiliki toko sepatu.
Apriyanti (37) memulai usaha pakaian syar’i dengan modal tekad dan niat tulus untuk membantu perekonomian keluarga. Beragam jenis pakaian ia jual di tokonya di kawasan Ibukota, Jakarta, mulai dari pakaian dewasa hingga anak-anak.
Perempuan kelahiran Rangkasbitung, 13 April ini memulai usahanya dengan berdagang di pasar tradisional dengan modal sekitar Rp 1 juta, dan jenis pakaian yang terbatas.
“Awal jualan, saya hanya menggunakan terpal ukuran 1,5 meter tanpa ada atapnya,” jelasnya kepada Gontornews.com.
Dengan tekad dan kesungguhan yang kuat, terpal kecil yang biasa mengemper di pasar tradisional, itu kini menjadi toko besar, dengan beragam koleksi pakaian yang trendi.
Meskipun tempat masih sewa, Apri, sapaan akrab Apriyanti, saat ini juga berhasil membuka toko sepatu untuk dewasa dan anak-anak. Omset usahanya sudah mencapai Rp 50 juta per bulan.
“Alhamdulillah, tetap bersyukur walaupun masih menyewa tempat,” ujarnya.
Ia berharap bisa membeli toko ataupun ruko dari hasil usahanya itu, agar tidak lagi mengeluarkan uang untuk biaya sewa toko.
Keinginan yang besar untuk berwirausaha tak lepas dari keinginannya untuk bisa lebih mandiri. Sebelum berjualan pakaian syar’i dan berbagai macam sepatu dan sandal, ibu satu anak ini bekerja di salah satu pabrik di Jakarta. Namun lantaran pendapatan yang tidak sesuai dengan jerih payahnya, ia memutuskan untuk memulai usaha sendiri.
Menurutnya, memiliki usaha, meskipun kecil, lebih baik daripada bekerja di pabrik. Sebab, dengan berjualan ia bisa membagi waktu dengan suami dan anaknya.
Selain itu, hobi berdagang yang tumbuh sejak kecil, juga menjadi faktor lain. “Kalau dagang bisa enjoy, tidak harus buru-buru seperti di pabrik,” ungkapnya.
Tidak ada usaha tanpa masalah, hal itulah yang selalu menjadi semangat Apri ketika masalah datang menghampirinya. Setiap ada masalah, ia senantiasa berdoa dan terus bersyukur. “Masalah biasanya datang dari pelanggan dan itu selalu saya diskusikan dengan suami, pemecahananya seperti apa,” katanya.
Berbeda dengan toko baju pada umumnya, di toko baju miliknya, pelanggan bisa langsung memesan model yang diinginkan. Termasuk, misalnya, mengganti kancing baju dengan resleting. Hal itu dimungkinkan lantaran campur tangan sang suami yang memiliki keahlian menjahit. Sehingga, pelanggan yang ingin mengganti model pakaiannya tidak harus mencari penjahit lain.
“Biasanya dicoba di toko dan kalau kebesaran bisa langsung dikecilkan di toko juga,” jelasnya. Itulah yang membuat pelanggan senang berbelanja di toko Apri.
Apri tidak perlu memasang iklan untuk mendapatkan pelanggan. Biasanya pelanggan datang atas rekomendasi pelanggan lain yang sebelumnya membeli pakaian di tokonya.
Pelanggan-pelanggan itu biasanya puas dengan model pakaian dan kualitas jahitan di toko Apri. Kepuasan itulah yang menjadi motivasi Apri untuk terus berusaha memberikan yang terbaik bagi pelanggannya.
Kendati begitu, ia masih menyimpan obsesi lain. Ia ingin mengembangkan usahanya menjadi lebih besar agar bisa membuka kesempatan kerja bagi orang lain, dan bisa berhaji ke Tanah Suci. Semoga harapan itu bisa terwujud, aamiin. [Devi Lusianawati]