Depok, Gontornews — Bisa dibilang, kekuatan balita adalah imajinasinya. “Kekuatan imajinasi pada masa balita secara proporsional bahkan lebih kuat dibanding kekuatan imajinasi orang dewasa,” terang Kak Eka Wardhana, pendongeng sekaligus penulis buku anak, kepada Gontornews.com dalam Kuliah Whatsapp Rumah Pensil.
Karenanya, pada masa balita, orangtua penting untuk memaksimalkan daya imajinasi anak, salah satunya dengan bercerita atau mendongeng. Diulas Eka Wardhana secara lebih detail bahwa mendongeng dan bercerita telah menggunakan imajinasi sejak awal.
“Contoh, saat kita mengatakan, ‘Pada zaman dulu kala…’, maka imajinasi anak akan langsung bekerja,” ungkap pria kelahiran Jakarta 9 Mei 1971 tersebut.
Tokoh-tokoh dalam cerita dan dongeng dihidupkan dengan imajinasi. Contohnya, saat kita bilang, “Ada seorang raja yang sangaaat kaya…”, imajinasi anak juga langsung bekerja. Karena itu jangan sekali-kali mengisahkan hal-hal menakutkan pada anak.
Alur cerita dan dongeng juga merangsang imajinasi. Contoh, saat kita mengatakan, “Ketika orang-orang melempari Nabi Muhammad SAW dengan batu, apa yang terjadi selanjutnya?”, maka lagi-lagi imajinasi pendengar akan bekerja untuk mereka-reka.
Selesai mendongeng pun anak masih bisa dikuasai dengan daya imajinasinya. Saat kita bercerita sebelum tidur dan cerita telah selesai, sambil menutup mata menjelang tidur, anak masih sangat mungkin membayangkan cerita tadi. “Bahkan bisa jadi awet sampai keesokan paginya atau hari berikutnya,” tegas Eka, owner PT Rumah Pensil Publisher.
Bila anak menemui hal sehari-hari yang mirip dengan yang disampaikan dalam cerita, imajinasinya pun akan kembali bekerja. Misalnya, ketika anak tergoda untuk berbuat curang, ia ingat apa yang terjadi pada orang yang berbuat curang dalam cerita. Maka ia akan mereka-reka dalam imajinasinya apa yang akan terjadi padanya bila berbuat curang juga.
Oleh karena itu lagi-lagi disebutkan, kekuatan balita adalah imajinasinya. Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang secara umum.
“Imajinasi ini harus dimanfaatkan secara maksimal karena pada masa balita ini (terutama usia 4 sampai 5 tahun), kekuatan imajinasi berada pada titik puncaknya,” pungkas penulis lebih dari 490 judul buku anak itu. <Edithya Miranti>