Malang, Gontornews—Pria paruh baya itu bejongkok di lautan sampah. Sambil menggunakan topi cokelat terbalik, tangannya cekatan memunguti gelas bekas air mineral untuk dibersihkannya. Disampingnya terdapat tumpukan sampah yang siap dikirim dalam jumlah besar.
Jika melihat apa yang dilakukan pria yang memakai kaos tanpa kerah, yang bolong di bagian dadanya ini, pasti akan menebak dia adalah pemulung. Memang, dia adalah pemulung sampah. Tapi yang mungkin belum banyak orang tahu, pria tersebut adalah angota polisi berpangkat Brigadir Polisi Kepala (Bripka).
Anggota Polresta Malang ini memulung sampah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Meskipun sempat terhimpit kebutuhan ekonomi, Seladi tak mau mencari tambahan pendapatan dengan memanfaatkan pekerjaanya sebagai polisi. Satu hal yang perlu diacungi jempol, Bripka Seladi tidak malu melakukannya.
“Ini rezeki, kenapa harus dibuang-buang. Sampingan saja, satu jam atau dua jam waktu luang saya manfaatkan untuk kegiatan ini,” kata Seladi, sebagaimana dikutip Dream Kamis, (19/5).
Seladi mengaku, pekerjaan memungut sampah mulai dilakukan tahun 2006. Saat itu ia memang terhimpit kebutuhan keluarga sehingga memilih untuk menemukan bisnis sampah yang bisa dijalankan sambilan.
Usai melaksanakan tugasnya mengatur lalulintas, pria 58 tahun yang berdinas di Satuan Lalulintas Polresta Malang ini ganti pakaian lusuh untuk melakukan pekerjaannya. Tangan yang biasa mengurai kemacetan jalan itu berganti memilih-milih sampah dengan cekatan.
Selain gaji pokok dari kepolisian, pria ini mengaku mendapat uang tambahan dari menjual sampah sebesar Rp 25 ribu sampai Rp 50 ribu dalam seharinya.
Setelah usahanya berjalan lancar, Seladi tak lagi melongok dari bak sampah satu ke yang lainnya. Dia hanya mengepul hasil para pemulung lain yang dikirim ke tempat pengepul sampah miliknya di daerah Klojen, Kota Malang.
Seladi menuturkan, tidak perlu minder menjalani pekerjaan yang telah membantu mencukupi kebutuhan keluarganya. Selain mendapat penghasilan tambahan, pekerjaan ini juga turut menciptakan kebersihan lingkungan karena ikut memberdayakan sampah. “Dan yang penting halal,†ungkapnya.
Pria kelahiran Dampit Kabupaten Malang ini juga dikenal sebagai polisi jujur. Pria yang bekerja di kepolisian tahun 1978 ini tak mempan disuap, bahkan tak segan memerintahkan anak buahnya untuk mengembalikan hadiah dari seseorang terkait tugasnya.
Disamping mengatur lalulintas, Bripka Seladi juga berwenang menguji para pencari Surat Izin Mengemudi (SIM) di Polres Malang. Apalagi sudah menjadi anggapan orang, masyarakat selalu mencari cara agar bisa lolos ujian pembuatan SIM. Akhirnya praktik suap pun sering terjadi karena minta diloloskan.
“Tetapi saya tidak ingin, karena itu bertentangan dengan hati nurani,” terang pria yang mengaku masih menanggung hutang 20 juta menjelang masa pensiunnya ini. [Ahmad Muhajir/DJ]
Karena Allah tak pernah memandang manusia dari hal duniawi, tetapi apa yang didalam hati. Masyarakat dan generasi muda selayaknya mengambil pelajaran demi kemajuan moral bangsa..
Ø£ØµÙ„Ø Ù†ÙØ³Ùƒ ÙŠØµÙ„Ø Ù„Ùƒ الناس