New York,  Gontornews —  Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) mencanangkan tahun 2030 dunia akan terbebas dari epidemic AIDA.  Komitmen ini disampaikan dalam Sidang Majelis Umum Tingkat Tinggi AIDS di  New York. Kemarin.
Menurut laporan Techtimes, para pemimpin idunia nal telah menyepakati seperangkat deklarasi, yang meliputi target terikat waktu dan rencana aksi yang harus dicapai pada tahun 2020 untuk akhirnya mengakhiri pada epidemi AIDS pada tahun 2030.
“Semua stakeholder sekarang harus berkomitmen ke taret tersebut,” kata Presiden Sidang Umum PBB, Mogens Lykketoft.  “Hari ini adalah hari kolektif  bahwa kita akan mengakhiri epidemi AIDS pada 2030.” Dia menyeru  negara-negara anggota PBB untuk mempertimbangkan hak asasi manusia, kesetaraan dan hak inklusi menggunakan semua upaya untuk menghentikan diskriminasi dan menghapus stigma sosial.
Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon, pada pleno pembukaan mengatakan bahwa respon terhadap epidemi AIDS telah positif, mengutip sejumlah kemajuan yang dicapai dalam menangani AIDS dan tantangan yang berkaitan dengan itu.
Direktur Eksekutif Michel Sidibé mengatakan bahwa mereka telah mencapai tonggak sejarah – jumlah orang yang mendapatkan pengobatan HIV lebih tinggi dari infeksi baru yang direkam. Saat ini, ada lebih dari 17 juta orang dengan akses ke terapi antiretroviral. Ada juga penurunan penting dalam kematian terkait AIDS dan kejadian anak-anak dengan infeksi HIV. Sidibé menyoroti pentingnya inklusi – membuka pintu PBB untuk semua.
Sebuah laporan Tek Times baru-baru mengungkapkan bahwa pasien HIV positif dengan kanker yang dideritanya masih tidak mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.
Lebih dari 600 peserta menghadiri pertemuan, termasuk pejabat pemerintah dan kepala negara, menteri, perwakilan masyarakat sipil, perwakilan organisasi internasional, peneliti dan ilmuwan dan pasien HIV positif. Semua dari mereka berpartisipasi dalam lima panel resmi dan 30 sesi kelompok untuk mengubah Deklarasi Politik ke dalam rencana ditindaklanjuti.
Lima panel resmi TKTT ini membahas pembangunan berkelanjutan dan transformasi sosial, dukungan keuangan untuk Deklarasi Politik, agenda aksi untuk krisis pengobatan, inklusi, keadilan sosial, dan pencegahan infeksi HIV baru.
Peserta juga membahas ketentuan pada peningkatan layanan untuk pengurangan dampak buruk dan pendidikan seksualitas yang lengkap untuk populasi kunci, termasuk migran, pekerja seks, pengguna narkoba suntik, individu transgender, homoseksual dan gadis-gadis muda.
Sebagai tanda dukungan mereka, Amerika Serikat mengumumkan bantuan dana investsi $ 100.000.000 . Dana tersebut  ditujukan untuk negara-negara yang mengurangi diskriminasi dan stigma bagi populasi AIDS. Hal ini juga akan membuka akses pengobatan dan kemudahan pelayanan.
Laporan akhir tentang Rencana Darurat Presiden Amerika Serikat untuk AIDS (PEPFAR) juga merilis bahwa bahwa, sejak 2009, anak-anak dengan infeksi HIV baru menurun 60 persen di 21 negara Afrika sub-Sahara yang selama ini dikenal sebagai kawasan paling rawan terkena infeksi AIDS. [Dedi Junaedi]