Idealnya seorang istri bisa ikhlas menerima segala kekurangan suami, termasuk saat suami ditakdirkan berpenghasilan kecil. Andai hal itu terjadi, pasutri hendaknya jangan berkecil hati, tetaplah semangat untuk mencari rezeki dan menjemput ridha Allah.
Salah satu kriteria suami idaman adalah kaya dan berpendapatan besar. Namun, impian terkadang tak sesuai dengan kenyataan, apalagi menyangkut soal rezeki.
Setiap manusia telah dituliskan takaran rezekinya. Karena itu, usaha, doa, dan rasa bersyukur harus terusΒ dipanjatkan agar semua rezeki selalu berkah. Keberkahan adalah kunci segalanya.
Idealnya, istri memang harus bisa bersyukur atas nafkah yang diberi suami, namun fakta terkadang tidak sesuai dengan teori.
βKarena itu, sangat penting bagi pasangan mendapatkan pembekalan pranikah agar tidak kaget ketika dihadapkan dengan masalah pernikahan ke depan,β ujar Lia Noviana, dosen Jurusan Hukum Keluarga Islam.
Memang, suami berkewajiban memberi nafkah. Namun, istri dilarang protes ke suami ketika
ekonomi keluarga belum semapan tetangganya. Misalnya, uang belanja kurang, belum bisa
membeli baju baru, belanja-belanja, rekreasi, merawat kulit, belum memberi kiriman ke orangtua, dan segudang keinginan untuk menuju kebahagiaan dunia.
Istri yang bijak sebaiknya tidak terburu-buru menyikapinya dengan hati dingin dan pasrah kepada Sang Kuasa. Sebab, suami Anda tidak dibebani tanggung jawab yang lebih dari batas kemampuannya.
βOrang yang mampu hendaklah memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang
disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah SWT kepadanya. Allah SWT tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar kemampuan yang Allah SWT berikan kepadanya. Allah SWT kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.β (QS ath-Thalaq [65]: 7)
Polemik gaji suami yang kecil sebenarnya bisa disikapi denganhidup lebih sederhana. Istri yang cerdas harus mengambil tindakan skala prioritas.
Artinya, ketika istri menyadari penghasilan suami belum cukup untuk hidup bahagia yang ideal, maka gunakan uang untukΒ urusan pokok saja. Dahulukan urusan yang terpenting, kemudian baru yang penting.
Kebutuhan yang sekiranya bisa ditahan, mungkin belum saatnya diwujudkan sekarang. Bersabarlah dan perbanyak memohon kepada Allah SWT.
Aisyah RA berkata, βKeluarga Muhammad SAW itu belum pernah kenyang dengan roti gandum yang berlauk selama tigaΒ hari berturut-turut, sampai beliau diwafatkan oleh Allah SWT.β (HR Bukhari dan Muslim)
Solusi lainnya, istri dianjurkan untuk bisa menabung, menyisihkan sebagian gaji untuk keperluan yang tidak terduga. Jika dirasa cukup sulit, istri pun diperkenankan untuk bekerja membantu ekonomi keluarga. Dengan syarat, tidak melalaikan tugas dan kewajiban seorang istri.
Sebagaimana Ummul Mukminin Siti Khadijah yang dapat terus sukses berkarier meski sudah
menikah dan mempunyai banyak anak. Sebab, siapa tahu rezeki istri ditakdirkan jauh lebih besar dari suami. Dengan begitu, istri bisa menjadi solusi untuk meningkatkan perekonomian keluarga.
Ketika masalah ekonomi melanda keluarga, diperlukan jiwa yang ikhlas dan kesabaran tinggi dari pasutri. Jika lemah mengendalikan emosi, perceraian pun bisa saja terjadi.
Sedangkan perceraian adalah perkara yang diharap dan disenangi Iblis, serta berdampak buruk bagi kehidupan manusia, khususnya terkait masa depan anak. [Edithya Miranti]