“Insya Allah kita menang,” kata Prof Dr Ir Dwisuryo Indroyono Soesilo MSc, Utusan Khusus Indonesia untuk ICAO, mengomentari peluangnya dalam pemilihan Anggota Dewan ICAO, September mendatang di Montreal, Kanada.
ICAO (International Civil Aviation Organization) adalah organisasi penerbangan sipil dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tahun ini Indonesia maju dalam pemilihan anggota Dewan ICAO sebagai wakil regional bersaing dengan Malaysia. Pemilihan berlangsung tiga tahun sekali. Dalam pemilihan kali ini Indonesia mengajukan nama Dwisuryo Indroyono Soesilo. Siapakah pria yang akrab disapa Indroyono itu?
Pria kelahiran Bandung, 27 Maret 1955, itu pernah menjabat Menteri Koordinator Kemaritiman Kabinet Kerja Jokowi-JK. Namun ia kena reshuffle ketika Presiden Jokowi merombak kabinetnya. Kecewakah dia?
Indroyono lama mengabdikan diri di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Di sini, ia mengawali kariernya sebagai Kasubdit Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam Matra Dirgantara (1990-1993), dan setelah itu ia menduduki berbagai jabatan penting di BPPT dan instansi pemerintah lainnya.
Di BPPT, ia pernah dipercaya menjabat Direktur Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam dan Deputi Kepala BPPT bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam. Pada tahun 1999 ia diangkat menjadi Dirjen Penyerasian Riset dan Eksplorasi Laut, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Setelah itu ia menjadi Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), 2001-2008. Selanjutnya ia diangkat menjadi Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Sesmenko Kesra) Republik Indonesia.
Sebagai Sesmenko Kesra, ia bertanggung jawab untuk memastikan koordinasi yang baik di antara 17 Kementerian dan Badan yang mengelola masalah-masalah yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, kemiskinan, perumahan, makanan, gizi, perempuan, anak, dan pembangunan berkelanjutan.
Indroyono lalu dipercaya pemerintah untuk mengikuti pemilihan Direktur Jenderal FAO (Food and Agriculture Organization) periode 2012-2015 yang berlangsung di Roma pada 25 Juni-2 Juli 2011. Ia maju mewakili Indonesia dan negara ASEAN, bersaing dengan empat kandidat lain dari Austria, Brasil, Iran, dan Irak. Indroyono pun kemudian menjabat sebagai Direktur I FAO. Namun jabatan ini ia tinggalkan saat dipanggil pulang ke Tanah Air untuk diangkat menjadi Menko Kemaritiman.
Meraih gelar Insinyur dari Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Geologi tahun 1979, Indroyono kemudian meraih gelar Master of Science (MSc) dari University of Michigan, Amerika Serikat, tahun 1981. Ia lalu mengambil program doktor bidang Geologic Remote Sensing di Universitas Iowa, AS dan memperoleh gelar Doctor of Philosophy (PhD) pada tahun 1987.
Usai meraih gelar doktor, pakar di bidang Teknologi dan Aplikasi Satelit Penginderaan Jauh (Remote Sensing) ini pulang ke Indonesia. Padahal ia ditawari kerja dengan gaji gede di AS. Namun, ia lebih memilih menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di BPPT dengan gaji pas-pasan. Baginya, gaji kecil tak masalah, yang penting bisa mengabdi untuk negeri tercinta. Dan hasil-hasil karyanya bisa berguna bagi bangsa Indonesia. Maka suami Dr Ir Nining Sri Astuti MA ini pun memulai meniti karirnya di BPPT.
Sebagai ahli remote sensing, Indroyono pernah menjadi anggota tim pembangunan stasiun bumi satelit remote sensing di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Ia pun ikut mendukung pembangunan 120 pusat pengolahan data satelit remote sensing di Indonesia (1987-1992). Dan peluang membangun teknologi remote sensing di Indonesia makin terbuka lebar ketika ia dipercaya menjabat Kepala Sub-Direktorat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam (TISDA) BPPT, 1995-1997.
Sebagai ilmuwan, Indroyono telah menghasilkan 86 karya tulis ilmiah di bidang Aplikasi Remote Sensing untuk Eksplorasi Geologi, Pengelolaan Sumberdaya Alam, Perikanan, Mitigasi Bencana, Iptek Kelautan, dan Geologi. Karya tulisnya tidak hanya dipublikasikan di Indonesia, tapi juga di mancanegara seperti Prancis, AS, Kanada, Jerman, Portugal, Italia, Australia, Filipina, Thailand, dan Jepang.
Ayah tiga anak ini kemudian menjabat sebagai Direktur I FAO yang membidangi Perikanan dan Sumberdaya Perikanan Budidaya, sebelum dipanggil pulang oleh Jokowi untuk menjadi Menteri Koordinator Kemaritiman. Meski kemudian ia menduduki jabatan itu tak sampai setahun. Marahkah Indroyono? Sudah meninggalkan posisinya di Roma dengan gaji yang tentu lebih besar dari gaji menteri di Indonesia tapi kemudian ‘disia-siakan’?
“Saya sedang transit di Denpasar, on the way from Timika to Jakarta,” ujarnya ketika wartawan mencoba menghubunginya saat Presiden Jokowi mengumumkan reshuffle kabinet di Istana Negara, Jakarta, Rabu 12 Agustus 2015.
Kendati sudah tak jadi menteri, namun kesibukan Indroyono tidak berkurang. Ia saat ini menjabat di beberapa instansi pemerintah, salah satunya sebagai Utusan Khusus Menteri Perhubungan RI untuk ICAO.
Sejak diangkat menjadi Utusan Khusus Menteri Perhubungan untuk ICAO pada 28 Agustus 2015, ia bekerja keras mengupayakan Indonesia untuk menjadi Anggota Dewan ICAO periode 2016 – 2019. Ia rajin menggalang dukungan dari 191 negara yang menjadi anggota ICAO agar memberikan suaranya untuk Indonesia, khususnya suara dari negara-negara Asia, Afrika, dan Pasifik.
Pemilihan Anggota Dewan ICAO akan digelar di sela-sela Sidang Umum ICAO ke-39 yang akan digelar pada 27 September – 7 Oktober 2016 di Montreal, Kanada.
Indroyono bertekad agar Indonesia bisa menjadi Anggota Dewan ICAO demi mengembalikan reputasi penerbangan Indonesia dan menjaga kepentingan Indonesia. “Dengan menjadi anggota Dewan ICAO, Indonesia bisa mewarnai kebijakan penerbangan internasional dan mengambil manfaat dari kedudukan itu,” papar Indroyono kepada Gontornews.com.
Perekayasa Utama Kehormatan
Bagi putra mendiang Menparpostel dan Menkopolkam Soesilo Soedarman di era Soeharto ini, jabatan bukanlah segalanya. Kendati tak lagi menjadi menteri, ia terus bekerja dan berkarya. Sebagai seorang Muslim ia yakin bahwa perbuatan atau amal baik yang telah dedikasikan untuk bangsa dan negara tidak ada yang sia-sia.
Dan benar, Rabu, 3 Agustus 2016, Indroyono memperoleh penghargaan atau anugerah “Perekayasa Utama Kehormatan” dari BPPT. Penganugerahan gelar kehormatan ini merupakan bentuk pengakuan pemerintah dan dunia profesi terhadap kapabilitas, kapasitas, dan profesionalisme Indroyono sebagai ilmuwan. Ia dinilai sebagai tokoh inovator yang berhasil memanfaatkan iptek untuk industri kemaritiman.
“Gelar ini diberikan kepada orang pilihan yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas dan diharapkan perekayasa dapat bekerja profesional, memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara,” papar Kepala BBPT Dr Ir Unggul Priyanto MSc yang memberikan langsung penghargaan itu kepada Indroyono.
Yang membahagiakan Indroyono, pemberian anugerah itu dihadiri oleh mantan Menristek yang juga Presiden RI ketiga BJ Habibie, ilmuwan yang sangat ia kagumi.
“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS at-Taubah: 105)
[Rusdiono Mukri]