Jakarta, Gontornews – Berbekal rating Kategori 1 FAA (Otoritas Penerbangan Amerika Serikat), peluang Indonesia untuk menjadi anggota Dewan ICAO terbuka lebar. Karena itulah Indonesia mengerahkan segenap kemampuan untuk meloloskan Utusan Khususnya menduduki kursi Anggota Dewan ICAO (International Civil Aviation Organization).
“Kita akan mengerahkan seluruh kemampuan untuk mencari dukungan negara-negara sahabat, khususnya negara-negara Asia, Afrika, dan negara-negara di Lautan Pasifik seperti Vanuatu, Fiji dan Haiti,” ujar Utusan Khusus Indonesia untuk ICAO, Prof Dr Ir Dwisuryo Indroyono Soesilo MSc.
Mengapa Indonesia ngotot ingin menjadi Anggota Dewan ICAO? Apa keuntungan menjadi Anggota Dewan ICAO?
Pemilihan Anggota Dewan Organisasi Penerbangan Sipil Dunia (ICAO) Kategori 3 akan digelar saat berlangsungnya Sidang Umum ICAO ke-39 yang akan digelar pada 27 September – 7 Oktober 2016 di Montreal, Kanada.
Indroyono, sapaan akrab Prof Dr Ir Dwisuryo Indroyono Soesilo MSc, sejak diangkat menjadi Utusan Khusus Menteri Perhubungan untuk ICAO pada 28 Agustus 2015, bekerja keras mengupayakan Indonesia untuk menjadi Anggota Dewan ICAO periode 2016 – 2019.
Ia rajin menggalang dukungan dari 191 negara yang menjadi anggota ICAO agar memberikan suaranya untuk Indonesia, khususnya suara dari negara-negara Asia, Afrika, dan Pasifik.
Mantan Direktur 1 FAO itu bertekad Indonesia bisa menjadi Anggota Dewan ICAO demi mengembalikan reputasi penerbangan Indonesia dan menjaga kepentingan Indonesia.
“Dengan menjadi anggota Dewan ICAO, Indonesia bisa mewarnai kebijakan penerbangan internasional dan mengambil manfaat dari kedudukan itu,” papar Indroyono kepada Gontornews.com.
Selain itu, langkah-langkah Indonesia dalam mencari dukungan negara-negara sahabat dilakukan dengan melakukan pendekatan diplomasi melalui Duta Besar Indonesia di berbagai negara.
“Duta Besar kita di negara-negara sahabat kita beri amunisi tentang pencalonan Indonesia menjadi Anggota Dewan ICAO. Para Dubes kita akan melakukan lobi-lobi ke Dubes negara-negara lain,” paparnya.
Mantan Menko Kemaritiman ini menuturkan, Pemerintah Indonesia menargetkan untuk memperoleh dukungan dari 54 negara di Benua Afrika.
“Pendekatan kepada negara-negara di Benua Afrika sudah kita lakukan melalui kerjasama peningkatan kapasitas penerbangan melalui workshop dan training bagi SDM penerbangan negara-negara di Afrika,” katanya.
Selain Afrika, Indonesia juga berupaya memperoleh dukungan dari negara-negara di kawasan Samudra Hindia, Asia Tengah, dan negara-negara pecahan Uni Soviet.
Keuntungan menjadi Anggota Dewan ICAO, lanjut Indroyono, memungkinkan Indonesia memperjuangkan kepentingan-kepentingannya dalam forum ICAO. “Suara kita bisa didengar, sehingga kepentingan Indonesia dalam aspek teknis, ekonomi, politik dan hukum bisa diperjuangkan,” terang Indroyono.
Keuntungan lain menjadi Anggota Dewan ICAO adalah Indonesia dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan penerbangan sipil internasional secara langsung, dapat menempatkan tenaga-tenaga ahli Indonesia di ICAO dan mendapat bantuan tenaga ahli dari ICAO.
Selain itu, Indonesia dapat memperkenalkan dan mengusahakan disahkannya penemuan-penemuan teknologi atau sistem penerbangan sipil nasional yang dapat membawa dampak positif terhadap industri penerbangan Indonesia sehingga dapat menjadi standar internasional.
Indroyono menyebutkan dari aspek bisnis, misalnya, Indonesia dapat mendorong penggunaan bahan bakar avtur yang ramah lingkungan. Selain untuk upaya konservasi lingkungan, kebijakan ini akan sangat menguntungkan Indonesia yang kaya akan biofuel.
“Kita punya kelapa sawit, dan ini bisa kita manfaatkan untuk mendorong penggunaan biofuel,” papar Indroyono di ruang kerjanya.
Sementara itu Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan M Alwi yakin, sosok Indroyono yang mempunyai pengalaman di dunia internasional akan mampu memperoleh dukungan negara-negara sahabat dalam pencalonan Indonesia menjadi Anggota Dewan ICAO.
“Saya yakin, leadership Pak Indroyono yang pernah memimpin lembaga dunia FAO akan mampu meyakinkan negara-negara sahabat dalam mendukung kita,” papar Alwi kepada wartawan.
Direktur Operasional Garuda Indonesia Kapten Novianto Herupratomo menambahkan, kampanye Indonesia untuk menjadi anggota dewan ICAO saat ini sangat berbeda dibandingkan tiga tahun lalu. “Tahun ini pemerintah sangat serius,” ujarnya.
“Kami dari maskapai penerbangan nasional tentu sangat mendukung upaya Kementerian Perhubungan untuk menjadi anggota dewan ICAO,” kata Novianto kepada wartawan di sela-sela pertemuan para Menteri Perhubungan dari negara-negara berkembang di Bali, beberapa waktu lalu. [Rusdiono Mukri]