Lesbos, Gontornews — Jika Yunani saja dapat menerima ribuan pengungsi Suriah meskipun krisis keuangan, maka negara-negara Eropa lainnya pasti dapat melakukan hal yang sama. Demikian kata jurubicara badan amal Katolik di Yunani.
Data resmi Yunani menunjukkan, lebih dari 7.000 pengungsi saat ini tinggal di pulau-pulau Yunani, sekitar 3.000 tinggal di kamp Moria di Lesbos.
“Sejak Yunani, menghadapi krisis keuangan yang besar selama delapan tahun terakhir, telah berhasil menyambut dan mendukung semua orang-orang ini, mengapa tidak bisa seluruh Eropa melakukan hal yang sama?” Kata Maristella Tsamatropoulou, jurubicara Caritas Hellas, amal Katolik di Yunani, dalam sebuah wawancara dengan Anadolu Agency.
Seperti dirilis WorldBulletin, Senin (18/4), Tsamatropoulou mengatakan mengirim kembali pengungsi bukan solusi yang baik. “Mereka yang melarikan diri dari perang dan penganiayaan. Mereka telah menghabiskan banyak uang dan mempertaruhkan nyawa mereka menyeberangi Laut Aegea,” katanya.
“Kondisi di Moria benar-benar sulit dan memburuk,†kata Tsamatropoulou yang menyatakan sekitar 200 pengungsi saat ini tinggal di sebuah hotel di pulau.
“Di hotel ini, terdapat 200 tamu. Hotel ini adalah bagian dari proyek yang dijalankan oleh Caritas Hellas tapi didanai oleh Caritas Switzerland, Jerman, dan Austria,” katanya.
“Keluarga dengan anak-anak, orang tua, pasien yang sakit kronis, orang cacat, umumnya siapa pun yang membutuhkan keramahan kami.â€
Setengah dari mereka adalah anak-anak warga Suriah, kecuali satu Afghanistan dan satu Iran. Ia menambahkan, mereka yang tinggal di dua hotel berjumlah 400 orang. “Kami bekerjasama dengan UNHCR, MSF, Palang Merah, dan LSM lainnya untuk memutuskan siapa yang harus ditempatkan di hotel kami. Jadi kami pergi dan menjemput mereka dari kamp,†katanya.
Salah satu tamu hotel, Ahmet Ibrahim (37) mengatakan, ia tiba di pulau 45 hari yang lalu, setelah melarikan diri dari Suriah ke Turki, dan tinggal di sana selama sekitar satu bulan.
“Kami tidak memiliki cukup uang untuk menginap di hotel atau di tempat lain. Perbatasan ditutup dan kami terjebak di sini. Kami memiliki kerabat di Swiss dan kami telah ditetapkan untuk relokasi. Saya khawatir untuk masa depan anak-anak saya,” katanya.
Tamu lain, Ossama Hatir (31), seorang ahli radiologi dari Aleppo mengatakan, “Saya memiliki tiga anak perempuan. Saya dan istri saya tinggal di Turki selama dua tahun bersama-sama dengan gadis-gadis kami. Kami datang ke Lesbos 41 hari yang lalu,” katanya.
“Kami memiliki kerabat di Denmark. Kami berencana mau pergi ke sana. Kami merasa nyaman di sini, tapi kami tidak tahu kapan kita akan pergi. Kami khawatir dan menunggu”.
Lebih dari 177 ribu migran atau pengungsi telah menyeberang ke Yunani dan Italia sejak awal 2016, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).
Dari jumlah itu, yang telah telah melintasi Mediterania tahun ini sebanyak 153.362 untuk mencapai pulau-pulau Yunani.
Selama periode yang sama, setidaknya 732 migran dan pengungsi kehilangan nyawa saat mencoba menyeberangi Mediterania. [Fathur/Rusdiono Mukri]