Kebersamaan dan Keteladanan menjadi dua kata yang menggambarkan kehidupan nyata Pondok Modern Darussalam Gontor. Dua nilai luhur tersebut tecermin dalam aktivitas santri Gontor sehari-hari. Tanpa keikhlasan, pengorbanan, kesungguhan, serta dua kata di atas, keberhasilan atas sebuah perjuangan hanya isapan jempol belaka.
Patah tumbuh hilang berganti. Belum patah sudah tumbuh, belum hilang sudah berganti. Setidaknya itulah slogan yang kerap kali terngiang di telinga santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) saat pergantian pengurus organisasi skala kecil, di kamar, rayon, hingga skala besar yang melibatkan Pimpinan PMDG terjalin dengan rapi dan penuh dengan keteladanan.
Pimpinan PMDG, KH Hasan Abdullah Sahal, menekankan betul tentang makna keteladanan dalam sistem pendidikan di Gontor. Menurut Kiai Hasan, ridha dan pertolongan Allah SWT yang bercampur dengan nilai-nilai pengorbanan, kesungguhan, keikhlasan dengan penuh keteladanan menjadi kunci dari beragam kunci keberhasilan.
“Keteladanan dalam berkorban merupakan kunci dari kunci-kunci keberhasilan. Kami memiliki syiar dan motto bahwa keteladanan merupakan kunci dari kunci-kunci semua usaha pembinaan dan kepemimpinan. Tanpa itu, omong kosong dan jarang berhasil,” ucap Kiai Hasan saat menyambut dibukanya International Centre for Awqaf Studies (ICAST) Universitas Darussalam Gontor beberapa waktu lalu.
Benar saja, wafatnya Trimurti pendiri PMDG: KH Ahmad Sahal, KH Imam Zarkasyi, dan KH Zaenuddin Fananie tidak membuat Pondok Gontor limbung atau kehilangan arah. Bahkan, Kiai Hasan mengisahkan bagaimana KH Imam Zarkasyi menggembleng dirinya dan (almarhum) KH Abdullah Syukri Zarkasyi selama 8 tahun sebelum wafat pada tahun 1985.
“Saya dan Pak Syukri mendampingi almarhum KH Imam Zarkasyi 8 tahun. Mengikuti suka dukanya, pahit-getirnya, manisnya dicerca dan dipuja. Mendampingi KH Imam Zarkasyi sampai kami ditinggalkan tahun 1985. Dengan kekuatan yang ada, kami teruskan sampai sekarang,” ujarnya ketika melepas ‘kepergian’ Kiai Abdullah Syukri Zarkasyi, 21 Oktober 2020.
Pasca-era Trimurti, PMDG dipimpin oleh KH Abdullah Syukri Zarkasyi bersama KH Hasan Abdullah Sahal dan KH Shoiman Luqmanul Hakim. Seringkali, kepemimpinan Gontor pasca-Trimurti disebut dengan istilah “kepemimpinan generasi kedua”.
Pada awal kepemimpinan generasi kedua, ketiga pimpinan berkolaborasi satu sama lain. Bekerjasama dalam segala hal tanpa memandang “siapa mendapat tugas apa” atau “siapa yang mendapat apa”. Ketiganya berkolaborasi untuk membina dan menjalani pondok dengan maksimal dan memastikan bahwa Gontor tetap berada di relnya, yaitu sebagai lembaga pendidikan.
Waktu demi waktu, ajal siapa yang tahu, sakit siapa yang menduga. Sekali lagi Gontor tidak limbung dengan wafatnya KH Shoiman Luqmanul Hakim. Pascawafatnya Kiai Shoiman, KH Imam Badri lantas menggantikan almarhum. Pada 2006, Kiai Imam Badri pun wafat menyusul para pendahulunya. Posisinya digantikan oleh KH Syamsul Hadi Abdan yang juga akhirnya wafat pada Mei 2020.
“Bapak KH Shoiman Luqmanul Hakim, mendampingi kami berdua, mengawal, mengawasi, mengajar, mengarahkan kami berdua. Setelah itu, KH Imam Badri mengawal, mengawasi, membina, membela kami berdua.”
“Yang baru-baru ini, KH Syamsul Hadi Abdan, mengawal, mengawasi, mengantarkan pondok sampai seperti saat ini bersama santri yang berjumlah 33.323,” ucap Kiai Hasan.
Bahkan saat Kiai Syukri wafat pada 21 Oktober 2020, Kiai Hasan tidak bisa menyembunyian kesedihan sekaligus ketidakmampuannya dalam memimpin Gontor sendirian. “Sekarang, saya sendirian,” katanya di Masjid Jami’ Gontor.
“Pondok sebesar ini. Tidak mungkin pondok ini saya pimpin orang sekecil saya, setua saya, sekuat saya, tidak mungkin. Hanya dengan jiwa besar, hanya dengan kebersamaan yang besar, hanya dengan pengorbanan yang besar, hanya dengan pembelaan yang besar, yang in syaa Allah karena perlindungan Allah yang Mahabesar,” imbuhnya di depan santri Gontor menjelang pelaksanaan shalat jenazah KH Abdullah Syukri Zarkasyi.
Kebersamaan Pimpinan Gontor
Kurang dari 48 jam sejak Kiai Syukri wafat, Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor terus bergerak untuk memastikan kepemimpinan Gontor berjalan. Tak perlu waktu lama, Badan Wakaf melaksanakan sidang luar biasa untuk menjawab permintaan Kiai Hasan tentang siapa yang meneruskan estafet perjuangan pendidikan Gontor pascawafatnya Kiai Syukri dan Kiai Syamsul Hadi Abdan.
Pada Jumat (23/10), Badan Wakaf mengumumkan secara resmi di hadapan santri bahwa Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor yang baru sudah terpilih. Kepemimpinan Gontor diamanahkan kepada Prof Dr KH Amal Fathullah Zarkasyi dan Drs KH Akrim Mariyat yang ditunjuk oleh Badan Wakaf untuk mendampingi KH Hasan Abdullah Sahal sebagai Pimpinan Gontor yang baru.
“Sebagaimana prinsip Trimurti, pimpinan boleh tiada, boleh meninggal dunia, tapi pondok harus tetap hidup,” kata Sekretaris Badan Wakaf, KH Abdullah Said Baharmus Lc, saat memberikan muqaddimah hasil sidang luar biasa Badan Wakaf, Kamis (22/10).
“Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor telah bersidang. Sidang dihadiri oleh 12 orang anggota lengkap, 8 orang hadir secara fisik dan 4 orang hadir secara virtual. Kami sudah bersidang dan izinkan saya membacakan keputusan sebagai berikut… Badan Wakaf memutuskan untuk mengangkat Drs H Akrim Mariyat dan Prof Dr Amal Fathullah Zarkasyi menjadi pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor bersama KH Hasan Abdullah Sahal untuk masa jabatan 2020-2025,” kata Kiai Said Baharmus.
Seusai Kiai Said Baharmus menyampaikan hasil rapat Badan Wakaf, Pimpinan PMDG KH Hasan Abdullah Sahal berkenan menyampaikan sambutan. Kiai Hasan mengingatkan keluarga besar PMDG agar tidak terus-terusan bersedih atas wafatnya Kiai Syukri.
“Saya ingatkan kembali, setiap kita ditinggalkan oleh seseorang dari kerabat kita, kita boleh menangis, tapi tidak boleh menangisi, apalagi menangiskan,” ungkap Kiai Hasan.
Kiai Hasan juga menerangkan kembali salah satu falsafah pondok selayaknya kereta api. “Kereta harus tetap berjalan, siapapun masinisnya, dengan tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai Panca Jiwa dan Panca Jangka PMDG,” imbuhnya.
“Orang mengatakan pondok kita ini besar. Orang mengatakan pondok ini pondok elite. Supaya tahu anak-anak, pondok ini besar jiwanya. Besar nilainya. Besar cita-citanya. Pondok ini tinggi nilai-nilainya. Tinggi semangatnya. Tinggi jiwanya. Elite pengorbanannya. Elite keikhlasannya. Elite kebersamaannya. Elite ukhuwwah-nya. Elite i’tsar-nya.”
“Kami kami mohon doa dari mana saja, terutama yang mengikuti acara ini. Akan menjadi saksi, inilah Pondok Modern Darussalam Gontor dengan segala spesifikasinya, sedang melanjutkan perjalanan perjuangannya, memperjuangkan nilai-nilai pondok,” paparnya.
Pelantikan Pimpinan Gontor disaksikan seluruh jamaah shalat Jumat di Masjid Jami’ PMDG yang terdiri dari dari dewan guru KMI serta para santri. Di tengah-tengah suasana tersebut, hadir pula Prof Dr KH Din Syamsudin MA yang menyempatkan datang ke PMDG di tengah kesibukannya.
Benar saja, patah tumbuh hilang berganti. Belum patah sudah tumbuh, belum hilang sudah berganti. Selamat mengemban amanah, para kiai! Semoga Allah SWT meridhai. []