Agats, Gontornews — Tim dokter Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang tergabung dan perawat dari RSCM serta RSAB Harapan Kita dalam Flying Health Care (FHC) Kemenkes menyusuri dua distrik di Kabupaten Asmat. Bersama tim kesehatan dari TNI dan Polri, mereka melakukan pelayanan, penyuluhan, dan pengecekan campak serta gizi buruk.
Selama dua hari satu malam, tim ini menemukan berbagai fakta menarik tentang kearifan lokal kesehatan. Masyarakat di Kampung Ayam, Distrik Akat, misalnya mempunyai kebiasaan menyayat bagian tubuh yang sakit supaya sembuh.
”Bapak dokter, anak saya pahanya bengkak,” keluh orangtua Yohanes (3) ketika tim sweeping ke rumahnya di Kampung Ayam, Distrik Akat, Kamis (8/2), seperti dikutip depkes.go.id.
Yohanes tampak kurang gizi, mata cekung, tulang tengkorak atas menonjol, dan perut membuncit. Di bagian kakinya yang bengkak terlihat beberapa bekas sayatan tipis.
Saat ditanya bekas sayatan itu oleh dr Franky dari tim FHC Kemenkes, orangtua Yohanes hanya terdiam.
Tim kesehatan dari Kesdam II TNI AD, Andi Jaya Skep, mengingatkan warga agar tak lagi meneruskan kebiasaan menyayat bagian tubuh yang sakit supaya sembuh. ”Jika merasa pusing, bengkak, atau sakit lainnya, segera ke Puskesmas. Jangan dibiarkan lama-lama sampai lemas,” ujarnya.
Berbagai kebiasaan yang mengarah ke sugesti kerap mewarnai kehidupan warga Asmat. Menyayat bagian tubuh yang sakit bertujuan agar darah keluar terus hingga bagian tersebut sembuh sendiri.
Karena itulah tim FHC sepakat untuk mengedukasi warga Kampung Ayam dengan teknik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) serta menolong pasien malaria. Terutama ketika mereka berada di tengah hutan dengan memanfaatkan alam. ”Kalau ada yang patah tulang tangan dan kaki bisa gunakan pelepah pisang untuk menopang sebelum dibawa ke Puskesmas,” terang dr Franky.
Kepada warga, ia juga menerangkan cara pemakaian kelambu serta cara memapah pasien malaria yang benar ketika dilarikan ke Puskesmas.
”Kita contohkan dengan simpel supaya mereka tidak malas untuk melaksanakan karena di sini tidak ada dokter,” tambah komandan tim kesehatan dari Polda Banten, dr Effri Susanto. [Rusdiono Mukri]