Cianjur, Gontornews – Pandemi COVID-19 telah menurunkan kualitas pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Karena itu diperlukan pembinaan kepada para guru agar mereka bisa meningkatkan kualitas pendidikan karakter kepada anak didiknya. Demikian disampaikan oleh Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Dr Sofyan Sauri, MPd pada kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) di Kabupaten Cianjur, Sabtu (9/4).
Di sisi lain, paparnya, di abad 21 seperti sekarang ini dibutuhkan guru yang berkualitas secara karakter, mempunyai kemampuan literasi, kemampuan 4C, yakni Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation.
“Semua kemampuan ini diperlukan agar Indonesia dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain,” ujar Prof Sofyan pada PKM bertajuk “Pembinaan Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Internalisasi Nilai-Nilai Religius pada Guru di Kabupaten Cianjur”.
Guru Besar Departemen Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra UPI, itu menjelaskan karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika. “Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasikan nilai-nilai sehingga mereka berperilaku sebagai insan kamil,” ujar dosen kelahiran Cianjur, 20 April 1956, itu.
Menurutnya, pendidikan karakter sangat diperlukan di tengah merebaknya dekadensi moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara seperti sekarang ini. Hal ini terjadi karena ada pergeseran nilai.
“Pergeseran nilai yang sering terjadi dalam dunia pendidikan adalah perubahan karakter anak bangsa yang jauh dari nilai-nilai religius,” tandasnya.
Akhir-akhir ini di Indonesia, lanjut Prof Sofyan, telah banyak terjadi kasus dekadensi moral khususnya dalam dunia pendidikan. Sebagai contoh konkret, persoalan menabrak etika, moral, dan hukum dari yang ringan sampai yang berat kerap kali dipertontonkan oleh kalangan pelajar. Bahkan, hal tersebut dianggap hal yang lumrah.
“Selain itu, pendidikan lebih berorientai pada aspek kognitif. Orang tua sangat kecewa bila anaknya tidak pandai ilmu eksak atau tidak mendapatkan nilai yang bagus, dan sangat sedikit sekali yang memperhatikan pendidikan karakter,” terang Prof Sofyan di hadapan sekitar 60 guru yang memenuhi gedung SMP IT Azzahra, Cianjur.
Hal inilah yang bisa menyebabkan problematika dekadensi dan degradasi moral, etika, dan budi pekerti. Oleh karena itu, penguatan pendidikan karakter sangat diperlukan di tengah kemajuan yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam kaitan inilah Prof Sofyan merasa perlu untuk memberikan pembinaan kepada para guru di Cianjur agar mereka siap untuk meningkatkan kualitas pendidikan karakter kepada anak didiknya. “PKM ini saya adakan di Cianjur karena saya ingin memberikan kontribusi positif kepada tempat saya dilahirkan,” ujarnya kepada Gontornews.com.
Dalam PKM ini, Prof Sofyan sebagai ketua tim dibantu oleh dua orang anggota yaitu Prof Dr Yayan Nurbayan, MAg dan Dr Nunung Nursyamsiah, MPd.[]