Jakarta, Gontornews – Ketua umum Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia, Hamid Fahmy Zarkasyi meminta masyarakat agar mewaspadai Pluralisme Agama. Salah satu bentuk Pluralisme Agama adalah munculnya stigma di masyarakat jika muslim dan muslim adalah sama.
“Orang-orang yang mendukung non muslim, latar belakangnya adalah pluralisme agama,” ungkap Gus Hamid, sapaan akrabnya, saat ditemui Gontornews di Komplek Masjid Al-Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (29/3).
“Penganut pluralisme menganggap semua agama adalah sama sehingga semua agama dinilainya adala sama.”
“Mereka terpaksa menganggap muslim dan non muslim adalah sama,” ujarnya.
Sejumlah tokoh yang berasal dari ormas islam terkemuka di Indonesia dihadirkan dalam persidangan Sidang Gubernur penista agama, Basuki Tjahaja Purnama, di Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Dalam persidangan ke-15, Selasa (21/3), kuasa hukum terdakwa, memanggil Ishomudin yang menjabat sebagai Rois Suriah PBNU.
Sedangkan dalam sidang ke-16, Rabu (29/3), kuasa hukum terdakwa memanggil Masdar F Mas’udi seagai saksi ahli yang diharapkan mampu meringankan hukuman sang terdakwa.
Dalam pandangan Gus Hamid, sapaan akrabnya, mereka yang mendukung pemimpin non muslim tidak lebih seperti orang yang kebingungan. Direktur Center for Islamic and Occidental Studies Universitas Darussalam Gontor itu menambahkan kebingungan yang dimaksud adalah kebingungan dalam membedakan antara wacana kenegaraan dan wacana keagamaan.
“Dalam wacana keislaman, kita tidak diperbolehkan memilih pemimpin non muslim,” katanya.
“Tapi sebagai seorang muslim, apakah anda akan mendukung presiden atau kepala daerah yang berlainan aqidah?” tanya Gus Hamid. [Mohamad Deny Irawan]